Liturgical Calendar

HOMILI PAUS LEO XIV DALAM MISA HARI MINGGU PASKAH VII (MISA YUBILEUM KELUARGA, ANAK-ANAK, KAKEK-NENEK DAN ORANG LANJUT USIA) 1 Juni 2025

Bacaan Ekaristi : Kis. 7:55-60; Mzm. 97:1,2b,6,7c,9; Why. 22:12-14,16-17,20; Yoh. 17:20-26.

 

Bacaan Injil yang baru saja kita dengar menunjukkan kepada kita bahwa Yesus, pada Perjamuan Terakhir, mendoakan kita (bdk. Yoh 17:20). Sabda Allah, yang menjadi manusia, saat Ia mendekati akhir hidup-Nya di dunia, memikirkan kita, saudara-saudari-Nya, dan menjadi berkat, doa permohonan dan pujian kepada Bapa, dalam kuasa Roh Kudus. Saat kita sendiri, penuh dengan rasa takjub dan percaya, masuk ke dalam doa Yesus, kita menjadi, berkat kasih-Nya, bagian dari rencana besar yang menyangkut segenap umat manusia.

 

Kristus berdoa supaya kita semua dapat “menjadi satu” (ayat 21). Inilah kebaikan terbesar yang dapat kita harapkan, karena persatuan universal ini menghasilkan di antara ciptaan-Nya persekutuan kasih yang kekal, yaitu Allah sendiri: Bapa yang memberi hidup, Putra yang menerimanya, dan Roh yang membagikannya.

 

Tuhan tidak ingin kita, dalam kesatuan ini, menjadi kumpulan orang yang tidak bernama dan tidak berwajah. Ia ingin kita menjadi satu: “Sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita” (ayat 21). Kesatuan yang didoakan Yesus adalah persekutuan yang berlandaskan kasih yang sama dengan kasih Allah, yang membawa kehidupan dan keselamatan ke dalam dunia. Dengan demikian, pertama-tama kesatuan adalah anugerah yang dibawa Yesus. Dari hati manusiawi-Nya, Putra Allah berdoa kepada Bapa dengan kata-kata ini: “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (ayat 23).

 

Marilah kita mendengarkan kata-kata ini dengan takjub. Yesus memberitahu kita bahwa Allah mengasihi kita sebagaimana Ia mengasihi diri-Nya. Bapa tidak kurang mengasihi kita daripada Ia mengasihi Putra-Nya yang tunggal. Dengan kata lain, dengan kasih yang tak terbatas. Allah tidak kurang mengasihi, karena Ia mengasihi terlebih dahulu, sejak awal! Kristus sendiri memberi kesaksian tentang hal ini ketika Ia berkata kepada Bapa, "Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan" (ayat 24). Dan memang demikian adanya: dalam belas kasihan-Nya, Allah selalu ingin menarik semua orang kepada-Nya. Hidup-Nya, yang dianugerahkan kepada kita dalam Kristus, yang menjadikan kita satu, menyatukan kita satu sama lain.

 

Mendengarkan Bacaan Injil hari ini, selama Yubileum Keluarga, Anak-anak, Kakek-Nenek, dan Orang Lanjut Usia, membuat kita bersukacita.

 

Sahabat terkasih, kita menerima kehidupan sebelum kita menginginkannya. Seperti yang dikatakan Paus Fransiskus: “kita semua adalah putra dan putri, tetapi tidak seorang pun dari kita memilih untuk dilahirkan” (Angelus, 1 Januari 2025). Tidak hanya itu. Begitu kita dilahirkan, kita membutuhkan orang lain untuk hidup; jika kita hidup sendiri, kita tidak akan bertahan hidup. Orang lain menyelamatkan kita dengan merawat kita secara jasmani dan rohani. Kita semua hidup hari ini berkat sebuah hubungan, hubungan yang bebas dan membebaskan dari kebaikan hati manusia dan kepedulian bersama.

 

Sahabat-sahabat terkasih, kita menerima kehidupan sebelum kita menginginkannya. Seperti yang dikatakan Paus Fransiskus: “kita semua adalah putra dan putri, tetapi tidak seorang pun dari kita memilih untuk dilahirkan” (Angelus, 1 Januari 2025). Tidak hanya itu. Begitu kita dilahirkan, kita membutuhkan orang lain untuk hidup; jika kita sendiri, kita tidak akan bertahan hidup. Orang lain menyelamatkan kita dengan merawat kita secara jasmani dan rohani. Kita semua hidup hari ini berkat sebuah hubungan, hubungan yang bebas dan membebaskan dari kebaikan hati manusia dan kepedulian bersama.

 

Kebaikan hati manusia itu terkadang dikhianati. Misalnya, setiap kali kebebasan bukan dimohonkan untuk memberi kehidupan, tetapi untuk merenggutnya, bukan untuk membantu, tetapi untuk menyakiti. Namun bahkan dalam menghadapi kejahatan yang menentang dan merenggut kehidupan, Yesus terus berdoa kepada Bapa demi kita. Doa-Nya bertindak sebagai balsem untuk luka-luka kita; doa-Nya berbicara kepada kita tentang pengampunan dan rekonsiliasi. Doa-Nya membuat pengalaman cinta kita satu sama lain sebagai orang tua, kakek-nenek, putra dan putri menjadi sepenuhnya bermakna. Itulah yang ingin kita sampaikan kepada dunia: kita ada di sini untuk menjadi "satu" sebagaimana Tuhan menghendaki kita menjadi "satu," dalam keluarga kita dan di tempat kita tinggal, bekerja, dan belajar. Berbeda, tetapi satu; banyak, tetapi satu; selalu, dalam setiap situasi dan di setiap tahap kehidupan.

 

Sahabat-sahabat terkasih, jika kita saling mengasihi dengan cara ini, yang berlandaskan Kristus, yang adalah “Alfa dan Omega,” “Yang Pertama dan Yang Terkemudian” (bdk. Why 22:13), kita akan menjadi tanda perdamaian bagi semua orang, dalam masyarakat dan dunia. Janganlah kita lupa: keluarga adalah tempat lahirnya masa depan umat manusia.

 

Dalam beberapa dekade terakhir, kita telah menerima tanda yang memenuhi kita dengan sukacita tetapi juga membuat kita berpikir. Kenyataan bahwa beberapa pasangan suami-istri telah dibeatifikasi dan dikanonisasi, tidak sendiri-sendiri, tetapi sebagai pasangan. Saya memikirkan Louis dan Zélie Martin, orang tua Santa Teresa dari Kanak-kanak Yesus; dan Beata Luigi dan Maria Beltrame Quattrocchi, yang membesarkan sebuah keluarga di Roma pada abad yang lalu. Dan janganlah kita melupakan keluarga Ulma dari Polandia: orang tua dan anak-anak, bersatu dalam kasih dan kemartiran. Saya katakan bahwa ini adalah tanda yang membuat kita berpikir. Dengan menunjuk mereka sebagai saksi teladan kehidupan perkawinan, Gereja memberitahu kita bahwa dunia dewasa ini membutuhkan perjanjian perkawinan agar kita dapat mengenal dan menerima kasih Allah serta mengalahkan, berkat kekuatannya yang menyatukan dan mendamaikan, kekuatan-kekuatan yang memecah belah hubungan dan masyarakat.

 

Oleh karena itu, dengan hati yang dipenuhi rasa syukur dan harapan, saya ingin mengingatkan semua pasangan suami istri bahwa perkawinan bukanlah cita-cita, melainkan ukuran kasih sejati antara seorang laki-laki dan seorang perempuan: kasih yang total, setia, dan berbuah (bdk. Santo Paulus VI, Humanae Vitae, 9). Kasih ini menjadikanmu satu daging dan memampukanmu, menurut gambar Allah, menganugerahkan karunia kehidupan.

 

Maka, saya mendorongmu untuk menjadi teladan keutuhan bagi anak-anakmu, bertindak sebagaimana kamu inginkan mereka bertindak, mendidik mereka dalam kebebasan melalui kepatuhan, selalu melihat kebaikan dalam diri mereka dan menemukan cara untuk memeliharanya. Dan kamu, anak-anak terkasih, tunjukkanlah rasa terima kasih kepada orang tuamu. Mengucapkan "terima kasih" setiap hari atas karunia kehidupan dan semua yang menyertainya adalah cara pertama untuk menghormati ayah dan ibumu (bdk. Kel 20:12). Akhirnya, kakek-nenek dan orang lanjut usia yang terkasih, saya sarankan agar kamu menjaga orang-orang yang kamu kasihi dengan kebijaksanaan dan belas kasihan, dan dengan kerendahan hati dan kesabaran yang datang seiring bertambahnya usia.

 

Dalam keluarga, iman diwariskan bersama dengan kehidupan, dari generasi ke generasi. Iman dibagikan seperti makanan di meja makan keluarga dan seperti kasih di dalam hati kita. Dengan cara ini, keluarga menjadi tempat istimewa untuk berjumpa Yesus, yang mengasihi kita dan selalu menginginkan kebaikan kita.

 

Perkenankan saya menambahkan satu hal terakhir. Doa Putra Allah, yang memberi kita harapan dalam perjalanan kita, juga mengingatkan kita bahwa suatu hari nanti kita semua akan menjadi uno unum (lih. Santo Agustinus, Sermo super Mzm. 127): satu dalam satu Juruselamat, dipeluk oleh kasih abadi Allah. Bukan hanya kita, tetapi juga ayah, ibu, nenek, kakek, saudara, saudari, dan anak-anak kita yang telah mendahului kita ke dalam terang Paskah-Nya yang kekal, dan yang kehadirannya kita rasakan di sini, bersama kita, pada saat perayaan ini.

____

(Peter Suriadi - Bogor, 1 Juni 2025)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.