Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 11 Mei 2017 : ORANG-ORANG KRISTIANI SELALU SEDANG DALAM PERJALANAN MEREKA UNTUK BERTEMU TUHAN


Bacaan Ekaristi : Kis. 13:13-25; Mzm. 89:2-3,21-22,25,27; Yoh. 13:16-20

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 11 Mei 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kehidupan setiap orang kristIani adalah sebuah perjalanan dan sebuah proses yang selamanya untuk memperdalam iman. Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 13:13-25) yang di dalamnya Santo Paulus menceritakan tentang keselamatan yang menuntun kepada Yesus.

Selama perjalanan sejarah, Paus Fransiskus mengatakan, banyak pengartian kita telah berubah. Perbudakan, misalnya, adalah suatu praktek yang diterima; pada waktunya kita mengerti bahwa itu adalah dosa berat.

"Allah telah menjadikan diri-Nya dikenal sepanjang sejarah", kata Paus Fransiskus, "keselamatan-Nya" sudah dikenal sejak lama. Dan beliau mengacu pada khotbah Paulus dalam Kisah Para Rasul ketika ia mengatakan kepada anak-anak Israel yang takut akan Allah tentang perjalanan para nenek moyang mereka sejak Keluaran dari Mesir sampai kedatangan Sang Juruselamat, Yesus.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa keselamatan memiliki sejarah yang agung dan panjang di mana Tuhan "membimbing umat-Nya dalam saat baik maupun dalam saat buruk, dalam masa kebebasan maupun masa perbudakan : dalam sebuah perjalanan yang dihuni oleh "orang-orang kudus maupun orang-orang berdosa" di jalan menuju kepenuhan, "menuju perjumpaan dengan Tuhan".

Pada akhir perjalanan ada Yesus, beliau berkata, namun : "itu tidak berakhir di sana". Sebenarnya, lanjut Paus Fransiskus, Yesus memberi kita Roh yang memungkinkan untuk "mengingat dan memahami pesan Yesus", dan dengan demikian, sebuah perjalanan kedua dimulai.

Perjalanan yang dilakukan "untuk memahami, memperdalam pemahaman kita tentang Yesus dan memperdalam iman kita" ini juga berfungsi, Paus Fransiskus menjelaskan, "untuk memahami ajaran moral, Perintah-perintah".

Beliau menunjukkan bahwa beberapa hal yang "pernah tampak lumrah dan tidak berdosa, saat ini dipahami sebagai dosa berat : "Pikirkanlah perbudakan : di sekolah mereka memberi tahu kita apa yang mereka lakukan bersama budak dengan membawa mereka dari satu tempat dan menjual mereka di tempat lain ... Itu adalah sebuah dosa berat", beliau berkata.

Tetapi itulah, beliau berkata, apa yang kita yakini hari ini. Saat itu dianggap dapat diterima karena orang-orang percaya bahwa beberapa orang tidak memiliki jiwa.

Terus semakin memahami iman dan semakin memahami moralitas diperlukan, kata Paus Fransiskus.

Dan merenungkan dengan getir kenyataan bahwa hari ini "tidak ada budak", Paus Fransiskus menunjukkan bahwa sebenarnya ada lebih banyak budak .... tetapi setidaknya, beliau berkata, kita tahu bahwa memperbudak seseorang adalah melakukan dosa berat. Hal yang sama berlaku untuk hukuman mati : "sekali waktu itu dianggap lumrah; hari ini kita mengatakan bahwa itu tidak bisa diterima", beliau berkata.

Konsep yang sama, beliau melanjutkan, dapat diterapkan terhadap "perang agama" : ketika kita terus memperdalam iman kita dan memperjelas perintah-perintah moralitas "ada orang-orang kudus, orang-orang kudus yang kita semua kenal, dan juga orang-orang kudus yang tak dikenal".

Gereja, beliau mengulas, "penuh dengan orang-orang kudus yang tak dikenal", dan kekudusan merekalah yang akan menuntun kita pada "kepenuhan kedua" ketika "Tuhan pada akhirnya akan menjadi segalanya".

Dengan demikian, Paus Fransiskus berkata, "umat Allah selalu sedang dalam perjalanan mereka".

Ketika umat Allah berhenti, beliau berkata, "mereka menjadi seperti orang-orang terpenjara dalam sebuah kandang, seperti keledai". Dalam situasi seperti itu mereka tidak dapat mengerti, berjalan ke depan, memperdalam iman mereka - serta kasih dan iman tidak memurnikan jiwa mereka.

Dan, beliau mengatakan, ada "kepenuhan waktu yang ketiga : kepenuhan kita". Kita masing-masing, Paus Fransiskus menjelaskan, "sedang dalam perjalanan menuju kepenuhan waktu kita. Kita masing-masing akan mencapai saat yang di dalamnya kehidupan berakhir dan di sana kita harus menemukan Tuhan. Kita masing-masing sedang dalam perjalanan".

"Yesus", beliau mencatat, telah mengutus Roh Kudus untuk membimbing kita dalam perjalanan kita" dan beliau menunjukkan bahwa Gereja hari ini juga sedang dalam perjalanan.

Paus Fransiskus mengajak umat yang hadir untuk menanyakan pada diri mereka apakah selama pengakuan dosa tidak hanya ada rasa malu karena telah berdosa, tetapi juga pemahaman bahwa pada saat itu mereka sedang mengambil "sebuah langkah maju dalam perjalanan menuju kepenuhan zaman".

"Memohon pengampunan dari Allah bukanlah sesuatu yang dengan sendirinya", beliau berkata.

"Itu berarti bahwa saya memahami bahwa saya sedang dalam sebuah perjalanan, bagian dari orang-orang yang sedang dalam perjalanan" dan cepat atau lambat "saya akan menemukan diri saya bertatap muka dengan Allah, yang tidak pernah meninggalkan kita sendirian, tetapi selalu menyertai kita", beliau berkata. Dan inilah, Paus Fransiskus mengakhiri, karya agung kerahiman Allah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.