Hanya Kristus yang disalibkan akan menyelamatkan kita dari setan yang membuat kita "perlahan-lahan tergelincir ke dalam keduniawian", menyelamatkan kita juga dari "kebodohan" yang disampaikan Santo Paulus kepada jemaat di Galatia, dan dari rayuan. Inilah pesan utama homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Jumat pagi, 13 Oktober 2017, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau merenungkan Bacaan Injil (Luk 11:15-26) yang menceritakan Yesus mengusir penghulu setan, yang oleh beberapa orang ditafsirkan melalui kuasa iblis.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan meminta kita waspada agar tidak masuk ke dalam godaan. Inilah sebabnya mengapa orang kristiani harus sadar, waspada dan berhati-hati bagaikan seorang penjaga. Yesus tidak sedang menceritakan sebuah perumpamaan tetapi sedang menyatakan sebuah kebenaran, misalkan ketika roh najis keluar dari seseorang, ia berkeliaran di tempat-tempat yang ditinggalkan untuk mencari perlindungan dan tidak menemukannya, memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya, tempat orang yang dibebaskan hidup. Oleh karena itu, setan memutuskan untuk membawa "tujuh roh lainnya yang lebih jahat daripadanya". Paus Fransiskus menekankan kata "lebih jahat", dengan mengatakan bahwa dalam perikop hal tersebut memiliki banyak kekuatan karena setan masuk secara diam-diam.
Dengan demikian setan mulai menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dengan gagasan-gagasan dan ilham-ilham mereka, mereka membantu orang tersebut untuk hidup lebih baik dan memasuki kehidupan dan hatinya serta mulai mengubahnya dari dalam, tetapi secara diam-diam tanpa membuat kegaduhan. Cara ini berbeda dengan kerasukan roh jahat sebelumnya yang kuat, Paus Fransiskus menjelaskan, menambahkan kali ini kerasukan roh jahat tersebut, sesuatu bagaikan dalam "ruang keluarga". Setan perlahan-lahan mengubah kriteria kita untuk membawa kita menuju keduniawian. Ia menyamarkan cara bertindak kita, yang jarang kita perhatikan. Jadi, manusia, yang terbebas dari setan, menjadi orang jahat, orang yang terbebani oleh keduniawian. Dan itulah tepatnya yang diinginkan setan - keduniawian, Paus Fransiskus menekankan.
Keduniawian, Paus Fransiskus menjelaskan, adalah sebuah mantra, sebuah rayuan, karena setan adalah "bapa rayuan". Ketika setan masuk "dengan sangat manis, sopan dan merasuki sikap-sikap kita", kata Paus Fransiskus, nilai-nilai kita beralih dari pelayanan kepada Allah menjadi keduniawian. Dengan demikian kita menjadi "umat kristiani yang suam-suam kuku, umat kristiani yang duniawi", sebuah campuran, sesuatu yang digambarkan Paus Fransiskus sebagai suatu "salad buah" yang terbuat dari roh dunia dan roh Allah. Semua ini menjauhkan kita dari Tuhan, kata Paus Fransiskus dan menekankan bahwa cara menghindarinya dengan waspada dan tenang tanpa gelisah.
Waspada berarti memahami apa yang terjadi di dalam hati saya, kata Paus Fransiskus, seraya menambahkan, "waspada berarti berhenti sejenak untuk memeriksa hidup saya, apakah saya orang kristiani, apakah saya mendidik anak-anak saya, apakah hidup saya kristiani atau duniawi?" Dan kita memahami hal ini, seperti yang ditunjukkan Santo Paulus, dengan memandang Kristus yang tersalib. Kita memahami di mana keduniawian terletak dan dihancurkan di hadapan salib Tuhan. Penyaliban menyelamatkan kita dari pesona dan godaan yang membawa kita menuju keduniawian.
Bapa Suci mendesak umat kristiani untuk memeriksa diri mereka apakah mereka memandang Kristus yang tersalib, apakah mereka berdoa Jalan Salib untuk memahami harga keselamatan, tidak hanya dari dosa tetapi juga dari keduniawian. Pemeriksaan batin, kata Paus Fransiskus, dilakukan selalu di hadapan Kristus yang tersalib, dengan doa, setelah itu kita harus melepaskan diri dari sikap-sikap nyaman kita, melalui karya-karya amal, mengunjungi orang sakit, membantu seseorang yang membutuhkan dan sebagainya. Hal ini menghancurkan keselarasan dan keduniawian rohani yang diusahakan setan bersama tujuh roh lainnya tercipta di dalam diri kita, Paus Fransiskus menambahkan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.