Bacaan Liturgi : Ayb 19:1-27; Rm 5:1-10; Yoh. 6:37-40
Ayub
kalah, benar-benar habis dalam keberadaannya karena penyakit, dengan kulitnya
terkelupas, hampir di titik kematian, hampir tanpa daging, Ayub memiliki suatu
kepastian dan ia berkata : “Tetapi aku tahu : Penebusku hidup, dan akhirnya Ia
akan bangkit di atas debu" (Ayb 19:25). Pada saat Ayub sangat terpuruk,
terpuruk, terpuruk, pelukan cahaya dan kehangatan itulah yang meyakinkannya.
Saya akan melihat Penebus; aku akan melihat-Nya secara langsung, “Aku sendiri
akan melihat Allah memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang
lain” (Ayb 19:27).
Kepastian
ini, pada kenyataannya di saat-saat terakhir kehidupan, adalah pengharapan
Kristiani. Pengharapan tersebut adalah karunia : kita tidak bisa memilikinya.
Karunia itulah yang harus kita mohonkan : "Tuhan, berilah aku pengharapan".
Ada begitu banyak hal mengerikan yang membuat kita putus asa, percaya bahwa
segalanya akan menjadi kekalahan pamungkas, bahwa setelah kematian tidak ada
apa-apa ... Dan suara Ayub kembali, kembali: “Aku tahu : Penebusku hidup, dan
akhirnya Ia akan bangkit di atas debu! [...] Aku sendiri akan melihat-Nya,
mataku sendiri menyaksikan-Nya".
“Pengharapan
tidak mengecewakan” (Rm 5:5), kata Paulus kepada kita. Pengharapan menjangkau
kita dan memberi makna pada kehidupan kita. Saya tidak melihat lebih jauh,
tetapi pengharapan adalah karunia Allah yang membawa kita menuju kehidupan,
menuju sukacita abadi. Di sisi lain, pengharapan adalah sauh yang kita miliki
dan kita menopang diri kita, berpegangan pada tali (bdk. Ibr 6:18-20). “Aku
tahu Penebusku hidup, dan aku sendiri akan melihat-Nya". Dan kita harus
mengulanginya di saat-saat sukacita dan di saat-saat buruk, di saat-saat
kematian, marilah kita mengatakannya.
Kepastian
ini merupakan karunia Allah karena kita tidak pernah bisa memiliki pengharapan
dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus memohonkannya. Pengharapan adalah
karunia cuma-cuma yang tidak pernah layak bagi kita. Pengharapan diberikan.
Pengharapan diberikan; pengharapan diberikan; pengharapan adalah rahmat.
Dan
kemudian, Tuhan menegaskan hal ini, pengharapan yang tidak mengecewakan ini.
“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku” (Yoh 6:37a). Inilah
akhir dari pengharapan : pergi kepada Yesus, ”dan barangsiapa datang kepada-Ku,
ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan
kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh
6:37a-38). Tuhan menerima kita di sana, di mana sauh itu berada. Hidup dalam
pengharapan adalah hidup demikian : kemelekatan, dengan tali di tangan, kuat,
mengetahui bahwa tali itu ada di bawah sana. Dan tali ini tidak mengecewakan,
ia tidak mengecewakan.
Hari ini, memikirkan tentang banyak saudara dan saudari yang telah pergi, ada baiknya kita melihat kuburan dan mengunjungi. Dan mengulangi, seperti Ayub : “Aku tahu: Penebusku hidup, dan aku sendiri akan melihat-Nya, mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain". Dan inilah kekuatan yang diberikan pengharapan kepada kita, karunia cuma-cuma ini adalah keutamaan pengharapan. Semoga Tuhan memberikannya kepada kita semua.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.