Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 1 Februari 2018 : TIGA KENYATAAN KEMATIAN

Bacaan Ekaristi : 1Raj 2:1-4.10-12; 1Taw 29:10.11ab.11d-12a.12bcd; Mrk 6:7-13

Memikirkan kematian menyelamatkan kita dari khayalan menjadi "penguasa waktu". Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 1 Februari 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus merenungkan tiga kenyataan yang berkenaan dengan kematian : "Kematian adalah sebuah fakta; kematian adalah sebuah warisan; kematian adalah sebuah kenangan".

"Kita tidak abadi melainkan lekas berlalu : kita adalah pria dan wanita dalam sebuah perjalanan tepat waktu, waktu yang memulai, dan waktu yang mengakhiri". Diilhami oleh Bacaan Pertama (1Raj 2:1-4.10-12) yang menceritakan kematian Daud, Paus Fransiskus mengundang semua orang. "untuk berdoa, dan memohon rahmat indra waktu" agar tidak "terpenjara" oleh masa sekarang, "tertutup pada diri sendiri". Kematian, kata Paus Fransiskus, "adalah fakta yang mempengaruhi semua orang". Untuk beberapa orang, kematian tiba kemudian, untuk beberapa orang kematian tiba lebih cepat, "tetapi kematian tiba".

Tetapi ada godaan masa kini yang menguasai kehidupan dan membawa kalian pergi berkeliaran dalam labirin mementingkan diri dari masa kini tersebut, tanpa sebuah masa depan, selalu datang dan pergi, datang dan pergi, bukan? Dan perjalanan berakhir dengan kematian, kita semua memahami hal itu. Dan karena alasan ini, Gereja senantiasa mencoba merenungkan kesudahan kita ini : bukan kematian".

Sangatlah membantu, kata Paus Fransiskus, sering mengulangi, "Aku bukan penguasa waktu", karena permenungan ini "menyelamatkan kita dari khayalan masa kini, khayalan memandang kehidupan bagaikan sebuah rantai dengan mata rantai berupa saat-saat perorangan", sebuah kehidupan fana "yang tidak masuk akal". Kita mengatakan kepada diri kita sendiri, "Aku sedang dalam perjalanan dan aku harus memandang ke depan"; tetapi, kata Paus Fransiskus, kita juga seharusnya memikirkan bahwa "kematian adalah warisan," - bukan harta peninggalan jasmani, tetapi warisan kenangan. Jadi kita seharusnya bertanya pada diri kita sendiri:

"Apa jadinya warisanku jika Allah memanggilku hari ini? Warisan apa yang akan kutinggalkan sebagai sebuah kesaksian dari hidupku?" Itu adalah pertanyaan yang baik untuk ditanyakan kepada diriku. Dan dengan demikian kita bisa mempersiapkan diri kita, karena kita masing-masing ... tak seorang pun dari kita akan tetap "sebagai sebuah peninggalan". Kita semua harus menyusuri jalan ini.

Akhirnya, Paus Fransiskus berkata, "kematian adalah sebuah kenangan", sebuah "kenangan yang diantisipasi" direnungkan :

Ketika aku meninggal, apa yang akan kulakukan dalam keputusan ini yang harus kubuat hari ini, dalam perjalanan kehidupanku hari ini? Keputusan-keputusan yang harus kubuat setiap hari.adalah sebuah kenangan yang diantisipasi yang menerangi "saat" hari ini, yang menerangi dengan fakta kematian

Mengetahui bahwa kita sedang dalam perjalanan menuju kematian, Paus Fransiskus mengakhiri homilinya, "akan membuat kita memperlakukan semua orang dengan baik".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.