Sukacita Kristiani adalah sukacita peziarahan yang kita tidak bisa
terus 'pendam' untuk diri kita sendiri, atau kita berisiko menjadi
komunitas 'melankolis' dan 'nostalgia'. Selain itu, sukacita Kristiani
jauh dari kesenangan belaka. Sukacita tersebut adalah sesuatu yang lebih
dalam dari kebahagiaan sekejab, karena berakar pada keyakinan kita bahwa Yesus Kristus adalah bersama Allah dan bersama kita.
Inilah pelajaran yang ditarik Paus Fransiskus dari Kisah Para Rasul (18:9-18) pada Misa Jumat pagi 10 Mei 2013 saat beliau menggambarkan sukacita para murid pada hari di antara Kenaikan Tuhan kita dan Pentakosta serta apa yang dapat kita pelajari dari mereka. Misa di Kapel kediaman Santa Marta dirayakan secara konselebrasi dengan Uskup Agung Mérida, Baltazar Enrique Porras Cardozo, dan Abbas Utama Biara Benediktin Notker Wolf, dan dihadiri oleh karyawan Radio Vatikan yang didampingi oleh Direktur Jenderal, Pastor Federico Lombardi.
"Orang Kristiani adalah laki-laki dan perempuan sukacita. Yesus
mengajarkan kita hal ini, Gereja mengajarkan kita hal ini, secara khusus
dalam waktu [liturgi] ini. Apakah sukacita tersebut? Apakah
bersenang-senang? Tidak: Itu tidak sama. Bersenang-senang adalah baik,
bukan? Memiliki kesenangan adalah baik. Tetapi sukacita lebih baik,
sukacitaadalah sesuatu yang lain. Sukacita adalah sesuatu yang tidak
berasal dari alasan ekonomi jangka pendek, dari alasan sesaat: sukacita
adalah sesuatu yang lebih dalam. Sukacita adalah karunia. Kesenangan,
jika kita ingin bersenang-senang sepanjang waktu, pada akhirnya menjadi
dangkal, cetek, dan juga membawa kita kepada keadaan di mana kita
kekurangan kebijaksanaan Kristiani, kesenangan membuat kita sedikit
bodoh, naif, bukan?, semuanya menyenangkan. .. bukan. Sukacita adalah
hal lain. Sukacita adalah karunia dari Allah. Sukacita mengisi kita dari
dalam. Ini seperti sebuah urapan Roh. Dan sukacita ini adalah kepastian
bahwa Yesus berada bersama kita dan bersama Bapa".
Manusia
sukacita, Paus melanjutkan, adalah manusia yang percaya diri. Yakin
karena "Yesus berada bersama kita, karena Yesus berada bersama Bapa".
Beliau bertanya: Bisakah kita 'memendam' sukacita ini agar selalu
memilikinya bersama kita?
"Tidak, karena jika kita menjaga
sukacita ini untuk diri kita sendiri akan membuat kita sakit pada
akhirnya, hati kita akan menjadi tua dan keriput serta wajah kita tidak
lagi akan meneruskan sehingga sukacita besar hanya nostalgia, melankolis
yang tidak sehat. Wajah orang Kristiani memiliki lebih banyak kesamaan
dengan acar paprika dibanding sukacita memiliki kehidupan yang indah.
Sukacita tidak dapat diadakan di tumit: sukacita harus dilepaskan.
Sukacita adalah suatu kebajikan peziarahan. Ini adalah anugerah yang
berjalan, berjalan di jalan kehidupan, yang berjalan bersama Yesus:
mewartakan, memberitakan Yesus, memberitakan sukacita, memperpanjang dan
memperlebar jalan itu. Ini adalah kebajikan dari Keagungan, dari
Keagungun mereka yang naik di atas hal-hal kecil dalam kehidupan, di
atas kepicikan manusia, dari mereka yang tidak akan mengizinkan diri
mereka terseret ke dalam hal-hal kecil dalam masyarakat, dalam Gereja:
mereka selalu melihat ke cakrawala".
Sukacita adalah
"peziarahan", Paus Fransiskus mengulangi. "Orang Kristiani bernyanyi
dengan sukacita, dan berjalan, serta membawa sukacita ini". Ini adalah
jalan kebajikan, sebenarnya lebih dari suatu kebajikan itu adalah
anugerah:
"Ini adalah anugerah yang membawa kita pada kebajikan
kemurahan hati. Orang Kristiani adalah murah hati, ia tidak bisa
takut-takut: Orang Kristen murah hati. Dan kemurahan hati adalah
kebajikan napas, kebajikan selalu maju, tetapi dengan semangat penuh
akan Roh Kudus. Sukacita adalah anugerah yang kita mohon dari Tuhan.
Hari ini dengan cara yang khusus, karena Gereja diundang, Gereja
mengajak kita untuk memohon sukacita dan juga berkehendak: bahwa yang
mendorong kehidupan Kristiani maju adalah kehendak. Semakin besar
kehendak Anda yang akan semakin besar sukacita Anda. Orang Kristiani
adalah laki-laki, adalah perempuan kehendak: selalu berkehendak lebih di
jalan kehidupan. Kita memohon kepada Tuhan atas anugerah ini, karunia
Roh ini: sukacita Kristiani. Jauh dari kesedihan, jauh dari kesenangan
belaka ... itu adalah sesuatu yang lain. itu adalah anugerah yang harus
kita cari".
Paus Fransiskus mengakhiri bahwa saat ini kehadiran
Tawadros II, Patriarkh Alexandria, di Roma, adalah alasan yang sangat
baik untuk menjadi bersukacita: "Karena beliau adalah saudara yang
datang mengunjungi Gereja Roma untuk bercakap-cakap", dan menjalani
"belahan jalan bersama-sama ".
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.