Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI ULANG TAHUN KE-201 BERDIRINYA KORPS GENDARMES (KORPS KEPOLISIAN VATIKAN) DI GUA LOURDES VATIKAN 25 September 2017 : BAGI ALLAH TIDAK PERNAH ADA KATA TERLAMBAT

Dalam Bacaan Pertama, nabi Yesaya menasihati kita untuk mencari Tuhan, mengubah diri kita : "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya" (Yes 55:6). Itulah pertobatan. Ia mengatakan kepada kita bahwa begitulah caranya : mencari Tuhan, mengubah hidup kita, bertobat. . . Dan hal ini benar. Namun, Yesus mengubah nalar dan melampauinya, dengan nalar yang tidak dapat dipahami oleh siapapun : itulah nalar kasih Allah. Memang benar, kamu harus mencari Tuhan dan melakukan semua yang kamu bisa untuk menemukan Dia, tetapi yang apa penting adalah Ia sedang mencarimu. Ia sedang mencarimu. Yang lebih penting ketimbang mencari Tuhan adalah menyadari bahwa Ia sedang mencariku.

Perikop Injil ini, perumpamaan ini, membuat kita memahami hal ini: Allah datang untuk menemukan kita. Perikop ini menyebutkan pergi keluar sebanyak lima kali : pergi keluarnya Allah, tuan rumah, yang pergi untuk menyewa para pekerja pada hari itu untuk kebun anggurnya. Dan hari <mewakili> kehidupan seseorang, dan Allah pergi keluar pada pagi hari, di pertengahan pagi dan siang hari, pada siang hari, siang sampai sore hari, pukul lima. Ia tidak bosan pergi keluar. Allah kita tidak bosan pergi mencari kita, membuat kita melihat bahwa Ia mengasihi kita. "Tetapi Bapa, aku adalah orang berdosa..." Dan berapa kali kita berada di Lapangan seperti [perumpamaan] ini yang ada sepanjang hari, dan berada di lapangan adalah berada di dunia ini, berada dalam dosa, berada di ... "Marilah!" - "Tetapi sudah terlambat..." - "Marilah!". Bagi Allah, tidak pernah ada kata terlambat! Tidak pernah, tidak pernah. Inilah nalar pertobatan-Nya. Ia keluar dari diri-Nya untuk mencari kita, dan Ia keluar dari diri-Nya sedemikian rupa sehingga Ia mengutus Putra-Nya untuk mencari kita. Allah kita selalu memiliki mata-Nya terhadap kita. Kita memikirkan Bapa dari Anak yang Hilang : Injil mengatakan bahwa ia melihatnya datang dari kejauhan (Luk 15:20). Tetapi mengapa ia melihatnya? Karena setiap hari, mungkin beberapa kali sehari, ia pergi ke teras untuk melihat apakah putranya sedang datang, apakah putranya sedang pulang. Inlah hati Allah kita : Ia selalu menanti kita. Dan ketika seseorang berkata : "Aku telah menemukan Allah", ia keliru. Pada akhirnya, Ia telah menemukanmu dan telah membawamu bersama-Nya. Dialah yang mengambil langkah pertama. Dia tidak bosan pergi keluar, pergi keluar... Dia menghormati kebebasan setiap manusia, tetapi Dia ada di sana, menunggu kita untuk sedikit membuka pintu.

Dan inilah hal yang hebat tentang Tuhan : Dia rendah hati. Allah kita rendah hati. Dia merendahkan dirinya menunggu kita. Dia selalu ada di sana, sedang menunggu.

Kita semua adalah orang-orang berdosa dan kita semua membutuhkan perjumpaan dengan Tuhan, sebuah perjumpaan yang akan memberi kita kekuatan untuk terus berjalan, hanya untuk menjadi lebih baik. Namun, berhati-hatilah, karena Ia lewat, Ia datang dan akan menjadi hal yang menyedihkan jika Ia seharusnya lewat dan kita tidak menyadari bahwa Ia sedang lewat. Dan marilah kita memohonkan rahmat tersebut hari ini : "Tuhan, supaya aku yakin bahwa Engkau sedang menunggu. Ya, sedang menungguku, dengan dosa-dosaku, dengan aib-aibku, dengan masalah-masalahku". Kita semua memilikinya, kita semua. Tetapi Ia ada di sana : Ia selalu ada di sana. Aku pikir dosa terburuk adalah tidak mengerti bahwa Ia selalu ada di sana sedang menungguku, tidak mempercayai kasih ini : tidak mempercayai kasih Allah.

Pada hari yang penuh sukacita ini bagimu, semoga Tuhan menganugerahkan rahmat ini, juga kepada saya, kepada semua orang : rahmat untuk memastikan bahwa Ia selalu berada di pintu, sedang menungguku untuk
sedikit membuka supaya masuk, dan jangan takut. Ketika anak yang hilang melihat ayahnya, ayahnya turun dari teras dan pergi menemui putranya.

Orang tua itu bergegas, dan Injil mengatakan bahwa ketika putranya mulai berkata : "Bapa, aku telah berdosa...", ia tidak membiarkannya berbicara; ia memeluknya, menciumnya (bdk. Luk 15:20-21). Inilah yang menunggu kita jika kita sedikit membuka pintu : pelukan Bapa.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.