Untuk menjumpai Allah yang hidup kita harus dengan lembut mencium luka-luka Yesus dalam saudara dan saudari kita yang lapar, miskin, sakit, dipenjara. Belajar, meditasi dan hinaan tidak cukup membawa kita untuk menemukan Kristus yang hidup. Seperti Santo Thomas, hidup kita hanya akan berubah ketika kita menjamah luka-luka Kristus yang hadir dalam orang-orang miskin, sakit dan membutuhkan. Inilah pelajaran yang ditarik oleh Paus Fransiskus selama Misa Rabu pagi 3 Juli 2013 di Casa Santa Marta, ketika beliau menandai Pesta Santo Thomas Rasul (Yoh 20:24-29).
Yesus setelah
kebangkitan, menampakkan diri kepada para rasul, tetapi Thomas tidak ada
: "Ia ingin dia menunggu seminggu - kata Paus Fransiskus - Tuhan tahu
mengapa ia melakukan hal-hal demikian. Dan Ia memberikan waktu yang Ia
yakini terbaik bagi kita masing-masing. Ia memberi Thomas seminggu.
"Yesus menampakkan diri-Nya dengan luka-luka-Nya : "Seluruh tubuh-Nya
bersih, indah, penuh cahaya - kata Paus - tetapi luka-luka telah dan
masih ada" dan ketika Tuhan datang pada akhir dunia, "kita akan melihat
luka-luka-Nya". Supaya percaya Thomas ingin meletakkan jari-jarinya pada
luka-luka tersebut.
"Ia bersikeras. Tetapi Tuhan justru
menginginkan bahwa, seorang yang bersikeras membuat kita memahami
sesuatu yang lebih agung. Thomas melihat Tuhan, diundang untuk
meletakkan jarinya ke dalam luka-luka yang ditinggalkan oleh paku;
meletakkan tangannya pada lambung-Nya dan ia tidak mengatakan, 'Memang
benar: Tuhan telah bangkit'. Tidak! Ia melangkah lebih jauh. Ia berkata:
'Allah'. Yang pertama dari para murid yang membuat pengakuan tentang
keilahian Kristus setelah Kebangkitan. Dan ia menyembah Dia".
"Dan oleh karena itu - lanjut Paus - kita memahami apa maksud Tuhan
ketika Ia membuatnya menunggu: Ia ingin membimbing ketidakpercayaannya,
bukan untuk penegasan Kebangkitan, tetapi penegasan keilahian-Nya".
"Jalan untuk perjumpaan kita dengan Yesus-Allah - beliau berkata -
adalah luka-luka-Nya. Tidak ada yang lain".
"Dalam sejarah
Gereja ada beberapa kesalahan yang dibuat pada jalan menuju Allah.
Beberapa orang percaya bahwa Allah yang hidup, Allah orang Kristiani
dapat ditemukan pada jalan meditasi, tentu saja kita bisa mencapai yang
lebih tinggi melalui meditasi tersebut. Itu berbahaya! Berapa banyak
yang hilang di jalan itu, tidak pernah kembali. Ya mungkin mereka tiba
pada pengetahuan tentang Allah, tetapi bukan dari Yesus Kristus, Anak
Allah, Pribadi kedua dari Tritunggal. Mereka tidak sampai pada hal itu.
Itu adalah jalan Gnostik, bukan? Mereka baik, mereka berkarya, tetapi
bukan jalan yang benar. Jalan tersebut sangat rumit dan tidak mengarah
ke pelabuhan yang aman".
"Lainnya - Paus mengatakan - berpikir
bahwa untuk sampai pada Allah kita harus menghinakan diri kita sendiri,
kita harus keras dan telah memilih jalan pertobatan: cukup bermati raga
dan berpuasa. Malahan jalan ini tidak sampai pada Allah yang hidup,
Yesus Kristus. Mereka adalah kaum Pelagian, yang percaya bahwa mereka
dapat sampai dengan usaha mereka sendiri. "Tetapi Yesus mengatakan
kepada kita bahwa jalan untuk menjumpai-Nya adalah menemukan
luka-luka-Nya: "Kita menemukan luka-luka Yesus dalam melaksanakan karya
amal, memberi kepada tubuh kita - tubuh - jiwa juga, tetapi - saya
menekankan - tubuh saudara Anda yang terluka, karena ia lapar, karena ia
haus, karena ia telanjang, karena dihina, karena ia adalah seorang
budak, karena ia di penjara, karena ia di rumah sakit. Mereka adalah
luka-luka Yesus hari ini. Dan Yesus meminta kita untuk mengambil
lompatan iman, ke arah-Nya, tetapi melalui luka-luka-Nya. 'Oh, luar
biasa! Marilah kita mendirikan yayasan untuk membantu setiap orang dan
melakukan banyak hal yang baik untuk membantu'. Itu penting, tetapi jika
kita tetap pada taraf ini, kita hanya akan menjadi filantropis (tukang
derma). Kita perlu menjamah luka-luka Yesus, kita harus membelai
luka-luka Yesus, kita perlu membalut luka-luka Yesus dengan kelembutan,
kita harus mencium luka-luka Yesus, dan ini secara harfiah. Cobalah
memikirkan apa yang terjadi pada Santo Fransiskus, ketika ia memeluk
penderita kusta? Hal yang sama terjadi pada Thomas: hidupnya berubah".
Paus Fransiskus menyimpulkan bahwa kita tidak perlu pergi pada "kursus
penyegaran" untuk menjamah Allah yang hidup, tetapi masuk ke dalam
luka-luka Yesus, dan untuk ini "semua yang harus kita lakukan adalah
pergi keluar ke jalan. Marilah kita sebagaiman Santo Thomas memohon
rahmat untuk memiliki keberanian masuk ke dalam luka-luka Yesus dengan
kelembutan dan dengan demikian kita pasti akan memiliki rahmat untuk
menyembah Allah yang hidup".
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.