Bacaan Ekaristi : Kej. 12:1-9; Mzm. 33:12-13,18-19,20,22; Mat. 7:1-5.
Dalam homilinya selama Misa harian Senin pagi 26 Juni 2017 - Misa harian terakhir sebelum liburan musim panas dan kunjungan apostoliknya ke Kolombia 6-11 September 2017 - Paus Fransiskus mengatakan bahwa orang-orang kristiani tidak perlu membaca horoskop atau berkonsultasi dengan para peramal untuk meramalkan masa depan; tetapi mengizinkan Allah membimbing mereka dalam sebuah perjalanan yang penuh dengan kejutan.
Mengajak orang-orang kristiani untuk tidak "terlalu duduk diam, tidak bergerak, terpaku", Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kej. 12:1-9) yang menceritakan Tuhan meminta Abraham untuk meninggalkan negerinya, tanah airnya, rumah ayahnya dan pergi bersama dengan sanak keluarganya, dan Abraham - yang berumur tujuh puluh lima tahun - pergi, seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya.
"Ada sebuah gaya hidup kristiani", kata Paus Fransiskus, "sebuah gaya hidup yang berdasarkan tiga matra : "peninggalan", "janji" dan "berkat".
""Menjadi orang kristiani selalu menyiratkan matra pelucutan dirinya' dari sesuatu ini, inilah sebuah matra yang mencerminkan peninggalan Yesus di kayu Salib", kata Paus Fransiskus.
Selalu ada kebutuhan untuk "berangkat", mengambil langkah pertama dan "meninggalkan negeri kalian, keluarga kalian, rumah ayah kalian".
Alkitab dan keempat Injil, kata Paus Fransiskus, penuh dengan kisah dan episode yang menceritakan para nabi dan para murid dipanggil untuk berangkat.
Orang-orang kristiani, beliau melanjutkan, harus memiliki "daya tampung" untuk "dilucuti dan meninggalkan", jika tidak mereka bukanlah "orang-orang kristiani sejati".
Abraham, beliau mengatakan, menaati Tuhan dengan iman, dan berangkat ke sebuah negeri antah berantah untuk "menerima sebuah warisan".
"Orang kristiani tidak membaca horoskop untuk meramalkan masa depan, orang kristiani tidak berkonsultasi dengan seorang peramal yang melihat bola kristal atau membaca telapak tangan kalian...", kata Paus Fransiskus.
Orang kristiani, beliau berkata, membiarkan dirinya dibimbing oleh Allah yang membawa kita pada jalan menuju penggenapan janji-Nya. "Kita adalah pria dan wanita yang berjalan menuju sebuah janji", beliau berkata - jalan yang dijalani Abraham menuju tanah yang baru".
Dan lagipula, Paus Fransiskus melanjutkan, Abraham tidak membangun sebuah rumah, ia memasang sebuah tenda, yang menunjukkan bahwa "ia sedang dalam perjalanan dan mempercayai Allah"; ia membangun sebuah mezbah "untuk menyembah-Nya" dan kemudian ia terus berjalan : ia selalu dalam bepergian.
Perjalanan orang kristiani, Paus Fransiskus menjelaskan, dimulai sekali lagi setiap pagi, mempercayai Tuhan dan membukakan kepadanya banyak kejutan.
Beliau menunjukkan bahwa kadang kala kejutan-kejutan ini baik, kadang kala buruk. "Pikirkanlah penyakit atau kematian", beliau berkata, tetapi kita harus selalu terbuka karena kita tahu bahwa Ia akan membawa kita ke tempat yang aman, ke sebuah tanah yang telah dipersiapkan khusus untuk kita.
Ciri lain dari orang kristiani yakni ia selalu membawa berkat. Orang-orang kristiani berbicara baik tentang Allah dan orang lain, serta meminta berkat Allah untuk berjalan maju di jalan mereka.
Inilah, kata Paus Fransiskus, pola kehidupan kristiani kita karena setiap orang, "bahkan orang awam, harus memberkati orang lain, berbicara baik tentang Allah dan orang lain".
Terlalu sering, beliau menambahkan, kita berbicara buruk tentang sesama kita, "lidah kita mengibas terlalu banyak" alih-alih mengikuti perintah yang diberikan Allah kepada "bapa kita" Abraham sebagai sebuah pelajaran untuk kehidupan : "Pelajaran tentang berjalan, membiarkan diri kita dilucuti oleh Tuhan, mempercayai janji-janji-Nya dan tidak patut dihukum", beliau berkata.
"Jauh di lubuk hati", Paus Fransiskus mengakhiri homilinya, "kehidupan kristiani begitu sederhana!"
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.