Seperti Maria, kita harus belajar untuk menerima dan menyimpan sabda Allah dalam hati kita. Menandai Pesta Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria pada Misa Sabtu pagi 8 Juni 2013, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa Maria membaca hidupnya dengan sabda Allah dan inilah apa artinya penyimpanan.
Keheranan dan penyimpanan: Paus Fransiskus mengembangkan
homilinya sekitar dua tema ini mulai dari Injil hari ini (Luk 2:41-52),
yang menceritakan keheranan alim ulama di Bait Allah mendengarkan Yesus
dan penyimpanan Maria akan sabda Allah dalam hatinya. Keheranan, Paus
mengamati, "lebih dari sukacita: itulah saat di mana sabda Allah datang,
ditaburkan dalam hati kita". Tetapi, beliau memperingatkan, "kita tidak
bisa selalu hidup dalam keajaiban", ini harus "disimpan dalam hati
kita" sepanjang hidup kita. Dan inilah yang Maria lakukan, ketika ia
"heran" dan menyimpan "sabda Allah" dalam hatinya: "Menyimpan sabda
Allah: Apa artinya ini? Saya menerima sabda, dan kemudian saya mengambil
sebuah botol, saya menempatkan sabda dalam botol dan saya menyimpannya?
Bukan. Menyimpan sabda Allah berarti bahwa hati kita terbuka, hati
terbuka bagi sabda itu seperti bumi terbuka untuk menerima benih. Sabda
Allah adalah sebuah benih dan ditaburkan. Dan Yesus mengatakan kepada
kita apa yang terjadi dengan benih: beberapa jatuh di pinggir jalan, dan
burung-burung datang dan memakannya; sabda ini tidak dipelihara, hati
ini tidak tahu bagaimana untuk menerimanya".
Lainnya, beliau berkata, jatuh ke tanah berbatu dan benih tersebut mati. Yesus mengatakan bahwa mereka "tidak tahu bagaimana menyimpan sabda Allah karena mereka tidak langgeng: Ketika kesukaran besar datang mereka lupa". Paus mengulangi bahwa sabda Allah jatuh ke tanah yang tidak dipersiapkan, tidak dipelihara, penuh duri. Dan apa duri tersebut? Yesus menunjukkan mereka, ketika Ia berbicara tentang "kelekatan pada kekayaan". Paus Fransiskus mengatakan "menyimpan sabda Allah berarti secara terus menerus merenungkan pada apa yang sabda ini katakan kepada kita dan apa yang terjadi dalam hidup kita". Dan ini adalah "apa yang Maria lakukan", ia "memikirkan dan mempertanyakan"-nya. Ini, kata Paus Fransiskus, "adalah karya rohani yang benar-benar agung": "Yohanes Paulus II mengatakan bahwa, oleh karena karya ini, Maria memiliki keberatan tertentu dalam hatinya, ia memiliki hati yang berjerih payah. Tetapi ini tidak sama dengan lelah, itu adalah jerih payah, ini berasal dari upaya. Inilah upaya menyimpan sabda Allah: karya mencoba untuk menemukan apa artinya ini pada saat ini, apa yang Tuhan ingin katakan kepada saya pada saat ini, situasi mempertanyakan [arti] sabda Allah ini adalah bagaimana kita memahami. Ini adalah membaca hidup kita dengan sabda Allah dan ini berarti menyimpan".
Paus Fransiskus menambahkan bahwa ingatan juga menyimpan sabda Allah. "Ingatan membantu kita untuk memeliharanya, untuk mengingat semua yang telah Tuhan lakukan dalam hidup saya". Beliau melanjutkan: "Ingatan mengingatkan kita akan semua keajaiban keselamatan dalam umat-Nya dan dalam hati saya. Ingatan menyimpan sabda Allah". Paus mengakhiri homilinya dengan mendesak setiap orang untuk berpikir "tentang bagaimana menyimpan sabda Allah dalam hati kita, bagaimana menyimpan keheranan ini, sehingga tidak dimakan oleh burung-burung, tercekik oleh kejahatan": "Kita akan melakukan dengan baik untuk bertanya kepada diri kita sendiri: 'Dengan hal-hal yang terjadi dalam hidup, saya bertanya pada diri saya sendiri pertanyaan: Apa yang sedang Tuhan katakan kepada saya dengan sabda-Nya, sekarang ini?'. Ini disebut menyimpan sabda Allah, karena sabda Allah justru adalah pesan yang Tuhan berikan kepada kita setiap saat. Marilah kita menyimpannya dengan ini: menyimpannya dengan ingatan kita. Dan menyimpannya dengan harapan kita. Kita memohon kepada Tuhan rahmat untuk menerima sabda Allah dan menyimpannya, dan juga rahmat untuk memiliki hati yang berjerih payah dalam upaya ini. Terjadilah demikian".
Misa Sabtu pagi tersebut dihadiri oleh staf dari Karitas Internasional, yang didampingi oleh Sekretaris Jendral, Michel Roy.
Lainnya, beliau berkata, jatuh ke tanah berbatu dan benih tersebut mati. Yesus mengatakan bahwa mereka "tidak tahu bagaimana menyimpan sabda Allah karena mereka tidak langgeng: Ketika kesukaran besar datang mereka lupa". Paus mengulangi bahwa sabda Allah jatuh ke tanah yang tidak dipersiapkan, tidak dipelihara, penuh duri. Dan apa duri tersebut? Yesus menunjukkan mereka, ketika Ia berbicara tentang "kelekatan pada kekayaan". Paus Fransiskus mengatakan "menyimpan sabda Allah berarti secara terus menerus merenungkan pada apa yang sabda ini katakan kepada kita dan apa yang terjadi dalam hidup kita". Dan ini adalah "apa yang Maria lakukan", ia "memikirkan dan mempertanyakan"-nya. Ini, kata Paus Fransiskus, "adalah karya rohani yang benar-benar agung": "Yohanes Paulus II mengatakan bahwa, oleh karena karya ini, Maria memiliki keberatan tertentu dalam hatinya, ia memiliki hati yang berjerih payah. Tetapi ini tidak sama dengan lelah, itu adalah jerih payah, ini berasal dari upaya. Inilah upaya menyimpan sabda Allah: karya mencoba untuk menemukan apa artinya ini pada saat ini, apa yang Tuhan ingin katakan kepada saya pada saat ini, situasi mempertanyakan [arti] sabda Allah ini adalah bagaimana kita memahami. Ini adalah membaca hidup kita dengan sabda Allah dan ini berarti menyimpan".
Paus Fransiskus menambahkan bahwa ingatan juga menyimpan sabda Allah. "Ingatan membantu kita untuk memeliharanya, untuk mengingat semua yang telah Tuhan lakukan dalam hidup saya". Beliau melanjutkan: "Ingatan mengingatkan kita akan semua keajaiban keselamatan dalam umat-Nya dan dalam hati saya. Ingatan menyimpan sabda Allah". Paus mengakhiri homilinya dengan mendesak setiap orang untuk berpikir "tentang bagaimana menyimpan sabda Allah dalam hati kita, bagaimana menyimpan keheranan ini, sehingga tidak dimakan oleh burung-burung, tercekik oleh kejahatan": "Kita akan melakukan dengan baik untuk bertanya kepada diri kita sendiri: 'Dengan hal-hal yang terjadi dalam hidup, saya bertanya pada diri saya sendiri pertanyaan: Apa yang sedang Tuhan katakan kepada saya dengan sabda-Nya, sekarang ini?'. Ini disebut menyimpan sabda Allah, karena sabda Allah justru adalah pesan yang Tuhan berikan kepada kita setiap saat. Marilah kita menyimpannya dengan ini: menyimpannya dengan ingatan kita. Dan menyimpannya dengan harapan kita. Kita memohon kepada Tuhan rahmat untuk menerima sabda Allah dan menyimpannya, dan juga rahmat untuk memiliki hati yang berjerih payah dalam upaya ini. Terjadilah demikian".
Misa Sabtu pagi tersebut dihadiri oleh staf dari Karitas Internasional, yang didampingi oleh Sekretaris Jendral, Michel Roy.
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.