Bacaan Ekaristi : 1Raj 11:4-13; Mrk 7:24-30
Orang kafir bisa menjadi orang percaya melalui kerendahan hati, demikian juga orang percaya dapat kehilangan iman dengan mengikuti hawa nafsu mereka sendiri. Inilah tema utama homili Paus
Fransiskus pada Misa harian
pagi 13 Februari 2014 di
Casa Santa Marta, Vatikan.
Bacaan-bacaan hari itu (1Raj 11:4-13; Mrk 7:24-30) memaparkan
contoh dua jalan terpisah : yang pertama dari penyembahan
berhala kepada Allah yang hidup, lainnya dari Allah yang hidup kepada penyembahan berhala. Dimulai dengan yang
pertama, Bapa Suci berbicara tentang
Injil yang
menceritakan seorang perempuan
yang berani, seorang kafir yang
meminta Yesus untuk membebaskan putrinya dari kerasukan setan.
"Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab
tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya
kepada anjing" adalah tanggapan Kristus. Yesus, Paus menjelaskan, menggunakan bahasa yang kuat untuk menjelaskan bahwa Ia datang pertama-tama bagi umat Israel. Namun, perempuan ini menanggapi tidak dengan kecerdasannya, tetapi sebagai seorang ibu yang membutuhkan.
"Tuhan, anjing yang di bawah meja juga makan
remah-remah yang dijatuhkan anak-anak”, ia menjawab. “Ia terkena resiko mempermalukan dirinya sendiri, tetapi ia bersikeras, dan dari paham kekafiran dan penyembahan
berhala ia menemukan kesembuhan bagi putrinya dan bagi
dirinya sendiri, ia menemukan Allah yang hidup", Paus
berkata.
"Ini adalah jalan seorang yang berkehendak baik, yang mencari Allah dan menemukan-Nya. Tuhan memberkatinya. Berapa banyak orang pergi di jalan ini dan Tuhan menanti mereka! Tetapi Roh Kudus yang sama yang membawa mereka maju di jalan ini. Setiap hari dalam Gereja Tuhan ada orang-orang yang pergi di jalan ini, secara diam-diam, mencari Tuhan, karena mereka membiarkan diri mereka dibawa ke depan oleh Roh Kudus".
Namun, Paus melanjutkan, ada jalan lain, jalan yang diambil Salomo dalam bacaan pertama. Salomo, meskipun orang paling
bijaksana dan berkuasa di dunia, dituntun oleh kelemahannya terhadap para perempuan – gundik-gundik kafir yang membelokkan hatinya ke arah penyembahan berhala. "Para perempuan ini melemahkan hati Salomo secara perlahan, secara perlahan-lahan. Hatinya tidak tetap utuh dengan Tuhan, seperti hati Daud, ayahnya", Paus berkata.
"Hatinya dilemahkan,
ia dilemahkan dan kehilangan iman. Ia kehilangan iman. Orang paling bijaksana
di dunia membiarkan dirinya dibawa oleh suatu cinta yang tidak bijaksana, tanpa
kebijaksanaan; ia membiarkan dirinya dibawa oleh hawa nafsunya. ‘Tetapi Bapa,
Salomo tidak kehilangan iman, ia percaya pada Allah dan mampu mendaraskan Kitab
Suci!’. Ya, itu benar, tetapi memiliki iman tidak berarti mampu mendaraskan
Syahadat. Anda dapat membaca Syahadat dan kehilangan iman".
Paus menjelaskan bahwa
seperti ayahnya, Salomo adalah orang berdosa. Tetapi
tidak seperti ayahnya, yang rendah hati dan memohon pengampunan, Salomo terus dalam dosa-dosanya dan menjadi korup. Meski
ia bijaksana,
putra Daud memperbolehkan kesombongan
dan hawa nafsunya mengkorupnya. "Di dalam hati di mana seseorang kehilangan iman", kata Bapa Suci.
Mengakhiri homilinya, Paus Fransiskus menyerukan umat beriman untuk menerima Sabda Allah dengan kepatuhan dan kerendahan hati, mengikuti jalan yang sama seperti perempuan Kanaan. "Semoga
Sabda
Allah [yang] berkuasa, menjaga kita di jalan ini dan dan tidak memperbolehkan kita untuk berakhir dalam korupsi yang membawa kita kepada penyembahan berhala", beliau berkata.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.