Bacaan
Ekaristi : Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47
Musa berdoa kepada Tuhan agar berpikir lagi. Paus Fransiskus mengatakan "doa ini adalah sebuah perjuangan nyata dengan Allah. Sebuah
perjuangan [pada pihak] pemimpin suatu
bangsa untuk menyelamatkan umat-Nya, yang adalah umat Allah.
Musa berbicara dengan
bebas di hadapan Allah dan dengan berbuat demikian
mengajarkan kita bagaimana berdoa
tanpa rasa takut, dengan bebas, bahkan dengan kengototan. Musa bersikeras. Ia berani. Doa juga harus menjadi sebuah "negosiasi dengan
Allah", yang kepadanya
kita membawa "argumen-argumen" kita. Musa akhirnya meyakinkan Allah dan Bacaan mengatakan bahwa "menyesallah Tuhan karena malapetaka yang
dirancangkan-Nya atas umat-Nya”. “Tetapi - Paus bertanya
– siapakah yang berubah di sini? Apakah Tuhan berubah? Saya pikir tidak".
"Musa adalah orang yang
telah berubah, karena Musa percaya bahwa Tuhan akan melakukan hal ini, ia
percaya bahwa Tuhan akan menghancurkan umat dan ia mencari, ia mencoba untuk
mengingatkan, seberapa baik Tuhan pada umat-Nya, bagaimana Ia memimpin mereka dari perbudakan
di Mesir dan menuntun mereka dengan sebuah janji. Dengan argumen-argumen ini,
ia mencoba meyakinkan Allah, tetapi dengan begitu, ia menemukan kembali ingatan
umat-Nya, dan belas kasih Allah. Musa ini, yang takut, takut bahwa Allah akan melakukan hal ini, pada
akhirnya turun dari gunung dengan sesuatu yang besar dalam hatinya : Allah kita
penuh belas kasih. Ia tahu bagaimana mengampuni. Ia bisa mundur dari keputusan-keputusan-Nya.
Ia adalah seorang Bapa".
Musa mengetahui semuanya ini - Paus Fransiskus mengamati - "tetapi ia dengan samar-samar mengetahuinya. Sebaliknya ia menemukannya kembali dalam doa. Ini adalah doa yang bekerja pada kita : mengubah hati kita".
"Doa mengubah hati kita. Membantu kita lebih memahami Allah kita Inilah sebabnya mengapa penting untuk berbicara dengan Tuhan, bukan dengan kata-kata kosong - Yesus berkata : ‘sebagaimana dilakukan orang-orang kafir'. Tidak, tidak, berbicara dengan [-Nya tentang] kenyataan: 'Lihat, Tuhan, saya memiliki masalah ini, dalam keluarga saya, dengan anak saya, dengan ini, dengan itu ... Apa yang dapat Engkau lakukan? Engkau tidak dapat meninggalkan saya seperti ini!'. Inilah doa! Apakah doa ini memakan waktu yang lama? Ya, butuh waktu".
Butuh waktu bagi kita untuk mengenal Allah dengan lebih baik, [waktu yang sama kita gunakan] dengan seorang teman, karena Musa – Kitab Suci mengatakan - berdoa kepada Tuhan seperti seorang teman berbicara kepada teman lainnya : "Kitab Suci mengatakan bahwa Musa berbicara kepada Allah muka dengan muka, sebagai seorang teman. Ini adalah bagaimana seharusnya doa kita : bebas, ngotot, dengan argumen-argumen. Bahkan sedikit menegur Tuhan : 'Engkau menjanjikan saya hal ini, tetapi Engkau tidak melakukannya ...', seperti sedang berbicara dengan seorang teman. Bukalah hati-Mu bagi doa ini. Musa turun dari Gunung disegarkan : ‘Saya telah mengetahui lebih banyak tentang Tuhan’, dan dengan kekuatan yang diberikan kepadanya melalui doa tersebut, ia memulai lagi tugas memimpin umat-Nya ke Tanah Terjanji. Karena doa menyegarkan : merupakan penyegaran. Semoga Tuhan memberi kita semua rahmat ini, karena doa adalah sebuah rahmat".
"Roh Kudus ada di dalam
setiap doa" - Paus mengakhiri. "Anda tidak bisa berdoa tanpa Roh
Kudus. Dan Dialah yang berdoa di dalam kita, Dia membuat kita mengubah hati
kita, Dialah yang mengajarkan kita untuk memanggil Allah 'Bapa'. Marilah kita memohon Roh Kudus
untuk mengajarkan kita berdoa, seperti Musa berdoa, bernegosiasi dengan Allah,
dengan kebebasan roh, dengan keberanian. Dan semoga Roh Kudus, yang selalu
hadir dalam doa kita, menuntun kita di jalan ini".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.