Bacaan Ekaristi : Yak 5:9-12;
Mrk 10:1-12
Penggunaan penalaran sehat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
moral, atau yang berkenaan dengan norma, merupakan sebuah perangkap menentang Allah
dan kita. Paus Fransiskus menekankan hal ini
selama homilinya dalam Misa harian Jumat pagi 28 Februari 2014 di Casa Santa
Marta, Vatikan. Bapa Suci merenungkan tentang sifat perkawinan, yang diambil
dari Injil hari itu dari Santo Markus (10:1-12) yang mengingatkan tanggapan
Kristus terhadap orang-orang Farisi mengenai masalah perceraian. Orang-orang
Farisi, beliau berkata, mencoba untuk mengambil otoritas moral Yesus melalui
penggunaan hal yang berkenaan dengan norma. "Apakah diperbolehkan seorang
suami untuk menceraikan isterinya?", orang-orang Farisi bertanya kepada
Yesus. Di balik pemikiran orang-orang Farisi yang berkenaan dengan norma,
"selalu ada sebuah perangkap".
"Yesus menjawab, bertanya kepada mereka apa yang
dikatakan hukum dan menjelaskan mengapa Musa membuat hukum tersebut dengan cara
itu", Paus menjelaskan. "Tetapi Ia tidak berhenti di situ : karena hal
yang berkenaan dengan norma. Ia menuju ke pusat masalah dan di sini Ia langsung
menuju pada hari-hari Penciptaan". "Acuan Tuhan ini sangat indah: ‘Sejak
awal penciptaan, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan. Karena alasan
ini seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, dan keduanya akan menjadi satu daging. Jadi mereka bukan lagi dua
melainkan satu daging".
Paus melanjutkan dengan mengatakan bahwa Kristus mengacu
pada "mahakarya Penciptaan" : laki-laki dan perempuan. Menggambarkan
antara Adam dan Hawa sebagai sebuah "saat puitis", Bapa Suci
mengatakan bahwa Yesus melawankan pemikiran yang berkenaan dengan norma ini
dengan rencana awal kasih oleh Allah.
"Tuhan membawa kasih ini sebagai mahakarya Penciptaan untuk menjelaskan kasih yang Ia miliki bagi umat-Nya", kata Bapa Suci. "Dan [Ia pergi] selangkah lebih jauh : ketika Paulus harus menjelaskan misteri Kristus, ia melakukannya sehubungan, mengacu pada istri-Nya, karena Kristus menikah, Kristus telah menikah, Ia menikahi Gereja, umat-Nya". "Seperti Bapa menikahi umat Israel, Kristus menikahi umat-Nya. Inilah sejarah kasih, inilah sejarah mahakarya Penciptaan! Dan di depan perjalanan kasih ini, ikon ini, hal yang berkenaan dengan norma tumbang dan menjadi kesedihan".
Ketika kasih gagal antara seorang laki-laki dan seorang perempuan,
Paus menekankan pentingnya mendampingi mereka yang menderita, bukan mengutuk
mereka atau "bukan menjadi berkenaan dengan norma dengan situasi mereka".
Dalam pandangan rencana awal kasih Allah, Bapa Suci menekankan bahwa seseorang
mulai melihat keindahan perkawinan, keindahan keluarga. Pandangan ini juga
harus membawa kita untuk datang lebih dekat kepada "saudara dan saudari
yang dalam hidup telah memiliki kemalangan akibat kegagalan dalam kasih".
Mengakhiri homilinya, Paus Fransiskus meminta umat
beriman untuk penuh perhatian sehingga kasih tidak gagal dengan mengingat gambaran
kasih Kristus kepada istri-Nya : Gereja.
"Malahan di sini kita harus penuh perhatian sehingga
kasih tidak gagal! Berbicara tentang seorang Kristus yang bujangan : Kristus
menikahi Gereja", beliau berseru. "Dan Kristus tidak dapat dipahami
tanpa Gereja dan Gereja tidak dapat dipahami tanpa Kristus. Inilah misteri agung
mahakarya Penciptaan. Semoga Tuhan memberi kita semua rahmat untuk memahami dan
juga rahmat untuk tidak pernah jatuh dalam sikap orang-orang Farisi yang
berkenaan dengan norma, sikap ahli-ahli Taurat yang berkenaan dengan norma ini".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.