Bacaan Ekaristi : Yeh. 18:25-28; Mzm. 25:4bc-5,6-7,8-9; Flp. 2:1-11 (Flp. 2:1-5); Mat. 21:28-32.
Bacaan-bacaan hari Minggu ini
berbicara kepada kita tentang pertobatan. Pertobatan hati; pertobatan yang
berarti “mengubah hidup”, yaitu hati yang tidak berjalan di jalan yang baik guna
menemukan jalan yang baik.
Tetapi bukan hanya pertobatan kita : juga
pertobatan Allah. “Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya -
kita mendengar dalam Bacaan Pertama - dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia
akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang
dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati“ (Yeh 18:27-28). Orang fasik
bertobat. Marilah kita mengatakannya dengan lebih mudah : orang berdosa
bertobat dan Allah juga bertobat menuju orang berdosa tersebut demi dirinya.
Perjumpaan dengan Allah, pertobatan, ada di kedua belah pihak; keduanya mencoba
untuk bertemu. Pengampunan tidak hanya pergi ke sana, mengetuk pintu dan
berkata : "Maafkanlah aku", dan dari interkom, mereka menjawabmu :
"Aku memaafkanmu. Keluarlah". Pengampunan selalu merupakan pelukan Allah.
Tetapi Allah berjalan, ketika kita berjalan, untuk menemui kita.
Inilah pengampunan Allah, cara untuk
bertobat. “Tetapi bagaimana aku bisa pergi kepada Allah? Aku sungguh orang
berdosa!". Apa yang diinginkan Allah yaitu : kamu pergi, kamu pergi
kepada-Nya. Apa yang dilakukan bapa dari anak yang hilang? – anak yang pergi
dengan uang dan menghambur-hamburkan hartanya untuk kebiasaan buruk - Apa yang dilakukan
sang bapa? Ketika ia melihat anaknya pulang - karena anaknya merasa ia harus kembali
kepada bapanya; ia harus kembali karena terpaksa, tetapi bagaimanapun juga, anaknya
mengambil langkah tersebut - sang bapa, yang berada di teras, segera keluar dan
pergi menemui anaknya. Ia tidak menunggunya di pintu dengan menunjuk jarinya, ia
memeluknya! Dan ketika anaknya berbicara memohon ampun, pelukan itu menutupi
mulutnya. Inilah pertobatan. Inilah kasih Allah. Sebuah jalan untuk saling berjumpa.
Dan tentang hal ini saya ingin
menekankan : hati yang selalu terbuka untuk berjumpa Allah - inilah pertobatan,
terbuka untuk berjumpa Allah - apakah modelnya? Modelnya adalah Injil, orang
kaya, orang miskin, modelnya adalah Yesus Kristus. Ia keluar untuk menemui kita.
Kita mendengar Bacaan Kedua : “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. […] Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp
2:5-8).
Jalan pertobatan adalah mendekati, jalan
pertobatan adalah kedekatan, tetapi kedekatan yang merupakan pelayanan. Dan
kata ini membuat saya memanggilmu, Saudara-saudara Gendarmes. Kapanpun kamu
mendekati untuk melayani, teladanilah Yesus Kristus. Setiap kali kamu mengambil
langkah untuk menertibkan, kamu memikirkan kamu sedang melakukan suatu
pelayanan, kamu sedang melakukan suatu pertobatan yaitu pelayanan. Dan cara kamu
melakukannya, kamu sudi sedang berbuat baik kepada orang lain. Dan untuk itu,
saya ingin mengucapkan terima kasih. Pelayananmu adalah pertobatan ganda :
pertobatanmu - seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus -, meninggalkan
kenyamananmu, meninggalkan… "Aku akan melayani"; dan pertobatan
lainnya, yaitu pertobatan lain, yang tidak merasa dihukum pada saat pertama
tetapi mendengarkan, memperbaiki, dengan kerendahan hati Yesus. Jadi Yesus
memintamu untuk menjadi seperti Dia : kuat, disiplin, tetapi rendah hati dan
hamba.
Saya pernah mendengar seorang yang
sudah lanjut usia yang, berbicara tentang anaknya yang memarahi anak-anaknya,
berkata : “Anakku tidak mengerti bahwa setiap kali ia memarahi anak-anaknya, ia
kehilangan kewibawaan”. Kewibawaanmu ada dalam pelayanan : membatasi, membuat
sesuatu terjadi, tetapi dalam pelayanan, dalam amal kasih, dalam kebaikan. Dan
inilah panggilanmu yang agung. Bagi saya, sangatlah menyedihkan andai seseorang
mengatakan kepada saya : “Tidak, Korps Gendarmeriemu …, mereka adalah karyawan,
karyawan, yang melakukan jadwal mereka dan kemudian tidak peduli…”. Tidak,
tidak. Ini bukanlah cara bertobat dan mepertobatkan orang lain. Caramu adalah
melayani, seperti seorang bapa yang pergi mengunjungi anaknya, seperti seorang
saudara yang melihat sesuatu dan berkata : “Tidak, hal ini tidak dapat
dilakukan, hal ini tidak baik”. Inilah caranya tetapi diucapkan dengan hati,
diucapkan dengan kerendahan hati, diucapkan dengan kedekatan.
Kitab Suci mengatakan, dalam Injil,
bahwa Yesus selalu bersama orang-orang berdosa, juga bersama para pelaku
kejahatan, tetapi mereka merasa dekat dengan Yesus, mereka tidak merasa
dihakimi. Tetapi Yesus tidak pernah mengatakan sebuah dusta, sebuah dusta.
Tidak : “Inilah kebenaran, inilah caranya”. Tetapi Ia mengatakannya dengan
kebaikan, Ia mengatakannya dengan hati-Nya, Ia mengatakannya sebagai seorang saudara.
Terima kasih atas pelayananmu. Terima
kasih, karena saya melihat pelayananmu mengikuti cara ini. Terkadang seseorang
bisa sedikit tergelincir, tetapi dalam hidup siapa yang tidak tergelincir?
Semua! Tetapi kita bangun : “Aku tidak melakukannya dengan baik, tetapi
sekarang…”. Selalu lanjutkan perjalanan ini demi pertobatan orang-orang dan
juga demi pertobatan mereka sendiri. Dalam pelayanan Ia tidak pernah keliru
karena pelayanan adalah kasih, pelayanan adalah amal kasih, pelayanan adalah
kedekatan. Pelayanan adalah cara yang dipilih Allah dalam Yesus Kristus untuk
mengampuni kita, untuk mengubah kita.
Terima kasih atas pelayananmu, dan
maju terus, selalu dengan kedekatan yang rendah hati namun kuat yang diajarkan
Yesus Kristus kepada kita. Terima kasih.
_____
(Peter Suriadi – Bogor,
28 September 2020)