Bacaan
Ekaristi : Kis 19:1-8; Yoh 16:29-33
Paus Fransiskus merayakan Misa harian pagi 2 Juni 2014 di Casa Santa
Marta, Vatikan, bersama sekelompok pasangan
suami istri dari
berbagai jenjang perjalanan hidup mereka. Merenungkan bacaan-bacaan hari itu (Kis 19:1-8; Yoh 16:29-33), fokus homili Bapa Suci adalah tentang kesetiaan, ketekunan, dan kasih Kristus
yang berbuah
bagi mempelai-Nya, Gereja - tiga sifat yang juga merupakan inti perkawinan Kristiani. Lima belas pasang suami istri, yang merayakan antara 25 hingga 60 tahun perkawinan
mereka, hadir pada Misa tersebut untuk bersyukur kepada Allah atas tonggak sejarah yang telah mereka capai.
Dalam
homilinya Paus Fransiskus berbicara tentang tiga pilar hubungan suami-istri dalam daya pandang Kristiani
akan hal-hal
tersebut : kesetiaan, ketekunan, berbuah. Bapa Suci mengatakan bahwa Kristus, Ia sendiri, adalah ukuran model ini, yang disebut Paus Fransiskus "tiga kasih Yesus" : bagi Bapa, bagi Bunda-Nya, dan bagi Gereja. "Agunglah” kasih-Nya bagi Gereja, kata Paus
Fransiskus. “Yesus menikahi Gereja karena kasih". Gereja adalah, beliau berkata, "mempelai-Nya : indah, suci, seorang berdosa, Ia mengasihi Gereja semuanya sama". Cara-Nya mengasihi menegaskan tiga sifat kasih ini.
"Ini adalah sebuah kasih setia. Ini adalah sebuah kasih yang tekun. Ia tidak pernah lelah mengasihi Gereja-Nya. Ini adalah sebuah kasih yang berbuah. Ini adalah sebuah kasih
setia", kata Paus
Fransiskus. "Yesus adalah Pribadi yang setia. Santo Paulus, dalam salah satu suratnya, mengatakan bahwa, jika kamu mengakui Kristus, Ia akan mengakui kamu, di hadapan Bapa; jika kamu menyangkal Kristus, Ia akan menyangkal kamu; bahkan jika kamu tidak setia kepada Kristus, Ia tetap setia, karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri! Kesetiaan adalah esensi kasih
Yesus. Kasih Yesus dalam Gereja-Nya adalah setia. Kesetiaan ini seperti sebuah terang pada perkawinan. Kesetiaan kasih. Selalu". Selalu setia, dan juga tak kenal lelah dalam ketekunannya - seperti kasih Yesus bagi Mempelai-Nya.
"Kehidupan perkawinan harus tekun, karena kalau tidak kasih tidak bisa maju", lanjut Paus
Fransiskus. "Ketekunan dalam kasih, dalam masa-masa baik dan dalam masa-masa sulit, ketika ada masalah-masalah : masalah-masalah dengan anak-anak, masalah-masalah ekonomi, masalah- masalah-masalah di sini, masalah-masalah di sana - tetapi kasih bertekun, maju, selalu berusaha menyelesaikan berbagai hal, menyelamatkan keluarga. Bertekun : mereka bangun setiap pagi, pria dan wanita
tersebut, dan membawa keluarga ke depan".
Kemudian Bapa Suci mengulas sifat ketiga: berbuah. Kasih Yesus, beliau berkata, "membuat Gereja berbuah", menyediakannya bersama anak-anak baru melalui Baptisan, dan Gereja tumbuh dengan suami-istri yang berbuah ini.
"Dalam sebuah perkawinan, kesuburan kadang-kadang dapat diuji ketika anak-anak tidak datang, atau sakit", beliau berkata, dan menambahkan bahwa pada saat-saat
pencobaan tersebut, ada pasangan-pasangan suami istri yang memandang Yesus dan menarik pada kekuatan kesuburan yang dimiliki
Kristus bersama
Gereja-Nya. Ada juga hal-hal lain yang tidak disukai
Yesus - seperti perkawinan-perkawinan yang mandul karena pilihan, perkawinan-perkawinan yang di dalamnya suami istri "tidak menginginkan anak" atau "menginginkan tetap tanpa kesuburan”.
"Budaya kesejahteraan ini sejak sepuluh tahun yang
lalu meyakinkan kita : ‘Adalah lebih
baik tidak memiliki anak. Itu lebih baik! Anda bisa pergi menjelajahi dunia, pergi berlibur, Anda dapat memiliki sebuah villa di pedesaan, Anda dapat bebas perawatan ... mungkin lebih baik - lebih nyaman - memiliki seekor
anjing, dua ekor kucing, dan kasih pergi kepada dua kucing dan anjing tersebut. Apakah ini benar ataukah ini tidak benar? Apakah Anda telah melihatnya? Kemudian, pada akhirnya perkawinan ini menuju usia tua dalam kesendirian, dengan kepahitan kesepian. Tidak berbuah, tidak melakukan apa yang dilakukan Yesus bersama Gereja-Nya : Ia membuat Gereja-Nya berbuah".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.