Bacaan Ekaristi : 1Mak 1:10-15,41-43,54-57,62-64; Luk 18:35-43
Paus
Fransiskus memperingatkan umat beriman
untuk tidak tunduk
pada " globalisasi keseragaman yang bersifat hegemonis" yang berasal dari
semangat keduniawian selama Misa hariannya di Casa Santa
Marta Senin pagi 18 November 2013.
Menarik bacaan pertama dari kitab Makabe yang pertama (1Mak 1:10-15,41-43,54-57,62-64), Paus Fransiskus menyoroti "akar buuk" keduniawian yang dicontohkan oleh mereka
yang melanggar Hukum Perjanjian.
Mereka meninggalkan tradisi mereka
sendiri demi orang-orang dari
bangsa-bangsa lain agar dengan antusias "menegosiasikan" keyakinan mereka
yang disebut Paus " semangat progresivisme
yang belum matang".
"Mereka percaya bahwa maju dalam setiap jenis pilihan adalah lebih baik daripada tetap dalam kebiasaan kesetiaan", beliau mengatakan, dan menambahkan bahwa mereka menegosiasikan kesetiaan Allah kepada umat-Nya. "Ini disebut kemurtadan, perzinahan". Mereka tidak, pada kenyataannya, menegosiasikan beberapa nilai, mereka menegosiasikan intisari keberadaan mereka : yakni kesetiaan akan Tuhan".
Bapa Suci menekankan dalam homilinya bahwa kemurtadan ini adalah buah iblis, yang ingin menggerakkan umat Allah terhadap semangat keduniawian ini. Semangat ini, pada gilirannya, berlangsung. Orang-orang mulai mengambil kebiasaan
orang kafir, dan pada akhirnya, Raja memerintahkan semua orang untuk meninggalkan kebiasaan mereka dengan ancaman hukuman mati.
"Bukanlah globalisasi kesatuan semua Bangsa yang indah, masing-masing bangsa dengan kebiasaan mereka sendiri, melainkan merupakan globalisasi keseragaman yang bersifat hegemonik, merupakan pemikiran tunggal. Dan satu-satunya pikiran ini adalah buah keduniawian", kata Paus.
"Tetapi, Bapa”, Bapa Suci melanjutkan,
"apakah hal ini terjadi hari ini?
Ya. Karena semangat keduniawian ada, bahkan hari ini dilakukan dengan keinginan untuk menjadi progresif
pada pemikiran tunggal ini. Jika
seseorang ditemukan dengan
Kitab Perjanjian dan jika siapa pun menaati hukum itu, keputusan Raja akan menghukum dia
sampai mati : dan ini telah kita baca di koran, bulan ini. Orang-orang ini telah menegosiasikan kesetiaan kepada Tuhan mereka; orang-orang ini, digerakkan oleh semangat dunia, telah menegosiasikan
jatidiri mereka sendiri, mereka telah menegosiasikan milik mereka kepada sebuah umat, sebuah umat yang sangat dikasihi Allah, karena Allah menghendaki
sebagai umat-Nya."
Dalam dunia sekarang ini, Bapa Suci menyatakan pemikiran bahwa
semua harus sama, bahwa seseorang
harus "lebih normal" yang
dikemukakan oleh progresivisme yang belum matang ini. Mengacu pada catatan bacaan bahwa mereka yang tidak mengikuti Hukum dihukum mati, Bapa
Suci menyatakan bahwa itu adalah
sesuatu yang dilakukan bahkan di dunia
modern saat ini.
"Tetapi yang Anda melakukan hari ini tidak dilakukan, pengorbanan manusiawi?", beliau bertanya. "Begitu banyak yang dilakukan, begitu banyak! Dan ada hukum yang melindungi mereka". Namun, meskipun ketidaksetiaan di dunia, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Allah terus setia dan mengampuni mereka yang bertobat.
"Dengan semangat anak-anak Gereja, kita berdoa kepada Tuhan sehingga dalam kebaikan-Nya, kesetiaan-Nya, Ia menyelamatkan kita dari semangat duniawi ini yang menegosiasikan segalanya", Paus menyimpulkan. "Sehingga Ia melindungi dan membuat kita bergerak maju, karena Ia membuat umat-Nya berjalan maju di padang gurun, membawa mereka dengan tangan, seperti seorang ayah membawa anaknya. Dalam tangan Tuhan kita aman."
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.