Kehidupan Santo Paulus, yang ditandai dengan pewartaan, penganiayaan dan doa, dapat menjadi sokoguru bagi seluruh umat kristiani saat ini. Itulah tema homili Paus Fransiskus pada misa harian Kamis pagi 1 Juni 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 22:30.23:6-11), Paus Fransiskus menggambarkan Santo Paulus sebagai manusia tindakan yang utama. Sulit membayangkannya, bersantai di bawah sebuah payung pantai, beliau mengatakan, karena ia selalu berada di perjalanan dan jarang ditemukan duduk di depan meja.
Sebaliknya, Paus Fransiskus mengatakan, Santo Paulus terdorong oleh semangat mewartakan dan selalu bergerak, mewartakan Yesus Kristus kepada dunia.
Hasrat mewartakan ini menghasilkan karakteristik kedua dari kehidupan Rasul Paulus yakni penganiayaan yang dideritanya di tangan para pemimpin agama pada zamannya. Tetapi Paus Fransiskus mencatat bagaimana Paulus diilhami oleh Roh Kudus dan mampu menabur perpecahan di antara orang-orang Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan dan orang-orang Farisi yang mempercayainya.
Berbicara di depan Mahkamah Agama, Paulus berkata, "Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati". Tiba-tiba sebuah keberatan muncul, Paus Fransiskus mencatat, karena para penjaga hukum ini semua terbagi-bagi dalam keyakinan mereka. Mereka telah kehilangan kepercayaan mereka, beliau berkata, karena mereka telah mengubah hukum dan ajaran mereka menjadi ideologi-ideologi.
Aspek ketiga dari kehidupan Paulus, yang dikatakan oleh Paus Fransiskus adalah doa, tentang hubungan intimnya dengan Tuhan. Di samping perutusan pewartaan yang tak kenal lelah ini sampai ke ujung bumi dan berjuang melawan para penganiayanya, Paulus menampilkan sebuah dimensi mistik perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit, yang pertama kali ia temui di jalan menuju Damsyik. Kekuatan Paulus, kata Paus Fransiskus, berasal dari seorang manusia doa yang terus-menerus mencari dan berjumpa Tuhan.
Paus Fransiskus mengakhiri dengan sebuah keinginan agar kita juga dapat diberi rahmat untuk mempelajari ketiga sikap pewartaan, menentang penganiayaan dan berjumpa dengan Kristus melalui doa ini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.