Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 September 2017 : UNTUK MENJANGKAU YESUS, UMAT KRISTIANI HARUS MENGAKUI BAHWA MEREKA ADALAH ORANG-ORANG BERDOSA

Bacaan Ekaristi : Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13

Jika kamu menginginkan belas kasihan, ketahuilah bahwa kamu adalah orang-orang berdosa. Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam Misa harian Kamis pagi 21 September 2017 yang bertepatan dengan Pesta Santo Matius, rasul dan pengarang Injil, di Casa Santa Marta, Vatikan.

Homili Bapa Suci mengacu pada kisah pertobatan dan panggilan pemuridan Santo Matius yang dikisahkan Bacaan Injil liturgi hari itu (Mat. 9:9-13). Bapa Suci memusatkan perhatiannya pada tiga tahap kisah tersebut : panggilan, perjamuan, dan pergunjungan.

Yesus baru saja menyembuhkan seorang lumpuh, ketika Ia bertemu Matius - seorang pemungut cukai, sebab itu ia dipandang rendah oleh para penguasa Yahudi dan dianggap pengkhianat tanah air dan orang-orang sebangsanya - duduk di rumah cukai. Yesus menatapnya dan berkata, "Ikutlah Aku", dan Matius berdiri serta mengikuti Dia.

Mengingat lukisan Caravaggio yang terkenal tentang kejadian itu, Paus Fransiskus berbicara tentang "tatapan melirik" dari Matius dengan satu mata kepada Sang Juruselamat kita dan mata yang lainnya melirik dompetnya : sebuah tatapan yang bahkan tampak janggal, kalaupun tidak agresif sama sekali. Kemudian, ada tatapan Yesus yang penuh belas kasihan, yang menyampaikan kasih yang begitu berlimpah-limpah sehingga perlawanan orang yang menginginkan uang itu, "gagal" : Matius berdiri dan mengikuti Dia. "Kejadian itu merupakan pergumulan antara belas kasihan dan dosa", kata Paus Fransiskus

Kasih Yesus bisa masuk ke dalam hati manusia itu, Matius, karena Ia "tahu bahwa Matius adalah orang berdosa", Ia tahu "Matius tidak dikasihi oleh siapapun juga", dan bahkan dipandang rendah. Justru "hati nurani yang penuh dosa itu, yang membuka pintu bagi belas kasihan Yesus". Maka, "[Matius] meninggalkan segalanya" dan mengarungi sebuah perjalanan baru bersama Tuhan kita.

Inilah perjumpaan antara orang berdosa dan Yesus. "Inilah kondisi keselamatan yang pertama : merasa diri dalam bahaya. IMerasa sakit adalah kondisi penyembuhan yang pertama. Merasa berdosa adalah kondisi pertama untuk menerima tatapan belas kasihan ini. Tetapi marilah kita memikirkan pandangan Yesus, begitu indah, begitu baik, begitu penuh belas kasihan. Dan kita, juga, ketika kita berdoa, kita merasakan pandangan ini kepada kita; pandangan tersebut adalah pandangan kasih, tatapan belas kasihan, tatapan yang menyelamatkan kita. Janganlah takut".

Matius - seperti Zakeus - merasa bahagia, mengundang Yesus untuk datang makan ke rumahnya. Tahap kedua memang adalah "pesta" - salah satu perayaan. Matius mengundang teman-temannya, "orang-orang yang sama pekerjaannya", orang-orang berdosa dan para pemungut cukai.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa hal ini mengingatkan perkataan Yesus dalam Bab 15 Injil Lukas : "Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan". Inilah pesta pertemuan Bapa, pesta belas kasihan. Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus sangat boros dengan belas kasihan, belas kasihan untuk semua orang.

Lalu tibalah saat ketiga : pergunjingan

Orang-orang Farisi melihat bahwa para pemungut cukai dan orang-orang berdosa makan bersama-sama dengan Yesus, dan mengatakan kepada murid-murid-Nya, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?". Oleh karena itu, Paus Fransiskus mencatat, "selalu sebuah pergunjingan dimulai dengan ungkapan ini : 'Tetapi bagaimana mungkin?'". Beliau melanjutkan dengan mengatakan, "Ketika kamu mendengar kalimat ini, kalimat tersebut tercium", dan "pergunjingan mengikuti". Mereka, pada dasarnya, tergunjing oleh "kenajisan tidak mengikuti hukum". Mereka sangat mengenal "ajaran", tahu bagaimana cara berjalan "di jalan Kerajaan Allah", tahu "lebih baik dari siapapun bagaimana berbagai hal seharusnya dilakukan", tetapi "telah melupakan perintah pertama, perintah kasih". Kemudian, "mereka terkunci dalam kurungan pengorbanan, "mungkin berpikir, "Tetapi marilah berkorban untuk Allah, marilah kita melakukan semua yang harus kita lakukan, "jadi kita diselamatkan". Singkatnya, mereka percaya bahwa keselamatan berasal dari diri mereka sendiri, mereka merasa aman. "Tidak", kata Paus Fransiskus. "Allah menyelamatkan kita, menyelamatkan kita Yesus Kristus":

"Begitulah?", yang sering kita dengar berkali-kali dari umat Katolik ketika mereka melihat karya-karya belas kasihan. Bagaimana bisa? Yesus jelas, Ia sangat jelas : 'Pergilah dan belajarlah'. Ia menyuruh mereka belajar, bukan? 'Pergilah dan belajarlah apa artinya belas kasihan. [Itulah apa] yang Aku inginkan, dan bukan pengorbanan, karena Aku tidak datang untuk memanggil orang benar tetapi orang-orang berdosa'. Jika kamu ingin dipanggil oleh Yesus, kenalilah dirimu orang berdosa".

Jika kamu akan menerima belas kasihan, kenali dirimu sebagai orang-orang berdosa

Paus Fransiskus mendesak kita untuk mengenali diri kita sebagai orang-orang berdosa, tidak bersalah atas "dosa" secara semu namun bersalah atas "dosa-dosa secara nyata" : begitu banyak "kita semua telah melakukannya", beliau berkata. "Marilah kita memandang Yesus dengan tatapan penuh belas kasihan yang penuh cinta itu", beliau melanjutkan.

Sambil masih memikirkan pergunjingan tersebut, beliau mencatat bahwa jumlahnya sangat banyak:

"Ada begitu banyak, banyak - dan selalu, bahkan dalam Gereja saat ini. Mereka berkata, 'Tidak, kamu tidak bisa, itu semua jelas, itu semua, tidak, tidak - itu adalah orang-orang berdosa, kita harus mengusir mereka'. Banyak orang kudus juga telah dianiaya atau dicurigai. Kita memikirkan Santa Joan dari Arc, yang dikirim ke tiang pancang, karena mereka mengira dia adalah seorang penyihir, dan menghukumnya. Seorang santa! Pikirkanlah Santa Teresa, yang dicurigai sesat, pikirkanlah Beato [Antonio] Rosmini. 'Belas kasihan yang saya inginkan, dan bukan pengorbanan'. Dan pintu untuk bertemu dengan Yesus adalah mengenali diri kita apa adanya : kebenaran [tentang diri kita sendiri], [bahwa kita adalah] orang-orang berdosa. Dan Ia datang, dan kita bertemu. Sangatlah indah bertemu dengan Yesus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.