Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 25 September 2014 : ORANG KRISTIANI YANG BEBAL BAGAIKAN GELEMBUNG SABUN


Bacaan Ekaristi : Pkh 1:2-11; Luk 9:7-9



Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 25 September 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus memperingatkan kita untuk berhati-hati terhadap kesia-siaan, yang membawa kita jauh dari kebenaran dan membuat kita tampak seperti "gelembung sabun". Mengacu pada Bacaan Pertama (Pkh 1:2-11) sebagai titik awalnya, beliau menekankan bahwa ketika mereka berbuat baik, orang-orang Kristiani harus menghindari godaan untuk "membuat diri mereka terlihat".


Jika Anda "tidak memiliki sesuatu yang substansial, Anda juga akan
berlalu seperti semua hal". Paus Fransiskus yang mengambil isyaratnya dari Kitab Pengkhotbah membahas secara mendalam kesombongan. Kesombongan adalah godaan tidak hanya bagi orang-orang kafir, tetapi juga bagi orang-orang Kristiani, bagi "orang-orang beriman". Yesus, beliau mencatat, sering menegur mereka yang membual. Ia mengatakan kepada para ahli Taurat bahwa mereka tidak harus "menyusuri jalan-jalan" dengan "pakaian mewah", seperti "pangeran". Ketika Anda berdoa, Tuhan memperingatkan, jangan melakukannya untuk dilihat, jangan berdoa agar orang-orang sudi melihat Anda; “berdoalah secara diam-diam, pergilah ke kamar Anda". Anda harus melakukan hal yang sama, Paus Fransiskus mengatakan, ketika Anda membantu orang miskin : "Jangan membunyikan terompet, melakukannya secara diam-diam. Bapa melihatnya, dan itu sudah cukup" :

"Tetapi orang yang bebal [mengatakan]: ‘Lihat, aku sedang memberikan cek ini untuk karya Gereja' dan ia menunjukkan cek tersebut; maka ia menipu Gereja dari arah lain. Tetapi ini adalah apa yang membuat orang bebal : ia hidup untuk penampilan. Ketika Anda berpuasa, Tuhan mengatakan ini, 'tolong jangan murung, bersedih, sehingga setiap orang akan memperhatikan bahwa Anda sedang berpuasa. Tidak, berpuasalah dengan sukacita; lakukan penebusan dosa dengan sukacita, sehingga tidak seorang pun akan memperhatikan'. Ini adalah kesia-siaan : hidup untuk penampilan, hidup untuk dilihat".

"Orang-orang Kristiani yang hidup seperti itu", beliau melanjutkan, "untuk penampilan, untuk kesia-siaan, tampak seperti burung merak, mereka berjalan angkuh berkisar seperti burung merak". Mereka adalah orang-orang yang mengatakan, "Saya orang Kristiani, saya punya hubungan dengan imam itu, dengan suster itu, dengan uskup itu; keluarga saya adalah keluarga Kristiani". Mereka sesumbar. Tetapi, Paus Fransiskus bertanya, "Bagaimana tentang kehidupan Anda dengan Tuhan? Bagaimana Anda berdoa? Hidup Anda dalam karya-karya belas kasih, bagaimana itu terjadi? Apakah Anda mengunjungi orang sakit? kenyataan". Ini, beliau menambahkan, sebabnya "Yesus mengatakan kepada kita bahwa kita harus membangun rumah kita - yaitu, kehidupan Kristiani kita di atas batu karang, di atas kebenaran". Di sisi lain, Yesus memperingatkan bahwa "orang bebal membangun rumah mereka di atas pasir, dan rumah itu roboh, kehidupan orang Kristiani itu roboh, tergelincir, karena tidak mampu melawan godaan":

"Berapa banyak orang Kristiani hidup untuk penampilan? Kehidupan mereka tampak seperti gelembung sabun. Sabun gelembung indah, dengan semua warnanya! Tapi itu hanya berlangsung sebentar, dan kemudian apa? Bahkan ketika kita melihat beberapa tugu pemakaman, kita merasakan kesia-siaannya, karena kebenaran akan kembali ke tanah kosong, sebagai Hamba Allah, kata Paus Paulus VI. Tanah kosong menanti kita, ini adalah kebenaran akhir kita. Sementara itu, apakah saya sesumbar atau apakah saya melakukan sesuatu? Apakah saya berbuat baik? Apakah saya mencari Allah? Apakah saya berdoa? Hal-hal substansial. Dan kesia-siaan adalah pendusta, pengkhayal, itu menipu dirinya sendiri, ia menipu orang bebal, karena pada awalnya ia berpura-pura [menjadi sesuatu], tetapi pada akhirnya ia benar-benar percaya dirinya seperti itu, ia percaya. Ia mempercayainya. Kasihan!"

Dan ini, beliau menekankan, adalah apa yang terjadi pada raja wilayah Herodes yang, seperti terkait dalam Injil hari itu, bertanya dengan cemas tentang jatidiri Yesus. "Kesia-siaan", kata Paus Fransiskus, "menabur kecemasan jahat, mengenyahkan kedamaian. Bagaikan orang-orang yang memakai terlalu banyak make-up, dan kemudian takut hujan "akan datang" dan semua make-up itu akan luntur". Kesia-siaan tidak memberi kita kedamaian, beliau mengulangi. "Hanya kebenaran memberi kita kedamaian". Paus Fransiskus mengatakan Yesus adalah batu karang yang unik yang di atasnya kita dapat membangun hidup kita. "Dan kita menganggap bahwa ini usulan setan, usulan iblis, yang juga mencobai Yesus terhadap kesia-siaan di padang gurun", dengan mengatakan kepada-Nya: "Ikutilah aku, mari kita pergi ke Bait Suci, mari kita membuat sebuah tontonan. Jatuhkanlah diri-Mu ke bawah dan semua orang akan percaya pada Anda". Setan menyajikan kepada Yesus "kesia-siaan pada sebuah piring besar". Kesia-siaan, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah penyakit rohani yang sangat berat" :

"Para Bapa Mesir di padang gurun mengatakan bahwa kesia-siaan adalah godaan yang terhadapnya kita harus memperjuangkan seluruh hidup kita, karena selalu datang kembali untuk mengambil kebenaran dari kita. Dan untuk memahami ini mereka mengatakan : Ini seperti sebuah bawang merah. Anda mengambilnya, dan mulai mengupasnya - bawang merah tersebut - dan Anda mengupas kesia-siaan hari ini, besok sedikit, dan seluruh hidup Anda. Anda mengupas kesia-sia untuk mengatasinya. Dan pada akhirnya Anda senang: saya menyingkirkan kesia-siaan, saya mengupas bawang merah tersebut, tetapi baunya tetap ada bersama Anda di tangan Anda. Mari kita memohon kepada Tuhan rahmat untuk tidak menjadi sia-sia, untuk menjadi sejati, dengan kebenaran akan kenyataan dan kebenaran Injil".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.