Bertindak dengan
keraguan, selalu melihat ke belakang, menjadi takut untuk berbalik
kepada Tuhan, rahmat Roh Kudus. Paus Fransiskus menggunakan isyaratnya
dari bacaan harian (Kej 19:15-29; Mat 8:23-27) untuk merenungkan secara
mendalam empat "sikap yang mungkin dalam situasi pertentangan, dalam
situasi sulit". Sikap pertama yakni "kelambanan" Lot. Ia memutuskan
untuk meninggalkan kota sebelum dihancurkan, tetapi ia melakukannya
begitu perlahan-lahan. Malaikat memberitahu dia untuk menyelamatkan
diri, tetapi ia terbawa dalam sebuah '"ketidakmampuan untuk melepaskan
dirinya dari kejahatan dan dosa". Paus mencatat bahwa kita ingin
berangkat, kita bertekad, "tetapi ada sesuatu yang menarik kita
kembali", dan oleh karena itu Lot bahkan mulai bernegosiasi dengan
malaikat tersebut.
"Sangat sulit untuk memutuskan ikatan dengan
situasi penuh dosa. Sulit! Bahkan dalam godaan, sulit! Tetapi suara
Allah memberitahu kita kata ini : 'Selamatkan diri! Kamu tidak bisa
melawan di sana, karena api, hujan belerang akan membunuhmu. Selamatkan
diri!'. Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus mengajarkan kita bahwa
kadang-kadang, dalam beberapa godaan, satu-satunya penyelesaian yakni
menyelamatkan diri dan tidak malu untuk menyelamatkan diri; untuk
mengakui bahwa kita lemah dan kita harus menyelamatkan diri. Dan
kebijaksanaan populer kita, dalam kesederhanaannya, banyak dikatakan,
secara agak ironis: 'ia yang berjuang dan melarikan diri, hidup untuk
berjuang di lain waktu'. Menyelamatkan diri untuk berjalan maju
sepanjang jalan Yesus".
Paus melanjutkan bahwa malaikat itu
kemudian mengatakan "janganlah menoleh ke belakang", menyelamatkan diri
dan menjaga mata Anda menghadap ke depan. Di sini, beliau berkata,
adalah beberapa anjuran tentang bagaimana mengatasi nostalgia dosa kita.
Pikirkan Umat Allah di padang gurun, beliau menekankan: "Mereka
memiliki segalanya, janji-janji, segalanya". Namun "mereka bernostalgia
terhadap bawang Mesir" dan "kerinduan ini membuat mereka lupa bahwa
mereka makan bawang itu di meja perbudakan". Ada "kerinduan untuk
mundur, untuk kembali". Dan anjuran malaikat, Paus mengamati, "adalah
bijaksana: Jangan menoleh ke belakang! Bergerak ke depan!". Kita tidak
harus melakukan seperti istri Lot, kita harus "meninggalkan seluruh
nostalgia, karena ada juga godaan keingintahuan".
"Berhadapan
dengan dosa, kita harus menyelamatkan diri tanpa nostalgia apapun.
Keingintahuan tidak membantu, keingintahuan menyakiti! 'Tetapi, dalam
dunia yang penuh dosa, apa yang bisa kita lakukan? Seperti apakah dosa
ini? Saya ingin tahu ... 'Tidak, jangan! Keingintahuan ini akan
menyakiti Anda! Larikan diri dan jangan menoleh ke belakang! Kita lemah,
kita semua, dan kita harus mempertahankan diri kita. Situasi ketiga
adalah di atas perahu: ketakutan. Ketika ada kehebohan besar di danau,
perahu ditimbus gelombang. 'Selamatkan kami, Tuhan, kita binasa!',
mereka berkata. Ketakutan! Bahkan itu adalah godaan setan: menjadi takut
untuk bergerak maju di jalan Tuhan".
Ada godaan yang
mengatakan "lebih baik tinggal di sini", di mana aku aman. "Tetapi ini -
Paus memperingatkan- adalah perbudakan Mesir". "Aku takut bergerak maju
- Paus berkata - aku takut ke mana Tuhan akan membawaku". Ketakutan,
bagaimanapun, "bukanlah penasehat yang baik". Yesus, beliau menambahkan,
"berkali-kali, berkata: 'Jangan takut'. "Ketakutan tidak membantu
kita". Sikap keempat "adalah rahmat Roh Kudus". Ketika Yesus menenangkan
laut yang menggoncang, para murid di atas perahu dipenuhi dengan
kekaguman. "Berhadapan dengan dosa, nostalgia, ketakutan", beliau
berkata, kita harus selalu berpaling kepada Tuhan.
"Pandanglah
Tuhan, renungkan Tuhan. Ini memberi kita kekaguman yang indah dari
sebuah perjumpaan baru dengan Tuhan. 'Tuhan, aku sedang tergoda: Aku
ingin tinggal dalam situasi dosa ini, Tuhan, aku ingin tahu tentang
hal-hal ini, Tuhan, aku takut'. Dan mereka memandang Tuhan: 'Selamatkan
kami, Tuhan, kami binasa!'. Dan kekaguman pada perjumpaan baru dengan
Yesus menyusul. Kita tidak harus menjadi naif ataupun menjadi orang
Kristiani suam-suam kuku, tetapi berani, teguh hati. Kita lemah, tetapi
kita harus berani dalam kelemahan kita. Dan sering kali keberanian kita
harus diungkapkan dalam penyelamatan diri tanpa menoleh ke belakang,
agar tidak jatuh ke dalam jahatnya perangkap nostalgia. Jangan takut dan
selalu memandang Tuhan!".
Misa dirayakan secara konselebrasi
oleh Manuel Monteiro Kardinal de Castro dan Uskup Agung Beniamino
Stella, dan dihadiri oleh kelompok imam dan karyawan Pengadilan
Penitensiari Apostolik, dan kelompok dari Akademi Gerejawi Kepausan.
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.