Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Juni 2014 : TIGA GODAAN ORANG KRISTIANI (KESERAGAMAN, ALTERNATIF, EKSPLOITASI)


Bacaan Ekaristi : Kis 22:30;23:6-11; Yoh 17:20-26

Dalam Misa harian Kamis pagi 5 Juni 2014 di kapel kediaman Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada kebutuhan untuk menumbuhkan rasa sesungguhnya memiliki dalam dan bagi Gereja, dan berbicara tentang tiga godaan yang ke dalamnya orang-orang yang menyebut diri mereka Kristiani sering jatuh : "paham keseragaman", "paham alternatif" dan "paham eksploitasi".

Paus Fransiskus mengambil permenungannya dari bacaan Injil hari itu (Yoh 17:20-26), yang berisi doa Tuhan kita untuk kesatuan Gereja. Bapa Suci berbicara tentang beberapa orang, yang tampaknya memiliki "satu kaki di dalam" dan satu kaki di luar Gereja, sehingga mereka memesan "kemungkinan berada di kedua tempat tersebut", baik di dalam Gereja maupun di luar Gereja. Bapa Suci mengatakan bahwa orang-orang tersebut tidak benar-benar merasa bahwa Gereja adalah milik mereka. Beliau mengatakan bahwa ada beberapa kelompok yang, “menyewa Gereja, tetapi tidak menyatakan Gereja sebagai rumah mereka". Beliau memperkenalkan tiga kelompok atau jenis orang Kristiani tertentu. Beliau mengawali dengan mereka, yang menyamaratakan semua orang dalam Gereja , yang beliau sebut "kaum uniformis" : "Keseragaman, kekakuan - ini sulit. Mereka tidak memiliki kebebasan yang diberikan oleh Roh Kudus. Mereka merancukan Injil yang diwartakan Yesus, dengan ajaran mereka tentang kesetaraan. Kristus tidak pernah menginginkan Gereja-Nya menjadi begitu kaku - tidak pernah - dan orang-orang seperti itu, oleh karena sikap mereka, tidak memasuki Gereja. Mereka menyebut diri mereka orang-orang Kristiani, orang-orang Katolik, tetapi sikap mereka menghalau mereka dari Gereja".

Kelompok atau jenis orang Kristiani yang kedua yang diperkenalkan Bapa Suci terdiri dari orang-orang yang selalu memiliki gagasan-gagasan mereka sendiri tentang segala hal - orang-orang yang tidak ingin menyesuaikan pikiran-pikiran mereka dengan pikiran Gereja. Paus Fransiskus menyebut orang-orang itu, "kaum alternatif" : "[Mereka] memasuki Gereja, namun dengan gagasan ini, dengan ideologi itu, sehingga keanggotaan mereka dalam Gereja bersifat sebagian. Mereka memiliki satu kaki di luar Gereja. Gereja bukanlah rumah mereka, juga bukan milik mereka. Mereka menyewa Gereja di beberapa titik. Orang-orang seperti itu telah bersama kita sejak awal pemberitaan Injil : pikirkanlah aliran Gnostik, yang kepadanya Rasul Yohanes berdetak begitu terus terang, bukan? 'Kami adalah ... ya, ya .. . kami adalah orang-orang Katolik, tetapi dengan gagasan-gagasan ini alternatif-alternatif’. Mereka tidak ikut merasakan memiliki Gereja".

Ketiga yang ketiga terdiri dari mereka, yang menyebut diri mereka Kristiani, tetapi tidak berasal dari sanubari Gereja. Mereka adalah "kaum pengeksploitasi", beliau berkata, "orang-orang yang 'mencari keuntungan', dan pergi ke gereja, tetapi untuk kepentingan pribadi, dan akhirnya melakukan bisnis dalam Gereja" : Para pengusaha. Kita tahu mereka dengan baik! Mereka juga telah ada sejak awal : pikirkanlah Simon si Penyihir, atau Ananias dan Safira. Mereka mengambil keuntungan dari Gereja untuk keuntungan mereka sendiri. Kita melihat mereka dalam jemaat paroki atau keuskupan, juga dalam tarekat religius, di antara beberapa dermawan Gereja - banyak, eh? Mereka memamerkan barang-barang mereka sebagai para dermawan Gereja, dan pada akhirnya, di belakang meja, mereka melakukan bisnis mereka. Orang-orang itu, juga, tidak merasakan Gereja sebagai seorang ibu, sebagai milik mereka".

Paus Fransiskus melanjutkan dengan memperhitungkan bahwa, dalam Gereja, "ada banyak karunia, ada sebuah keragaman besar umat dan karunia-karunia Roh". Tuhan, kata Paus Fransiskus, mengatakan kepada kita, "Jika kamu akan memasuki Gereja, lakukanlah demi kasih” dalam rangka "memberikan segenap hatimu dan bukan melakukan bisnis untuk mendapatkan keuntungan". Gereja, beliau berpendapat, "bukan rumah sewaan", Gereja "adalah sebuah rumah tinggal".

Paus Fransiskus mengakui bahwa hal ini tidak mudah, karena, "banyak godaan". Meskipun demikian, beliau menegaskan, Roh Kuduslah, yang meraih kesatuan dalam Gereja, "kesatuan dalam keragaman, kebebasan, kemurahan hati". Hal ini, beliau berkata, adalah tugas Roh Kudus. "Roh Kudus", beliau menambahkan, "membuat keselarasan dalam Gereja - kesatuan dalam Gereja adalah keselarasan".

"Kita semua berbeda", beliau mencatat, "kita tidak sama, syukur kepada Allah". Jika tidak, "hal-hal tersebut akan menjadi neraka". Paus Fransiskus melanjutkan dengan mengatakan, "Kita semua dipanggil untuk menjadi taat kepada Roh Kudus". Justru kepatuhan ini, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah keutamaan yang akan menyelamatkan kita dari kekakuan, dari menjadi kaum alternatif, atau kaum pengekploitasi - atau para pengusaha dalam Gereja : menjadi taat kepada Roh Kudus". Justru "kepatuhan ini yang mengubah Gereja dari sebuah rumah sewaan, menjadi sebuah rumah tinggal".

Paus Fransiskus mengakhiri, dengan mengatakan, "Semoga Tuhan mengutus Roh Kudus dan semoga Roh Kudus dapat membuat keselarasan ini dalam jemaat-jemaat kita : jemaat-jemaat paroki, jemaat-jemaat keuskupan, jemaat-jemaat gerakan-gerakan [gerejawi] - biarlah Roh Kudus yang meraih keselarasan ini, karenanya, sebagaimana dikatakan seorang Bapa Gereja : Roh Kudus sendiri adalah keselarasan".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.