Bacaan
Ekaristi : Pkh 3:1-11; Luk 9:18-22
Orang
Kristiani tidak memahami Kristus Sang Penebus tanpa salib, tanpa bersedia
memikul salib bersama Yesus. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya
selama Misa harian Jumat pagi 26 September 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan. Menjadi seorang
Kristiani berarti menjadi seorang
"Kirene", yaitu, menjadi seperti Simon
dari Kirene, yang membantu Yesus memikul salib-Nya, beliau
berkata. Memiliki iman
mengandung hal ini : Anda milik Yesus
jika Anda memikul
beratnya Salib bersama-Nya. Jika tidak, Anda akan menjelajahi jalan yang
tampaknya "baik" -
tetapi tidak
“benar”
Pokok permenungan Paus Fransiskus adalah
Injil hari itu (Luk 9:18-22), yang di
dalamnya Kristus menanyai para murid-Nya apa yang sedang dikatakan orang-orang tentang
diri-Nya, dan menerima jawaban-jawaban yang sama sekali berlainan. Kejadian ini, Paus
Fransiskus
mencatat, terjadi dalam konteks Injil
yang melihat Yesus
mempertahankan "dengan
cara khusus jatidiri-Nya yang sesungguhnya". Pada
beberapa kesempatan, ketika
seseorang datang mendekat dengan membocorkan
jatidiri-Nya, "Ia menghentikan mereka", sebagaimana Ia berkali-kali
mencegah setan mengungkapkan
kodrat-Nya sebagai
"Putra Allah", yang telah datang untuk
keselamatan dunia.
Ini, Paus Fransiskus menjelaskan, adalah karena orang-orang salah paham dan memikirkan Mesias sebagai seorang pemimpin militer yang akan mengusir orang-orang
Romawi. Hanya secara pribadi, bagi Kelompok
Dua Belas, Yesus "mulai melakukan katekese tentang jatidiri-Nya yang sesungguhnya": "'Putra Manusia, yaitu, Mesias,
Yang Terurapi harus
sangat menderita, harus ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan pada hari ketiga
dibangkitkan'. Ini adalah jalan pembebasan Anda.
Ini adalah jalan Mesias, jalan Orang Benar : Sengsara, Salib.
Dan Ia menjelaskan jatidiri-Nya kepada mereka. Mereka tidak ingin memahami; dan dalam bagian dari Injil Matius, orang
melihat bagaimana Petrus menolak hal
ini: ‘Tidak! Tidak,
Tuhan ...’. Tetapi Ia mulai membuka
misteri jatidiri-Nya yang sesungguhnya: ‘Ya, Aku Putra Allah. Tetapi ini adalah
jalan-Ku : Aku harus menjalani jalan penderitaan ini'".
Ini, Paus Fransiskus mengatakan, adalah "pedagogi" bahwa Yesus menggunakan "untuk mempersiapkan hati para murid, hati orang-orang, untuk memahami misteri Allah ini" : "Dosa adalah begitu buruk, tetapi kasih Allah begitu besar sehingga Ia menyelamatkan kita dengan jalan ini: dengan jatidiri di Salib ini. Anda tidak dapat memahami Yesus Kristus Sang Penebus tanpa Salib : Anda tidak dapat paham! Kita bisa datang untuk percaya bahwa Ia adalah seorang nabi besar, Ia melakukan hal-hal yang baik, Ia seorang yang kudus. Tetapi tanpa Salib Anda tidak dapat memahami Kristus Sang Penebus. Hati para murid, hati orang-orang tidak siap untuk memahaminya. Mereka tidak memahami nubuat, mereka tidak memahami bahwa Ia sendiri adalah Anak Domba untuk kurban. Mereka tidak siap".
Hanya pada hari Minggu Palma, Paus Fransiskus mencatat, Kristus memperbolehkan orang
banyak mewartakan, "kurang
lebih", jatidiri-Nya, ketika mereka berseru "Diberkatilah
Dia yang datang dalam nama Tuhan!". Dan ini, Paus Fransiskus mengatakan, adalah karena "jika
orang-orang tidak berseru, batu-batu akan berseru". Di sisi lain, hanya setelah kematian-Nya jatidiri Yesus itu muncul dalam kepenuhannya; "pengakuan pertama" berasal dari perwira Romawi, Paus Fransiskus mencatat.
Beliau
mengakhiri : "Langkah demi
langkah [Yesus] mempersiapkan kita agar
kita dapat memahami lebih baik. Ia mempersiapkan kita untuk
menemani-Nya dengan salib kita,
sepanjang jalan-Nya menuju Penebusan": "Ia mempersiapkan kita menjadi 'orang-orang Kirene' untuk membantu-Nya memikul Salib. Dan kehidupan Kristiani kita tanpa
ini tidak Kristiani. Merupakan
sebuah kehidupan rohani, yang
baik ...
Yesus adalah seorang
nabi besar, dan Ia telah menyelamatkan
kita. Tetapi Ia dan saya, tidak ... Tidak,
Anda bersama-Nya! Mengambil
jalan yang sama. Selain itu jatidiri kita sebagai
orang-orang Kristiani harus dipertahankan, tidak mempercayai bahwa menjadi orang Kristiani adalah suatu jasa; merupakan
sebuah jalan rohani dari
kesempurnaan. Bukan sebuah
jasa, merupakan
karunia semata".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.