Bacaan Ekaristi : 2 Yoh 1:4-9; Luk
17:26-37
Tindakan berbicara lebih keras
dibanding kata-kata, terutama dalam meneruskan iman kepada anak-anak dan
orang-orang muda hari ini, yang disebut 'pribumi-pribumi digital'. Jika kita ingin membantu mereka mengalami "kebenaran dan kasih" maka kita orang-orang dewasa harus
menuntun dengan keteladanan, kata Paus
Fransiskus dalam homilinya selama Misa
harian Jumat pagi 14 November 2014 di Casa Santa Marta.
Misa
hari itu sangat khusus karena
bangku-bangku penuh dengan anak-anak dari sebuah paroki
Roma setempat. Setelah
kecanggungan awal, anak-anak mengatasi rasa
malu mereka dengan terlibat dalam pertanyaan dan sesi tanya jawab yang hidup dengan Bapa
Suci. Mengawasi mereka beliau mengatakan bahwa itu
seperti "melihat
sebuah
janji, melihat dunia yang akan datang". Kemudian Paus Fransiskus mengajukan pertanyaan: "Apakah
kita akan mengabaikan masa depan kita?".
"Apakah kita mengajar mereka apa yang kita dengar dalam
Bacaan Pertama
(2
Yoh 1:4-9) : berjalan
dalam kasih dan kebenaran? Atau apakah kita
mengajar mereka dengan kata-kata,
dan kemudian memperbolehkan hidup kita pergi ke arah lain? Tetapi adalah
tanggung jawab kita untuk mengawasi anak-anak ini! Seorang Kristiani harus peduli anak-anak, orang-orang kecil dan
meneruskan iman, meneruskan apa yang ia jalani, apa yang ada dalam hatinya.
Kita tidak bisa mengabaikan tanaman-tanaman kecil yang tumbuh".
Paus Fransiskus mengatakan bahwa
semuanya tergantung pada kepemilikan sikap yang benar
kita
terhadap anak-anak. "Apa sikap saya?", beliau bertanya, "apakah itu merupakan sikap saudara, ayah,
ibu, saudari, yang membantu mereka untuk tumbuh atau itu terpisah [jauh], "mereka tumbuh
dewasa, saya mempunyai kehidupan sendiri .. .?".
"Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik kita dan yang terbaik yang kita miliki adalah iman kita: memberikannya kepada mereka, tetapi memberikannya dengan keteladanan. Kata-kata tak berarti .... dalam dunia saat ini [yang terobsesi dengan] gambaran-gambaran, di mana setiap orang memiliki kata-kata telepon selular ini tak berarti ... Keteladanan! Keteladanan! Apa yang seharusnya saya berikan kepada mereka?".
Pada titik homilinya ini, Paus Fransiskus mulai bertanya kepada anak-anak mengapa mereka berada di Misa, sehingga menimbulkan percakapan spontan. Butuh
beberapa waktu sebelum seorang anak memiliki keberanian dan mengakui : "Untuk bertemu Anda ..."
yang kepadanya Paus Fransiskus menimpali, "Saya juga ingin bertemu kalian semua".
Beliau kemudian mulai menanyai anak-anak yang sudah menerima Komuni Pertama, Krisma, seraya menunjukkan kepada mereka semua bahwa Sakramen Baptislah yang "membuka pintu bagi kehidupan Kristiani" dan segera setelah itu "perjalanan seumur hidup dimulai". Perjalanan yang sama digambarkan oleh perikop dari Surat Santo Yohanes yang dibacakan dalam Bacaan Pertama: "Berjalan dalam kebenaran dan kasih". Kemudian dalam perjalanan itu, beliau berkata, Sakramen-sakramen lain tiba seperti Sakramen Perkawinan. Tetapi Paus Fransiskus mengulangi, "Sangatlah penting mengetahui bagaimana menghidupi perjalanan ini, untuk mengetahui bagaimana menjalaninya seperti Yesus":
"Dalam Sakramen-sakramen ini – izinkan saya mengajukan kepada kalian
sebuah pertanyaan – apakah
doa merupakan sebuah sakramen? ... Dengan suara
nyaring sekarang ... Bukan! Benar itu bukan! Doa bukanlah sebuah sakramen, tetapi kita harus berdoa. Apakah kalian tahu apa yang kalian perlukan untuk berdoa? Baik, baik
... Ya! Berdoalah
kepada Tuhan, berdoalah kepada Yesus, berdoalah kepada Bunda
Kita, untuk membantu kita dalam perjalanan kebenaran dan kasih ini. Apakah kalian mengerti? Kalian telah datang
bertemu saya, siapa yang mengatakan
itu? Kalian. Tetapi juga untuk bertemu Yesus. Benar? Atau apakah kita hanya mengabaikan Yesus? (Anak-anak menjawab, 'Tidak!').
Sekarang, Yesus ada
di altar. Dan kita akan melihat Dia, kita semua! Yesus! Sekarang juga kita harus
meminta Yesus untuk mengajarkan kita untuk berjalan dalam kebenaran dan kasih. Inginkah kita semua
mengatakannya bersama-sama? (bersama-sama) 'berjalan dalam kebenaran dan kasih'".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.