Pada akhir Konstitusi tentang Gereja (Lumen
Gentium), Konsili
Vatikan II mewariskan kita sebuah
permenungan yang sangat indah tentang Maria yang Tersuci. Izinkan saya hanya mengingat kembali kata-kata yang mengacu pada misteri yang
kita rayakan hari ini: "Perawan tak
bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah
menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di
surga beserta badan dan jiwanya, dan ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai
Ratu alam semesta” (no. 59). Kemudian
menjelang akhir, dikatakan: "Bunda Yesus telah dimuliakan di surga
dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal Gereja yang harus
mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia ini ia
menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti
dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan” (no. 68). Dalam terang citra terindah dari
Bunda
kita ini, kita dapat
melihat pesan bacaan-bacaan
Kitab Suci yang baru saja kita dengar. Kita dapat berfokus pada
tiga kata kunci: pergumulan kebangkitan, pengharapan.
Perikop dari Kitab Wahyu (11:19a;12:1,3-6a,10ab)
menyajikan penglihatan dari
pergumulan antara perempuan dan naga.
Sosok perempuan, mewakili Gereja,
di satu sisi, mulia dan penuh kemenangan dan
namun, di sisi lain, masih
dalam kesusahan. Dan Gereja adalah seperti itu: jika di surga dia
sudah terkait dalam
beberapa cara dengan kemuliaan
Tuhannya, dalam sejarah ia terus hidup melalui cobaan dan tantangan
yang mana perseteruan antara Allah dan si jahat, musuh abadi, terbawa. Dan dalam pergumulan yang harus dihadapi para
murid -
kita semua, semua murid-murid Yesus, kita harus menghadapi pergumulan ini -
Maria tidak meninggalkan mereka sendirian: Bunda Kristus dan Bunda Gereja selalu bersama kita. Dia berjalan bersama kita selalu, dia bersama kita. Dan dengan sebuah
cara, Maria berbagi dengan keadaan ganda ini. Dia tentu saja
sudah masuk, sekali dan untuk selama, ke dalam kemuliaan surgawi. Tetapi ini tidak
berarti bahwa ia jauh atau
terpisah dari kita, melainkan Maria mendampingi
kita, bergumul bersama kita, menopang orang-orang Kristiani dalam perjuangan mereka melawan kekuatan jahat. Doa bersama Maria, terutama
rosario – meskipun demikian camkanlah dengan seksama: Rosario. Apakah
Anda berdoa Rosario setiap hari?
Tetapi saya tidak yakin Anda lakukan ... [orang-orang berteriak "Ya!"] Benarkah? Nah, doa
bersama Maria, terutama Rosario, memiliki segi "penderitaan"
ini, yaitu segi pergumulan, sebuah doa yang menopang dalam pertempuran melawan si jahat dan antek-anteknya. Rosario juga menopang kita dalam
pertempuran.
Bacaan kedua (1Kor 15:20-26) menyatakan kepada kita tentang kebangkitan. Rasul Paulus, menulis
kepada jemaat di Korintus, menegaskan
bahwa menjadi orang Kristiani berarti percaya bahwa Kristus benar-benar bangkit dari antara
orang-orang mati. Seluruh
Iman kita didasarkan pada kebenaran mendasar yang
bukan merupakan sebuah
gagasan tetapi sebuah
peristiwa. Bahkan misteri
Pengangkatan
jiwa dan raga Maria secara penuh dipahatkan dalam kebangkitan
Kristus. Kemanusiaan Bunda "ditarik" oleh Putra dalam bagian
milik-Nya dari kematian kepada kehidupan. Sekali dan untuk selamanya, Yesus masuk ke
dalam kehidupan kekal dengan seluruh kemanusiaan yang telah Ia dapatkan dari Maria, dan dia,
Sang
Bunda, yang mengikuti-nya dengan
setia sepanjang hidupnya, mengikuti-Nya dengan hatinya, dan masuk bersama-Nya ke dalam kehidupan kekal yang mana kita juga menyerukan surga, firdaus, rumah Bapa.
Maria juga mengalami kemartiran
Salib: kemartiran hatinya, kemartiran jiwanya. Dia
menghidupi sengsara Putranya hingga kedalaman jiwanya. Dia sepenuhnya
bersatu dengan Dia dalam kematian-Nya,
sehingga dia diberi karunia kebangkitan. Kristus
adalah buah sulung dari orang-orang mati dan
Maria adalah yang pertama dari yang ditebus, yang
pertama dari "orang-orang yang ada di dalam Kristus". Dia adalah Bunda kita, tetapi kita juga dapat mengatakan bahwa dia
adalah perwakilan kita, saudari kita, saudari
sulung kami, dia adalah yang pertama dari yang ditebus, yang
telah tiba di surga.
Injil mengusulkan kepada kita kata ketiga: pengharapan. Pengharapan adalah keutamaan orang-orang yang, mengalami perseteruan - pergumulan antara kehidupan dan kematian, kebaikan dan kejahatan - percaya pada kebangkitan Kristus, dalam kemenangan kasih. Kita mendengar Kidung Maria, Magnificat:
kidung pengharapan, kidung Umat Allah yang berjalan sepanjang sejarah. Kidung banyak orang kudus, laki-laki
dan perempuan, beberapa terkenal,
dan sangat banyak lainnya yang tidak dikenal
oleh kita, tetapi dikenal oleh Allah: para ibu, para ayah, para katekis, para misionaris, para imam, para biarawati, orang-orang muda, bahkan anak-anak dan para
kakek-nenek: mereka
ini telah
menghadapi pergumulan hidup sambil
membawa dalam hati mereka pengharapan dari yang kecil dan
yang rendah hati. Maria mengatakan : "Jiwaku memuliakan Tuhan"
- hari ini, Gereja
juga menyanyikan ini
dalam setiap bagian dunia. Kidung ini sangat
kuat di tempat-tempat di mana
Tubuh Kristus sedang menderita sengsara. Bagi kita orang-orang Kristiani, di mana ada Salib, di sana ada pengharapan, selalu.
Jika tidak ada pengharapan, kita
bukanlah orang
Kristiani. Itulah
sebabnya saya ingin mengatakan: jangan
biarkan diri Anda dirampok dari pengharapan. Semoga
kita tidak dirampok dari pengharapan, karena
kekuatan ini adalah
sebuah
rahmat, sebuah karunia dari Allah yang membawa kita ke depan dengan mata kita tertuju pada surga. Dan Maria
selalu ada di sana, dekat jemaat-jemaat tersebut, para saudara dan saudari kita, dia mendampingi mereka, menderita bersama mereka, dan menyanyikan
Magnificat pengharapan bersama
mereka.
Saudara dan saudari terkasih, dengan segenap hati kita marilah kita juga mempersatukan diri kita pada kidung kesabaran dan kemenangan, kidung pergumulan dan sukacita ini, yang mempersatukan Gereja yang jaya dengan peziarah yang satu, bumi dengan surga, dan yang menggabungkan hidup kita menuju kekekalan yang ke arahnya kita melakukan perjalanan. Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.