Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 4 Mei 2018 : USKUP YANG BAIK SELALU MENGAWASI UMATNYA

Bacaan Ekaristi : Kis. 15:22-31; Mzm. 57:8-9,10-12; Yoh. 15:12-17.

“Oh, uskup ini! Ya, ia baik, tetapi ia tidak terlalu memperhatikan kami, ia selalu sibuk”. Dan “uskup ini ikut campur dalam bisnis, ia adalah sedikit seorang pengusaha dan itu tidak baik”. “Uskup yang satu ini berhubungan dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan perutusannya”, “ia selalu membawa koper, selalu bepergian, ke mana-mana”.


“Seberapa sering kita mendengar umat mengucapkan kata-kata ini? Itu tidak baik”, kata Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 4 Mei 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Seorang uskup harus “menjaga iman” dan “meneguhkan dalam iman”. Ia harus menjadi seorang penjaga yang “mengawasi” umat, seorang gembala yang menunjukkan kedekatannya dengan mereka dan “membiarkan dirinya terlibat dalam kehidupan kawanan dombanya”, dan bukan “pegawai” Gereja yang “dibayar per jam” .

Bacaan Pertama (Kis 15:22-31) menggambarkan saat sulit dalam jemaat Antiokia. “Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka”. Petrus dan para rasul menulis kepada umat kristiani itu untuk memulihkan kedamaian, mengutus Barnabas, Paulus, dan orang-orang terpercaya lainnya. Membaca surat itu, jemaat bersukacita karena “dorongan yang diberikan” kepada mereka. Mereka merasa diteguhkan dalam iman mereka oleh para rasul dan para uskup, sebaliknya orang-orang yang telah mempersembahkan diri mereka untuk membela jemaat sebagai “para penjaga ajaran sejati”, “meyakini diri mereka sebagai para teolog kristiani sejati”, tidak melakukan apa-apa kecuali menyesatkan”.

Uskup malahan "meneguhkan dalam iman", Paus Fransiskus menekankan. “Uskup adalah orang yang mengawasi, orang yang menggembalakan”. Ia adalah seorang penjaga yang "waspada" dan "tahu di mana harus mencari untuk membela kawanan dombanya dari serigala yang datang". Karena hidupnya "terlibat dengan kehidupan kawanan dombanya".

Dan kawanan yang sama dapat merasakan jika hal ini benar-benar terjadi. Kawanan tersebut memiliki kemampuan untuk memahami di mana ada uskup sejati : “Umat Tuhan tahu kapan sang gembala adalah seorang gembala, ketika sang gembala dekat, ketika sang gembala tahu cara berjaga-jaga dan memberikan hidupnya untuk mereka”, Paus Fransiskus menekankan.

“Berjaga-jagalah, kalau begitu! Paus Fransiskus menunjukkan "kata yang indah" untuk mendefinisikan panggilan seorang uskup. “Yesus membedakan gembala sejati dari juru tulis, dari orang yang tertarik dengan bayaran dan tidak peduli jika serigala datang dan satu domba dimakan : ia tidak peduli. Sebaliknya, gembala sejati yang berjaga-jaga, yang terlibat dalam kehidupan kawanan domba, tidak hanya membela semua domba, ia membela mereka masing-masing, ia meneguhkan mereka masing-masing, dan jika dombanya pergi atau tersesat, ia pergi dan mencarinya serta membawanya pulang. Ia sangat terlibat sehingga ia tidak kehilangan satu pun domba. “Uskup sejati mengenal nama setiap domba - Paus Fransiskus bersikeras - dan hal ini membuat kita memahami bagaimana Yesus memiliki angan-angan agar uskup:“ dekat ”dengan umatnya.

Oleh karena itu, Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan memberi contoh tentang seperti apakah uskup sejati. Santo Turibius dari Mogrovejo, uskup agung Spanyolmeninggal di sebuah desa adat kecil dengan dikelilingi oleh umatnya yang memainkan "chirimía", sebuah alat musik tiup, sehingga ia bisa meninggal dunia dengan damai.

Sebagai penutup homilinya, Paus Fransiskus memanjatkan doa agar Gereja tidak kekurangan gembala-gembala yang baik, yang bekerja, berdoa, dekat dengan umat Allah dan yang tahu bagaimana cara berjaga-jaga.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.