24 Juni adalah Hari Raya Kelahiran
Santo Yohanes Pembaptis, yang kepadanya Injil mengalamatkan sebagai
pendahulu atau perintis jalan bagi Yesus. Mendedikasikan homilinya
baginya Paus Fransiskus mengatakan Gereja dipanggil untuk memberitakan
Sabda Allah, bahkan hingga mati sebagai martir.
Paus Fransiskus
memulai homilinya dengan mengharapkan kerhasilan bagi semua orang yang
menyandang nama Yohanes. Sosok Yohanes Pembaptis, Paus mengatakan, tidak
selalu mudah untuk dipahami. "Ketika kita memikirkan tentang hidupnya -
beliau mengamati - kita memikirkan tentang seorang nabi", seorang
"manusia yang agung dan kemudian berakhir sebagai seorang manusia yang
miskin". Siapakah Yohanes? Paus mengatakan Yohanes sendiri menjelaskan:
"Akulah suara itu, suara di padang gurun", tetapi "suara tanpa Sabda,
karena Sabda bukan dia, tetapi Seseorang Yang Lain". Lalu di sinilah
misteri tentang Yohanes : "Ia tidak pernah mengambil alih Sabda",
Yohanes "adalah orang yang menunjukkan, yang menandai". "Arti kehidupan
Yohanes - beliau menambahkan - adalah untuk menunjukkan yang lain". Paus
Fransiskus kemudian berbicara tentang dikenai oleh fakta bahwa "Gereja
memilih untuk menandai Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis" pada saat
hari-hari terlama dalam tahun, ketika hari-hari itu "memiliki lebih
banyak terang". Dan Yohanes benar-benar "manusia terang, ia membawa
terang, tetapi bukan terangnya sendiri, tetapi suatu terang yang
terpantul". Yohanes adalah "seperti bulan" dan ketika Yesus mulai
berkhotbah, terang Yohanes "mulai mengecil, meredup". "Suara bukanlah
Sabda - Paus mengatakan - terang, meskipun demikian bukan miliknya
sendiri".
"Yohanes tampak bukan apa-apa. Itulah panggilan
Yohanes: ia menyangkal dirinya sendiri. Dan ketika kita merenungkan
kehidupan manusia ini, begitu agung, begitu kuat - semua orang percaya
bahwa Ia adalah Mesias - ketika kita merenungkan kehidupan ini,
bagaimana kehidupan tersebut dihapuskan terhadap titik kegelapan dari
seorang tahanan, kita melihat suatu misteri agung. Kita tidak tahu
seperti apakah hari-hari terakhir Yohanes. Kita tidak tahu. Kita hanya
tahu bahwa ia dibunuh, kepalanya diletakkan di atas piring, sebagai
hadiah agung dari seorang penari bagi seorang perempuan pezinah. Saya
tidak berpikir Anda dapat merendahkan diri Anda lebih banyak lagi
daripada ini, menyangkal diri Anda lebih banyak lagi. Itulah akhir yang
dijumpai Yohanes".
Paus Fransiskus mencatat bahwa dalam penjara
Yohanes mengalami keraguan, kesedihan yang mendalam dan ia meminta
murid-muridnya untuk pergi kepada Yesus dan bertanya, "Engkaukah yang
akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?". Hidupnya
adalah suatu "rasa sakit dan kegelapan". Yohanes "bahkan tak diluputkan
dari hal ini", kata Paus, yang menambahkan: "sosok Yohanes membuat saya
berpikir begitu banyak tentang Gereja": "Gereja ada untuk memberitakan,
menjadi suara sebuah Sabda, suaminya, yang adalah Sang Sabda. Gereja ada
untuk memberitakan Sabda ini hingga mati sebagai martir. Tepatnya
kemartiran di tangan orang yang angkuh, orang yang paling angkuh di
Bumi. Yohanes telah bisa membuat dirinya penting, ia telah bisa
mengatakan sesuatu tentang dirinya sendiri. 'Tetapi saya tidak pernah
berpikir', hanya ini: ia menunjukkan, ia merasa dirinya menjadi suara,
bukan Sabda. Inilah rahasia Yohanes. Mengapa Yohanes kudus dan tanpa
dosa? Karena ia tidak pernah, tidak pernah mengambil suatu kebenaran
sebagai miliknya sendiri. Ia tidak akan menjadi seorang ideolog. Manusia
yang menyangkal dirinya sehingga Sang Sabda bisa maju ke depan. Dan
kita, sebagai sebuah Gereja, kita sekarang dapat memohon rahmat untuk
tidak menjadi Gereja yang ideologis..."
Gereja, beliau
menambahkan, harus mendengar Sabda Yesus dan membangkitkan suaranya,
memberitakannya dengan berani. "Itulah - beliau berkata - Gereja tanpa
ideologi, tanpa kehidupan miliknya sendiri: Gereja yang merupakan
mysterium lunae (misteri bulan) yang memiliki cahaya dari Mempelainya
dan mengecilkan dirinya sehingga Ia dapat tumbuh".
"Inilah
teladan yang ditawarkan Yohanes kepada kita hari ini, bagi kita dan bagi
Gereja. Sebuah Gereja yang selalu berada pada pelayanan Sang Sabda.
Sebuah Gereja yang tidak mengambil apapun untuk dirinya sendiri. Hari
ini dalam doa kita memohon rahmat sukacita, kita memohon Tuhan untuk
menyemangati Gereja ini dalam pelayanan bagi Sang Sabda, untuk menjadi
suara dari Sabda ini, mewartakan Sabda ini. Kita memohon rahmat,
martabat Yohanes, dengan tanpa gagasan-gagasan milik mereka sendiri,
tanpa Injil yang dijadikan sebagai properti, hanya satu-satunya Gereja
yang menunjukkan Sang Sabda, dan bahkan sampai mati sebagai martir.
Terjadilah demikian!"
Misa dirayakan secara konselebrasi
bersama Gianfranco Kardinal Ravasi, dan dihadiri oleh kelompok imam dan
kolaborator Dewan Kepausan untuk Kebudayaan, kelompok karyawan Komisi
Kepausan untuk Arkeologi Suci dan Kantor Filateli dan Mata Uang Vatikan.
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.