Bacaan
Ekaristi : 1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16
"Iman menjadikan segalanya mungkin", tetapi kita harus menempatkan kepercayaan kita sepenuhnya kepada Allah. Inilah fokus utama homili Paus Fransiskus dalam Misa Jumat pagi 10 Januari 2014 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.
Paus Fransiskus memusatkan terutama pada Surat Pertama Santo Yohanes
(5:5-13), yang di dalamnya ia berbicara tentang umat Kristiani sebagai
orang yang benar-benar menang atas dunia. Paus Fransiskus menjelaskan
bahwa iman sejati harus penuh dan lengkap, bukan sebagian, dan harus
mengungkapkan dirinya sebagai sebuah kepatuhan dalam Tuhan, kepatuhan
dalam Kasih :
"Barangsiapa patuh dalam Allah, barangsiapa
diperanakkan oleh Allah, barangsiapa patuh dalam kasih, memiliki
kemenangan atas dunia - dan kemenangan ini adalah iman kita - pada pihak
kita, itulah iman. Pada pihak Allah, [itulah] Roh Kudus yang membuat
ini [kepatuhan, kemenangan ini] mungkin melalui iman. Bagi pihak kita,
iman : penuh kuasa! Kekuatan iman telah mengalahkan dunia! Iman kita
bisa melakukan segalanya! Merupakan kemenangan! Akan menjadi indah
mengulang ini, bahkan bagi diri kita sendiri, karena kita sering
[sebagai] orang-orang Kristiani terkalahkan. Gereja ini penuh
orang-orang Kristiani terkalahkan yang tidak percaya dalam hal ini,
bahwa iman adalah kemenangan - yang tidak menghayati iman ini, karena
jika Anda tidak menghayati iman ini, ada kekalahan, dunia menang,
penguasa dunia ini".
Selanjutnya Paus Fransiskus mengingat
pujian agung yang diberikan Tuhan kita kepada iman perempuan yang sakit
pendarahan, seorang perempuan Kanaan, ataupun laki-laki yang buta sejak
lahir - mengatakan bahwa iman sebesar biji sesawi bisa memindahkan
gunung. "Iman ini", beliau berkata, "menegaskan dan membutuhkan dari
kita dua sikap : mengaku dan percaya.
"Iman", kata Paus
Fransiskus, "berarti mengakui Allah - Allah yang menyatakan diri-Nya
kepada kita, sejak zaman nenek moyang kita hingga saat ini : Allah
sejarah. Ini kita daraskan setiap hari dalam Syahadat - tetapi merupakan
satu hal mendaraskan Syahadat secara sungguh-sungguh, dan hal lain
[hanya] membeokannya, bukan? Aku percaya, Aku percaya akan Allah, aku
percaya akan Yesus Kristus, aku percaya - tetapi apakah saya percaya apa
yang sedang saya katakan? Apakah ini sebuah pengakuan iman sejati atau
apakah merupakan sesuatu yang saya katakan entah bagaimana di luar
kepala, karenanya [hal untuk dikatakan]? Apakah saya percaya hanya
setengah-setengah? Mengakui Iman! Seluruhnya, bukan sebagian! Menjaga
iman ini, ketika datang kepada kita, dengan jalan tradisi : seluruh
iman! Dan bagaimana mungkin saya tahu bahwa saya mengakui iman dengan
baik? Ada sebuah tanda : dia, yang mengakui iman dengan baik - seluruh
iman - memiliki kemampuan untuk menyembah Allah".
Sikap lain
yakni percaya : "Pria atau wanita yang memiliki iman bergantung pada
Allah : mempercayakan dirinya kepada-Nya! Paulus, dalam saat gelap dalam
hidupnya, berkata, ‘Aku tahu dengan baik kepada siapa aku telah
mempercayakan diriku’. Kepada Allah! Kepada Tuhan Yesus! Percaya [kepada
Allah] adalah apa yang menyebabkan kita berharap. Sama seperti
pengakuan iman menuntun kita menyembah dan memuji Allah, maka
kepercayaan kepada Allah menuntun kita pada sebuah sikap harapan. Ada
banyak orang Kristiani dengan sebuah harapan terlalu disiram ke bawah,
tidak kuat : sebuah harapan yang samar-samar. Mengapa? Karena mereka
tidak memiliki kekuatan dan keberanian untuk percaya kepada Tuhan.
Tetapi jika kita orang-orang Kristiani percaya mengakui iman, dan
menjaganya, mengambil hak asuh iman, dan, mempercayakan diri kita kepada
Allah, kepada Tuhan, kita akan menjadi orang-orang Kristiani pemenang -
dan ini adalah kemenangan yang mengalahkan dunia : iman kita".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.