Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PENGENANGAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN DI GEREJA KOLOSE KEPAUSAN SANTA MARIA, PEMAKAMAN TEUTONIC, CAMPOSANTO, VATIKAN, 2 November 2020 : PENGHARAPAN ADALAH KARUNIA CUMA-CUMA YANG TIDAK PERNAH LAYAK UNTUK KITA


Bacaan Liturgi : Ayb 19:1-27; Rm 5:1-10; Yoh. 6:37-40

 

Ayub kalah, benar-benar habis dalam keberadaannya karena penyakit, dengan kulitnya terkelupas, hampir di titik kematian, hampir tanpa daging, Ayub memiliki suatu kepastian dan ia berkata : “Tetapi aku tahu : Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu" (Ayb 19:25). Pada saat Ayub sangat terpuruk, terpuruk, terpuruk, pelukan cahaya dan kehangatan itulah yang meyakinkannya. Saya akan melihat Penebus; aku akan melihat-Nya secara langsung, “Aku sendiri akan melihat Allah memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain” (Ayb 19:27).

 

Kepastian ini, pada kenyataannya di saat-saat terakhir kehidupan, adalah pengharapan Kristiani. Pengharapan tersebut adalah karunia : kita tidak bisa memilikinya. Karunia itulah yang harus kita mohonkan : "Tuhan, berilah aku pengharapan". Ada begitu banyak hal mengerikan yang membuat kita putus asa, percaya bahwa segalanya akan menjadi kekalahan pamungkas, bahwa setelah kematian tidak ada apa-apa ... Dan suara Ayub kembali, kembali: “Aku tahu : Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu! [...] Aku sendiri akan melihat-Nya, mataku sendiri menyaksikan-Nya".

 

“Pengharapan tidak mengecewakan” (Rm 5:5), kata Paulus kepada kita. Pengharapan menjangkau kita dan memberi makna pada kehidupan kita. Saya tidak melihat lebih jauh, tetapi pengharapan adalah karunia Allah yang membawa kita menuju kehidupan, menuju sukacita abadi. Di sisi lain, pengharapan adalah sauh yang kita miliki dan kita menopang diri kita, berpegangan pada tali (bdk. Ibr 6:18-20). “Aku tahu Penebusku hidup, dan aku sendiri akan melihat-Nya". Dan kita harus mengulanginya di saat-saat sukacita dan di saat-saat buruk, di saat-saat kematian, marilah kita mengatakannya.

 

Kepastian ini merupakan karunia Allah karena kita tidak pernah bisa memiliki pengharapan dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus memohonkannya. Pengharapan adalah karunia cuma-cuma yang tidak pernah layak bagi kita. Pengharapan diberikan. Pengharapan diberikan; pengharapan diberikan; pengharapan adalah rahmat.

 

Dan kemudian, Tuhan menegaskan hal ini, pengharapan yang tidak mengecewakan ini. “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku” (Yoh 6:37a). Inilah akhir dari pengharapan : pergi kepada Yesus, ”dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh 6:37a-38). Tuhan menerima kita di sana, di mana sauh itu berada. Hidup dalam pengharapan adalah hidup demikian : kemelekatan, dengan tali di tangan, kuat, mengetahui bahwa tali itu ada di bawah sana. Dan tali ini tidak mengecewakan, ia tidak mengecewakan.

 

Hari ini, memikirkan tentang banyak saudara dan saudari yang telah pergi, ada baiknya kita melihat kuburan dan mengunjungi. Dan mengulangi, seperti Ayub : “Aku tahu: Penebusku hidup, dan aku sendiri akan melihat-Nya, mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain". Dan inilah kekuatan yang diberikan pengharapan kepada kita, karunia cuma-cuma ini adalah keutamaan pengharapan. Semoga Tuhan memberikannya kepada kita semua.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.