Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 2 Maret 2017 : IMAN IDEOLOGIS MENYEMBAH ILAH YANG 'TAK MENJELMA'

Bacaan Ekaristi : Ul. 30:15-20; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 9:22-25.

Pedoman orang kristiani mengarahkannya untuk mengikuti Kristus yang tersalib, bukan ilah yang tak menjelma, tetapi Allah yang menjadi daging, yang memikul dalam diri-Nya luka-luka saudara-saudara kita. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 2 Maret 2017 di Casa Santa Marta.

Undangan untuk bertobat bergema dengan kuat pada permulaan Prapaskah. Dan liturgi hari itu, Paus Fransiskus mengatakan, menempatkan nasihat ini dalam konteks tiga kenyataan : manusia, Allah, dan perjalanan. Kenyataan manusia adalah kenyataan memilih antara yang baik dan yang jahat : "Allah telah membebaskan kita, pilihan tersebut adalah pilihan kita", kata Paus Fransiskus, tetapi Ia tidak meninggalkan itu saja kepada kita; sebaliknya, Ia menunjukkan jalan kebaikan dengan Perintah-perintah. Lalu ada kenyataan Allah : "bagi murid-murid, sangatlah sulit memahami" jalan salib Yesus. "Karena Allah telah mengambil seluruh kenyataan manusia, kecuali dosa. Tidak ada Allah tanpa Kristus. Seorang Allah tanpa Kristus, yang 'tak menjelma', adalah ilah yang tidak nyata" :

"Kenyataan Allah adalah Allah yang menjadi Kristus, bagi kita. Untuk menyelamatkan kita. Dan ketika kita menjauhkan diri kita dari hal ini, dari kenyataan ini, dan kita menjauhkan diri dari Salib Kristus, dari kebenaran luka-luka Tuhan, kita menjauhkan diri kita juga dari kasih, dari amal [carità] Allah, dari keselamatan dan akan menyusuri jalanan ideologis dari Allah, menjauh : [Ini] bukan Allah yang datang kepada kita dan menjadikan diri-Nya dekat dengan kita untuk menyelamatkan kita, dan wafat bagi kita. [Allah menjadikan Kristus bagi kita, untuk menyelamatkan kita] ini adalah kenyataan Allah".

Paus Fransiskus mengutip dialog antara orang agnostik dan orang percaya, yang direkam oleh seorang penulis Prancis abad terakhir : "Orang agnostik yang berkehendak baik bertanya kepada orang percaya, 'Tetapi bagaimana aku bisa ... bagiku, masalahnya adalah bagaimana Kristus adalah Allah : aku tidak bisa memahami hal ini. Bagaimana Kristus adalah Allah?' Dan orang percaya itu menjawab, 'Eh, bagiku ini bukanlah sebuah masalah. Akan menjadi masalah jika Allah tidak akan pernah dijadikan Kristus'. Inilah kenyataan Allah : Allah menjadi Kristus, Allah menjadi daging; dan inilah landasan karya-karya kerahiman. Luka-luka saudara-saudara kita adalah luka-luka Kristus, luka-luka tersebut adalah luka-luka Allah, karena Allah dijadikan Kristus. Kenyataan kedua. Kita tidak bisa menghayati Prapaskah tanpa kenyataan ini. Kita harus bertobat, bukan kepada Allah yang tak berwujud, tetapi kepada Allah yang mewujud yang dijadikan Kristus.

Akhirnya, ada kenyataan ketiga, yaitu kenyataan perjalanan. Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" :

"Kenyataan perjalanan adalah kenyataan Kristus : mengikuti Kristus, melakukan kehendak Bapa, seperti yang Ia lakukan, memikul salib setiap hari dan menyangkal diri untuk mengikuti Kristus. Tidak melakukan apa yang kuinginkan, tetapi apa yang Yesus inginkan; mengikuti Yesus. Dan Ia mengatakan bahwa di jalan ini kita kehilangan kehidupan kita, dalam rangka untuk mendapatkan kembali nanti; itu adalah kehilangan kehidupan yang terus-menerus, kehilangan melakukan apa yang kuinginkan, hilangnya kenyamanan, selalu berada di jalan Yesus yang berada pada pelayanan orang lain, [yang] berada dalam adorasi Allah. Itulah jalan yang benar".

"Jalan satu-satunya yang pasti", Paus Fransiskus mengakhiri, "adalah mengikuti Kristus yang tersalib, skandal Salib. Dan tiga kenyataan ini - manusia, Allah, dan perjalanan - "adalah pedoman orang kristiani, yang tidak akan memungkinkan kita untuk mengambil jalan yang salah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.