Agar orang-orang Kristiani sudi menyebarkan garam rohani iman, harapan dan amal kasih: inilah
seruan Paus Fransiskus dalam Misa Kamis pagi
23 Mei 2013 (Bacaan Ekaristi : Mrk 9:41-50) di kapel kediaman Domus Sanctae
Marthae, Vatikan. Paus memperingatkan akan resiko menjadi tawar, "Orang-orang Kristiani bagian
museum".
Dalam homilinya, Paus
Fransiskus berfokuskan pada cita
rasa di mana orang-orang Kristiani dipanggil untuk memberi
kepada hidup mereka sendiri dan kepada orang lain. Bapa Suci mengatakan bahwa
garam yang
diberikan Tuhan kepada kita adalah garam iman, harapan dan amal kasih. Tetapi, beliau memperingatkan, kita harus berhati-hati bahwa
garam ini, yang
diberikan kepada kita dengan kepastian bahwa Yesus mati dan bangkit kembali untuk menyelamatkan kita, "tidak
kehilangan rasanya, tidak
kehilangan kekuatannya". Garam ini, beliau melanjutkan , "bukan untuk menjaga,
karena jika garam yang diawetkan dalam sebuah
botol tidak melakukan
apa-apa: itu tidak baik untuk
apa pun":
"Garam dapat dimengerti ketika Anda menggunakannya dalam rangka untuk membuat makanan lebih lezat. Saya juga menganggap bahwa garam yang disimpan dalam botol, dengan kelembaban, kehilangan kekuatan dan diberikan sia-sia. Garam yang telah kita terima harus dibagikan, harus diberikan, [agar] untuk meningkatkan rasa makanan : sebaliknya, garam menjadi tawar dan tidak berguna. Kita harus meminta Tuhan untuk tidak menjadikan [kita] orang-orang Kristiani dengan garam kurang rasa, dengan garam yang tetap tertutup dalam botol. Garam juga memiliki sifat khusus lain: ketika garam digunakan dengan baik, seseorang tidak memperhatikan rasa garam. Cita rasa garam - tidak dapat dirasakan! Apa yang dirasakan seseorang adalah rasa makanan: garam membantu meningkatkan rasa makanan".
"Ketika kita mewartakan iman, dengan garam ini", kata Paus Fransiskus, "mereka yang menerima pemberitaan, menerimanya masing-masing menurut kekhasannya, seperti [terjadi ketika garam digunakan dengan bijaksana] pada makanan". Jadi, “masing-masing orang dengan kekhasannya menerima garam dan menjadi lebih baik [karenanya]". Bapa Suci lalu menjelaskan bahwa "keaslian" yang dibawa iman Kristiani bukanlah sesuatu yang seragam:
"Keaslian Kristiani bukanlah sebuah keseragaman! Dibawa masing-masing orang sebagai dirinya sendiri, dengan kepribadiannya sendiri, dengan karakteristiknya sendiri, budayanya - dan meninggalkan dia dengan itu, karena itu adalah suatu harta. Namun, memberikan seseorang sesuatu yang lebih : memberikan rasa! Keaslian Kristiani ini begitu indah, karena ketika kita ingin membuat sebuah keseragaman - semua asin dengan cara yang sama – segala sesuatunya akan serupa ketika wanita melempar terlalu banyak garam dan seseorang hanya merasakan garam dan bukan makanan. Keaslian Kristiani adalah ini: masing-masing sebagai dirinya sendiri, dengan karunia-karunia yang telah diberikan Tuhan kepadanya".
"Inilah", Paus melanjutkan, "garam
yang harus kita berikan". Sebuah garam yang "tidak
untuk disimpan, tapi untuk diberikan", - dan ini, beliau berkata, "berarti sedikit pelampauan": "keluar ke sana dengan pesan, keluar ke sana dengan kekayaan ini sehingga kita memiliki garam, dan memberikannya kepada
orang lain". Di sisi lain, beliau berkata, ada
dua "jalan keluar" bagi garam untuk dibawa, sehingga tidak
merusak. Pertama : memberikan garam
"dalam pelayanan makanan, pelayanan kepada orang lain, melayani orang-orang". Kedua
: " pelampauan demi pembuat garam, Sang Pencipta". Garam, beliau menegaskan, "untuk menjaga rasanya, tidak
perlu hanya diberikan
melalui pewartaan", tetapi, "juga perlu pelampauan yang lain, pelampauan doa, pelampauan adorasi":
"Dengan cara ini garam dilestarikan, [dengan cara ini] menjaga rasanya. Dengan penyembahan Tuhan saya melampaui diri saya bagi Tuhan, dan dengan pewartaan Injil saya pergi keluar dari diri saya untuk memberikan pesan. Jika kita tidak melakukan hal ini, namun - dua hal ini, kedua pelampauan ini, memberikan garam - garam akan tetap dalam botol, dan kita akan menjadi 'orang-orang Kristiani bagian museum'. Kita bisa menunjukkan garam : inilah garam saya - dan betapa indahnya itu! Inilah garam yang saya terima dalam Pembaptisan, inilah apa yang saya terima dalam Penguatan, inilah apa yang saya terima dalam katekese - Tetapi lihatlah : orang-orang Kristiani bagian museum! Suatu garam tanpa rasa, suatu garam yang tidak melakukan apa-apa."
Angelo Kardinal Sodano dan
Leonardo Kardinal Sandri ikut berkonselebrasi dalam Misa tersebut
yang dihadiri oleh sekelompok imam
dan kolaborator awam dari Kongregasi
untuk
Gereja-Gereja Timur.
Sumber : Radio
Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.