Bacaan
Ekaristi : Keb 2:1a,12-22; Yoh 7:1-2,10,25-30
Paus Fransiskus
memusatkan pada segi evangelisasi dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi
4 April 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan. Dalam Bacaan Pertama dari Kitab
Kebijaksanaan (2:1a,12-22), orang-orang jahat berkata di antara mereka sendiri :
"Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi
gangguan serta menentang pekerjaan kita". Paus Fransiskus Suci
membandingkan Bacaan Pertama dengan Bacaan Injil (Yoh 7:1-2,10,25-30)
yang menceritakan Kristus dianiaya karena berkhotbah di depan umum. Dalam
sejarah keselamatan, beliau berkata, "pada zaman Israel, dan bahkan dalam
Gereja, para nabi telah dianiaya". Para nabi, beliau melanjutkan, dianiaya
karena menyerukan kepada mereka yang berkuasa untuk kembali ke jalan Allah.
"Yesus
menyembunyikan diri-Nya, pada hari-hari terakhir ini, karena saat-Nya belum
tiba; tetapi Dia tahu akan menjadi apa kesudahan-Nya, akan bagaimana
kesudahan-Nya", beliau berkata. "Dan Yesus dianiaya sejak awal : kita
ingat ketika, pada awal khotbah-Nya, Ia kembali ke desa-Nya, Ia pergi ke rumah
ibadat dan berkhotbah. Segera, setelah kekaguman besar, mereka mulai [mengatakan]
: ‘Tetapi kita tahu berasal dari manakah Dia. Dia adalah salah seorang dari kita.
Dengan kuasa apakah Ia datang untuk mengajar kita? Di manakah Ia belajar?’ Mereka
menyatakan Ia tidak cakap! Ini adalah wacana yang sama, bukan? ‘Tetapi kita tahu
dari mana Ia berasal! Kristus, malahan, ketika Ia datang tak seorang pun akan tahu
dari mana Ia berasal!’ Menyatakan Tuhan tidak cakap, menyatakan nabi tidak
cakap untuk mengambil kekuasaan-Nya!"
Yesus, Paus melanjutkan
dengan mengatakan, dinyatakan tidak cakap oleh mereka
yang berkuasa karena Ia memerangi orang-orang yang
"mengurung Roh Kudus". Namun, sejarah
penganiayaan tidak berakhir dengan
kematian dan kebangkitan Yesus. Banyak orang yang dianiaya
karena iman tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam Gereja. "Ketika kita membaca
kehidupan para kudus, berapa banyak kesalahpahaman,
berapa banyak penganiayaan yang melaluinya
para kudus telah
menderita, karena mereka adalah
para
nabi", beliau berkata.
"Juga banyak filsuf Gereja
telah dianiaya. Saya memikirkan seseorang, sekarang, pada saat ini, tidak
begitu jauh dari kita, seorang pria niat baik, seorang nabi sejati, yang dengan
buku-bukunya mencela Gereja dari kesesatan akan jalan Tuhan", Paus
mengenang.
"Dia dipanggil
dengan cepat, buku-bukunya ditempatkan dalam indeks [daftar hitam], mereka mengenyahkan
dia dari tempat duduknya dan dengan demikian hidup orang ini berakhir – beberapa
waktu yang lalu. Beberapa saat telah berlalu dan hari ini ia dibeatifikasi!
Bagaimana mungkin bahwa kemarin ia seorang penganut bidaah dan hari ini ia
dibeatifikasi? Hal ini karena kemarin mereka yang memiliki kekuatan ingin
membungkamnya, karena mereka tidak menyukai apa yang ia katakan. Hari ini
Gereja, yang mengucap syukur kepada Allah dan tahu bagaimana bertobat,
mengatakan: ‘Tidak, orang ini baik'. Bahkan malahan, ia berada di jalan menuju
kekudusan : ia dibeatifikasi!”. Tetapi, sayangnya Bapa suci tidak menyebutkan
orang yang dimaksud.
Paus juga menyoroti
penganiayaan yang diderita oleh orang-orang Katolik saat ini di negara-negara
yang melarang kebebasan beragama. "Saya berani mengatakan bahwa mungkin
ada sama banyak atau lebih banyak martir saat ini dibanding di masa-masa awal,
karena dalam masyarakat duniawi ini, dalam masyarakat ini yang agak tenang,
yang tidak menginginkan masalah, mereka mengatakan kebenaran, mereka memaklumkan
Yesus Kristus", beliau berkata. "Bahkan
ada hukuman mati atau penjara karena memiliki Injil di rumah, mengajarkan
Katekismus, hari ini, di beberapa bagian dunia! Satu orang Katolik dari
negara-negara ini mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak bisa berdoa
bersama. Dilarang! Mereka hanya bisa berdoa sendirian saja dan tersembunyi. Tetapi
mereka ingin merayakan Ekaristi dan bagaimana? Mereka merayakan ulang tahun,
mereka berpura-pura merayakan ulang tahun dan di sana mereka merayakan
Ekaristi, sebelum pesta. Dan - itu telah terjadi! - ketika polisi tiba,
semuanya 'kebahagiaan, kebahagiaan. Selamat ulang tahun' dan mereka melanjutkan
dengan pesta. Kemudian, ketika [polisi] pergi, mereka menyelesaikan Ekaristi.
Itulah yang apa yang harus mereka lakukan, karena dilarang untuk berdoa
bersama. Hari ini!".
Menutup homilinya, Paus Fransiskus
mengingatkan teladan Pastor Yesuit Matteo Ricci, salah satu pastor pendiri Perutusan
Yesuit Cina di abad ke-17, yang sering ditolak atau disalahpahami. Namun, Paus
mencatat, "ia taat seperti Yesus".
Akan selalu ada penganiayaan,
kesalahpahaman! Tetapi Yesus adalah Tuhan dan ini adalah tantangan dan Salib
iman kita. Semoga Tuhan memberi kita rahmat untuk berjalan di jalan-Nya dan,
jika itu terjadi, bahkan salib penganiayaan".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.