Kekristenan bukanlah sekedar kajian hukum atau perintah: ini merupakan
rintangan untuk memahami dan menghidupi kebenaran bahwa Allah adalah
sukacita dan kemurahan hati. Inilah pesan Paus Fransiskus pada Misa pagi
19 Juni 2013 di Casa Santa Marta.
Orang-orang munafik yang "memimpin umat Allah menyusuri jalan buntu", Paus Fransiskus mengatakan,
adalah pokok Injil hari ini (Mat 6:1-6,16-18). Paus bercermin pada
perikop terkenal dari Injil Matius yang mengkontraskan perilaku
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi - yang membuat suatu pertunjukan
doa, puasa, dan sedekah - dengan jalan yang ditunjukkan oleh Yesus,
yang menunjukkan kepada murid-murid-Nya sikap yang tepat untuk
menanggung dalam keadaan yang sama: memberi sedekah dan berdoa "secara
tersembunyi". "Dan Bapamu, yang melihat secara rahasia, akan
membalasmu".
Paus Fransiskus mengkritik tidak hanya kesombongan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, tetapi juga mereka yang memaksakan "begitu banyak ajaran pada umat beriman". Beliau menyebut mereka "orang-orang munafik kasuistis", "intelektual tanpa talenta" yang "tidak memiliki kecerdasan untuk menemukan Allah, untuk menjelaskan Allah dengan pengertian", dan sehingga mencegah diri mereka dan orang lain masuk ke dalam Kerajaan Allah: "Yesus berkata: 'Kamu tidak memasukkan dirimu, juga kamu tidak membiarkan orang lain masuk'. Mereka adalah para ahli etika tanpa kebaikan, mereka tidak tahu apa itu kebaikan. Tetapi mereka adalah para ahli etika, bukan? 'Kamu harus melakukan ini, dan ini, dan ini ....'. "Mereka memenuhi kamu dengan persepsi, tetapi tanpa kebaikan. Dan mereka adalah beberapa pengguna filakteria, jumbai mereka yang diperpanjang, begitu banyak hal, untuk membuat kepura-puraan menjadi penuh keagungan, sempurna, mereka tidak memiliki rasa keindahan. Mereka tidak memiliki rasa keindahan. Mereka hanya mencapai keindahan sebuah museum. Mereka adalah para intelektual tanpa talenta, para ahli etika tanpa kebaikan, pembawa keindahan museum. Inilah orang-orang munafik yang dengan sangat keras ditegur oleh Yesus.
"Tetapi Ia tidak berhenti di situ", Paus Fransiskus melanjutkan. "Dalam Injil hari ini, Tuhan berbicara tentang kelas lain dari orang-orang munafik, 'pemeran suci' [quelli che vanno sul sacro].
"Tuhan berbicara tentang puasa, tentang doa, tentang sedekah: tiga pilar dari kesalehan Kristiani, dari pertobatan batin, yang diajukan Gereja untuk kita semua dalam Masa Prapaskah. Bahkan ada orang-orang munafik di sepanjang jalan ini, yang membuat suatu pertunjukkan puasa, pemberian sedekah, berdoa. Saya berpikir bahwa ketika kemunafikan mencapai titik dalam hubungan dengan Allah ini, kita sedang semakin dekat dengan dosa melawan Roh Kudus. Ini tidak memahami keindahan, mereka tidak memahami kasih, ini tidak memahami kebenaran: mereka picik, bersifat pengecut".
"Kita berpikir tentang kemunafikan dalam Gereja: seberapa buruk itu melanda kita semua," kata Paus Fransiskus dengan terus terang. Sebaliknya, beliau menunjukkan "ikon" lain untuk tiruan, seseorang yang dipaparkan dalam perikop lain dari Injil: Pemungut cukai yang berdoa dengan kesederhanaan yang rendah hati, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, orang berdosa". Ini, Paus mengatakan, "adalah doa yang seharusnya kita katakan setiap hari, menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa" tetapi "dengan dosa nyata, bukan [dosa] teoritis". Dan doa ini, beliau menyimpulkan, "akan membantu kita untuk mengambil jalan yang berlawanan", jalan menentang kemunafikan yang menggoda kita semua: Tetapi kita semua juga memiliki rahmat, rahmat yang datang dari Yesus Kristus: rahmat sukacita; rahmat keluhuran budi, kemurahan hati. Orang-orang munafik tidak memahami apa itu sukacita, apa itu kemurahan, apa itu keluhuran budi".
Bapa Suci merayakan Misa konselebrasi dengan Marc Kardinal Ouellet dan Uskup Agung Lorenzo Baldisseri, Prefek dan Sekretaris Kongregasi untuk Para Uskup; dan dengan Uskup Agung Vincenzo Paglia dan Uskup Jean Lafitte, Presiden dan Sekretaris Dewan Kepausan untuk Keluarga. Para anggota Kongregasi untuk Para Uskup dan Dewan Kepausan untuk Keluarga juga hadir pada Misa tersebut.
Paus Fransiskus mengkritik tidak hanya kesombongan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, tetapi juga mereka yang memaksakan "begitu banyak ajaran pada umat beriman". Beliau menyebut mereka "orang-orang munafik kasuistis", "intelektual tanpa talenta" yang "tidak memiliki kecerdasan untuk menemukan Allah, untuk menjelaskan Allah dengan pengertian", dan sehingga mencegah diri mereka dan orang lain masuk ke dalam Kerajaan Allah: "Yesus berkata: 'Kamu tidak memasukkan dirimu, juga kamu tidak membiarkan orang lain masuk'. Mereka adalah para ahli etika tanpa kebaikan, mereka tidak tahu apa itu kebaikan. Tetapi mereka adalah para ahli etika, bukan? 'Kamu harus melakukan ini, dan ini, dan ini ....'. "Mereka memenuhi kamu dengan persepsi, tetapi tanpa kebaikan. Dan mereka adalah beberapa pengguna filakteria, jumbai mereka yang diperpanjang, begitu banyak hal, untuk membuat kepura-puraan menjadi penuh keagungan, sempurna, mereka tidak memiliki rasa keindahan. Mereka tidak memiliki rasa keindahan. Mereka hanya mencapai keindahan sebuah museum. Mereka adalah para intelektual tanpa talenta, para ahli etika tanpa kebaikan, pembawa keindahan museum. Inilah orang-orang munafik yang dengan sangat keras ditegur oleh Yesus.
"Tetapi Ia tidak berhenti di situ", Paus Fransiskus melanjutkan. "Dalam Injil hari ini, Tuhan berbicara tentang kelas lain dari orang-orang munafik, 'pemeran suci' [quelli che vanno sul sacro].
"Tuhan berbicara tentang puasa, tentang doa, tentang sedekah: tiga pilar dari kesalehan Kristiani, dari pertobatan batin, yang diajukan Gereja untuk kita semua dalam Masa Prapaskah. Bahkan ada orang-orang munafik di sepanjang jalan ini, yang membuat suatu pertunjukkan puasa, pemberian sedekah, berdoa. Saya berpikir bahwa ketika kemunafikan mencapai titik dalam hubungan dengan Allah ini, kita sedang semakin dekat dengan dosa melawan Roh Kudus. Ini tidak memahami keindahan, mereka tidak memahami kasih, ini tidak memahami kebenaran: mereka picik, bersifat pengecut".
"Kita berpikir tentang kemunafikan dalam Gereja: seberapa buruk itu melanda kita semua," kata Paus Fransiskus dengan terus terang. Sebaliknya, beliau menunjukkan "ikon" lain untuk tiruan, seseorang yang dipaparkan dalam perikop lain dari Injil: Pemungut cukai yang berdoa dengan kesederhanaan yang rendah hati, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, orang berdosa". Ini, Paus mengatakan, "adalah doa yang seharusnya kita katakan setiap hari, menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa" tetapi "dengan dosa nyata, bukan [dosa] teoritis". Dan doa ini, beliau menyimpulkan, "akan membantu kita untuk mengambil jalan yang berlawanan", jalan menentang kemunafikan yang menggoda kita semua: Tetapi kita semua juga memiliki rahmat, rahmat yang datang dari Yesus Kristus: rahmat sukacita; rahmat keluhuran budi, kemurahan hati. Orang-orang munafik tidak memahami apa itu sukacita, apa itu kemurahan, apa itu keluhuran budi".
Bapa Suci merayakan Misa konselebrasi dengan Marc Kardinal Ouellet dan Uskup Agung Lorenzo Baldisseri, Prefek dan Sekretaris Kongregasi untuk Para Uskup; dan dengan Uskup Agung Vincenzo Paglia dan Uskup Jean Lafitte, Presiden dan Sekretaris Dewan Kepausan untuk Keluarga. Para anggota Kongregasi untuk Para Uskup dan Dewan Kepausan untuk Keluarga juga hadir pada Misa tersebut.
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.