Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 6 Juni 2014 : PARA IMAM, JANGAN PERNAH MELUPAKAN CINTA PERTAMA ANDA

Bacaan Ekaristi : Kis 25:13-21; Yoh 21:15-19

Dalam Misa harian Jumat pagi 6 Juni 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengarahkan homilinya  kepada para uskup dan para imam saudaranya. Beliau memberitahu mereka untuk selalu menempatkan kasih Allah dan kawanan domba mereka terlebih dahulu, sebelum mengejar karir ilmiah. "Inilah pertanyaan yang saya ajukan pada diri saya, saudara saya para uskup dan para imam : bagaimana cinta Anda hari ini, kasih akan Yesus? Apakah seperti cinta pertama? Apakah saya jatuh cinta hari ini seperti pada hari pertama?", Paus Fransiskus bertanya.

Bapa Suci memusatkan permenungannya pada hari Injil hari itu (Yoh 21:15-19) yang di dalamnya Yesus tiga kali mengajukan pertanyaan kepada Petrus, "Apakah engkau mengasihi Aku?". Paus Fransiskus bertanya kepada mereka yang hadir, "Bagaimana cinta pertama Anda?", sambil menjelaskan bahwa pertanyaan ini tidak hanya untuk pasangan suami-istri, tetapi juga untuk mereka ditahbiskan dalam Gereja.

Memberi wejangan kepada sejawatnya para imam dan para uskup, Paus Fransiskus bertanya apakah mereka masih mencintai Yesus sebanyak yang mereka lakukan ketika mereka pertama kali memulai pelayanan mereka, "Atau apakah kerja dan kekhawatiran-kekhawatiran membawa saya untuk melihat hal-hal lain, dan sedikit melupakan kasih?". Ada perbedaan pendapat dalam pernikahan. Itu lumrah. Karena "ketika tidak ada kasih, tidak ada perbedaan pendapat : pernikahan hancur", jelas Paus Fransiskus. "Apakah saya berbantah, dengan Tuhan? Ini adalah sebuah tanda kasih. Pertanyaan yang diajukan Yesus kepada Petrus ini membawanya kepada cinta pertama. Jangan pernah melupakan cinta pertama Anda. Jangan pernah."

Selain terus-menerus memperbaharui cinta awalnya untuk Tuhan, Paus Fransiskus mencatat bahwa dalam dialognya dengan Yesus pertama-tama seorang imam harus selalu ingat untuk menjadi gembala sebelum ingin menjadi "seorang sarjana filsafat atau teologi". Seorang imam harus selalu menjadi seorang "gembala" dengan cara yang sama seperti yang ditunjukkan Yesus kepada Petrus dengan mengatakan "Gembalakanlah makan domba-domba-Ku", beliau berkata, dan sisanya akan datang kemudian.

"Gembalakanlah. Dengan teologi, filsafat, dengan petrologi, dengan apa yang Anda pelajari, tetapi gembalakanlah. Jadilah gembala. Karena Tuhan telah memanggil kita untuk ini. Dan tangan uskup di kepala kita adalah untuk menjadi gembala", Paus melanjutkan. "Ini adalah pertanyaan kedua, bukan? Pertanyaan pertama adalah : "Bagaimana cinta pertama Anda?" Ini, pertanyaan kedua : 'Apakah saya seorang gembala, atau seorang pegawai lembaga swadaya masyarakat yang disebut Gereja ini?'. Ada sebuah perbedaan. Apakah saya seorang gembala?"


Lalu Paus Fransiskus menjelaskan bahwa ini adalah "Sebuah pertanyaan yang harus saya ajukan pada diri saya; yang para uskup perlu ajukan, bahkan para imam : kita semua. Gembalakanlah. Tuntunlah. Majulah". Beliau kemudian melanjutkan menjelaskan bahwa tidak ada keagungan atau kemuliaan dalam menjadi seorang imam. "Tidak, saudara. Anda akan berakhir dalam keadaan paling umum, bahkan keadaan terhina : di tempat tidur, harus disuapi, dipakaikan pakaian ... tidak berguna, sakit".

"Berakhir seperti Dia", seperti Yesus, adalah nasib seorang imam, Paus Fransiskus mengamati. Beliau menambahkan bahwa ini adalah kasih yang mati "sebagai benih gandum yang akan berbuah. Tetapi saya tidak akan melihatnya".

Menarik perhatian pada apa yang beliau sebut sebagai "sabda terkuat" yang dikatakan Yesus dalam Injil, Paus Fransiskus menekankan pentingnya mendengarkan perintah-Nya "Ikutlah Aku!". Bahkan "jika kita telah kehilangan jalan atau tidak tahu bagaimana menanggapi untuk mengasihi, kita tidak tahu bagaimana menanggapi untuk menjadi para gembala, kita tidak tahu bagaimana menanggapi atau kita tidak memiliki kepastian bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita bahkan di saat-saat terburuk dalam hidup, dalam keadaan sakit", beliau melanjutkan. "Ia berkata, 'Ikutlah Aku'. Ini adalah kepastian kita. Dalam jejak langkah Yesus. Di jalan itu. ‘Ikutlah Aku'".


Mengakhiri homilinya, Paus Fransiskus meminta agar Tuhan memberikan semua imam dan uskup "rahmat untuk selalu menemukan atau mengingat cinta pertama kita, untuk menjadi para gembala, tidak perlu malu berakhir terhina di tempat tidur atau bahkan kehilangan kecakapan-kecakapan kita". "Dan bahwa Ia selalu memberi kita rahmat untuk mengikuti Yesus, dalam jejak langkah Yesus : rahmat untuk mengikuti-Nya".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.