Bacaan
Ekaristi : 1Kor 2:1-5; Luk 4:16-30
Kita perlu mewartakan Injil dengan kerendahan hati bukan dengan 'kata-kata bijak' karena Yesus sendiri adalah kekuatan Sabda Allah, dan hanya mereka yang memiliki hati yang terbuka dapat menerima-Nya.
Itulah inti homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Senin pagi 1 September 2014, misa harian setelah jeda musim panas.
Mengulas bacaan-bacaan hari itu (1Kor 2:1-5; Luk
4:16-30), Paus Fransiskus
menjelaskan apa Sabda Allah dan bagaimana kita
harus menerimanya. Santo Paulus mengingatkan jemaat Korintus yang tidak mewartakan Injil berdasarkan kata-kata hikmat yang meyakinkan.
"Paulus berkata, ‘Aku
tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat.... Baik
perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang
meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan
bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah’. Jadi, Sabda Allah adalah sesuatu yang berbeda, tidak sama dengan kata manusia, kata hikmat, kata ilmiah, kata filosofis... tidak : ia adalah sesuatu yang lain. Ia muncul dengan cara yang
berbeda".
Ini adalah apa yang terjadi dengan Yesus, ketika Ia mengulas tentang Kitab Suci di sinagoga di Nazaret, di mana Ia dibesarkan. Sesama warga-Nya, awalnya, mengagumi-Nya karena kata-kata-Nya tetapi kemudian menjadi marah dan mencoba untuk membunuh-Nya: "Mereka pergi dari satu sisi ke sisi lain - kata Paus Fransiskus - "karena Sabda Allah berbeda dengan kata manusia". Bahkan, Allah berbicara kepada kita dalam Putera, "yakni, Sabda Allah adalah Yesus, Yesus sendiri" dan Yesus "merupakan sumber pergunjingan. Salib Kristus, menimbulkan pergunjingan. Dan itulah kekuatan Sabda Allah : Yesus Kristus, Tuhan. Dan bagaimana kita menerima Sabda
Allah? Bagaimana saya
menerima Yesus Kristus. Gereja mengatakan kepada
kita bahwa Yesus hadir dalam Kitab Suci, dalam Sabda-Nya". Inilah sebabnya mengapa - Paus Fransiskus mengatakan - sangat penting “membaca sebuah bagian dari Injil sepanjang hari".
"Mengapa, belajar? Tidak! Temukan Yesus, karena Yesus ada di sana dalam Sabda-Nya, dalam Injil-Nya. Setiap kali saya membaca Injil, saya menemukan Yesus. Namun bagaimana saya menerima Sabda ini? Nah, Anda harus menerimanya seperti Anda menerima Yesus, dapat dikatakan dengan hati yang
terbuka, dengan hati
yang rendah hati, dengan semangat Sabda Bahagia. Karena itu adalah bagaimana Yesus datang, dalam kerendahan
hati. Ia datang [kepada kita] dalam kemiskinan. Ia datang dengan pengurapan Roh Kudus ".
"Ia adalah kekuatan - kata Paus Fransiskus - Ia adalah Sabda Allah karena Ia diurapi oleh Roh Kudus. Kita, juga, jika kita ingin mendengar dan menerima Sabda Allah, kita harus berdoa dan memohon kepada Roh Kudus untuk pengurapan hati ini, yang merupakan pengurapan Sabda Bahagia. Suatu hati seperti Sabda Bahagia".
"Akan ada baiknya kita lakukan hari ini, sepanjang hari, bertanya kepada diri
kita sendiri: 'Bagaimana saya menerima Sabda Allah? Sebagai sesuatu yang menarik bagi
saya? Ah, imam mengkhotbahkan ini hari ini ... itu begitu menarik! Betapa bijaknya, imam ini!'. Atau jadi saya menerimanya hanya karena itu adalah Yesus yang hidup, Sabda-Nya Dan apakah saya mampu - camkan pertanyaan-pertanyaan ini! – apakah saya mampu membeli sebuah Injil kecil - murah, eh? Membeli sebuah Injil kecil dan membawanya dalam saku saya, dalam tas saya dan mengambilnya ketika saya mau, sepanjang hari, membaca sebuah bagian, menemukan Yesus di sana? Kedua pertanyaan ini akan
ada baiknya bagi kita. Semoga Tuhan sudi
membantu kita".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.