Bacaan Ekaristi : Why 3:1-6,14-22;
Luk 19:1-10
Dalam minggu-minggu terakhir tahun liturgi Gereja memanggil
kita untuk berpikir sangat,
sangat serius tentang kehidupan
Kristiani kita. Dalam
Kitab
Suci, Yesus memperingatkan
kita tentang
menjadi korup, orang-orang
Kristiani berpenampilan
nyaman dan beliau memanggil kita untuk bertobat. Pertobatan merupakan sebuah
rahmat, "itu
merupakan sebuah
lawatan dari Allah" kata Paus
Fransiskus dalam homilinya selama Misa
harian Selasa pagi 18
November 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus mendasarkan permenungannya pada
Bacaan-bacaan hari itu yang diambil dari Kitab Wahyu (3:1-6) dan Injil menurut Lukas (19:1-10 tentang
perjumpaan Yesus dan Zakeus si pemungut cukai.
Dalam bacaan pertama, beliau mencatat, Tuhan meminta
orang-orang Kristiani di Laodikia untuk bertobat karena mereka telah menjadi "suam-suam kuku". Mereka
menjalani "spiritualitas
yang
nyaman". Mereka berpikir: "Saya melakukan apa yang saya bisa, tetapi saya merasa damai dan tidak ingin
diganggu dengan hal-hal aneh". Paus Fransiskus mencatat bahwa orang-orang tersebut yang "menjalani dengan baik berpikir tidak ada sesuatu yang hilang : saya pergi
ke Misa pada hari-hari Minggu, saya
berdoa beberapa kali, saya
merasa baik, saya berada
dalam rahmat Allah, saya kaya"
dan "saya tidak membutuhkan apa pun, saya baik-baik saja".
"Keadaan pikiran ini - beliau memperingatkan - adalah sebuah keadaan dosa, merasa nyaman secara
rohani adalah
sebuah
keadaan dosa". Tuhan memiliki kata-kata
keras untuk orang-orang seperti ini, Ia mengatakan : "Karena engkau suam-suam kuku, Aku akan memuntahkan engkau
dari mulut-Ku". Meskipun demikian, Tuhan
memberi mereka beberapa saran, Ia mengatakan
kepada mereka untuk "mengenakan diri
mereka pakaian" karena
"orang-orang Kristiani yang
nyaman adalah telanjang".
Kemudian, beliau menambahkan, "ada panggilan kedua" bagi "orang-orang
yang hidup karena penampilan, orang-orang Kristiani berpenampilan". Hal
ini meyakinkan bahwa mereka masih hidup tetapi mereka telah mati. Dan
Tuhan meminta mereka untuk waspada.
"Penampilan - kata
Paus Fransiskus – adalah
kain kafan orang-orang Kristiani tersebut : mereka telah mati". Dan Tuhan "memanggil mereka untuk bertobat".
"Apakah saya salah satu dari orang-orang Kristiani berpenampilan tersebut? Apakah saya masih hidup ke dalam, apakah
saya memiliki kehidupan rohani?
Apakah saya mendengar Roh Kudus, apakah saya
mendengarkan Roh Kudus,
apakah saya bergerak maju, atau ...? Tetapi, jika semuanya terlihat baik, saya tidak
memiliki apapun
untuk mencela diri
saya
sendiri : saya memiliki sebuah
keluarga yang baik, orang-orang tidak bergunjing tentang saya,
saya memiliki semua yang saya butuhkan, saya
menikah di gereja ... Saya berada 'dalam rahmat Allah’, saya baik-baik saja. Penampilan! Orang-orang
Kristiani berpenampilan... mereka telah mati! Sebaliknya [kita harus] mencari sesuatu
yang masih
hidup dalam
diri kita, serta dengan memori
dan kewaspadaan, menghidupkan kembali
hal
ini sehingga kita dapat bergerak
maju. Bertobatlah : dari penampilan menjadi
kenyataan. Dari tidak panas atau
dingin menjadi bersemangat".
Panggilan ketiga untuk
bertobat adalah bersama Zakeus, "kepala pemungut cukai, dan kaya". "Ia korup - Paus
Fransiskus
mengatakan - ia bekerja untuk
orang asing, untuk bangsa Romawi, ia mengkhianati tanah airnya": "Ia seperti banyak pemimpin yang kita kenal : korup. Mereka yang, alih-alih melayani rakyat,
mengeksploitasi rakyat untuk melayani
diri mereka. Ada beberapa orang seperti ini, di dunia. Dan rakyat tidak menginginkan dia. Ya, ia tidak suam-suam kuku, ia tidak mati.
Ia dalam keadaan pembusukan. Ia korup. Tetapi ia merasakan
sesuatu di dalam: penyembuh
ini, nabi ini
yang orang-orang katakan berbicara dengan begitu
baik, saya ingin melihat
dia, karena penasaran. Roh Kudus pintar, eh! Ia menabur
benih rasa ingin tahu, dan agar dapat terlihat
dia orang ini bahkan
melakukan sesuatu yang sedikit 'konyol’. Pikirkanlah seorang
pemimpin penting, yang juga korup,
seorang
pemimpin dari para pemimpin - ia adalah kepala
- memanjat sebatang
pohon untuk menonton perarakan
: Cukup
memikirkannya. Betapa konyolnya!".
Zakeus, beliau berkata, "tidak malu". Ia ingin
melihat-Nya dan "Roh Kudus sedang bekerja dalam
dirinya". Kemudian "Sabda Allah datang ke dalam hati dan dengan
Sabda tersebut, sukacita". "Orang-orang kenyamanan dan orang-orang penampilan – beliau berkata -
sudah lupa apa sukacita
itu, orang yang korup ini segera mendapatkannya", "hatinya berubah, ia bertobat". Maka Zakeus berjanji untuk mengembalikan empat kali lipat apa yang telah ia
curi:
"Ketika pertobatan menyentuh kantong,
itu merupakan sebuah kepastian. Orang-orang
Kristiani dalam hati? Ya, setiap orang. Orang-orang
Kristiani berdasarkan
darah? Kita
semua. Namun, orang-orang Kristiani dengan kantong, sangat sedikit. Tetapi, pertobatan ... dan di sini, ia datang saat
itu juga : kata otentik. Ia
bertobat. Tetapi berhadapan dengan kata ini, kata-kata orang lain, orang-orang
yang tidak menginginkan pertobatan, yang tidak ingin
bertobat. Melihat hal ini, mereka menggerutu: ‘Ia telah
pergi ke rumah seorang pendosa!’ : Ia telah mengotori diri-Nya, Ia telah
kehilangan kemurnian-Nya. Ia harus
memurnikan diri-Nya karena
Ia masuk
ke rumah seorang pendosa".
Paus Fransiskus menegaskan bahwa ini merupakan "tiga panggilan untuk pertobatan"
yang
dibuat Yesus sendiri bagi "orang-orang yang
suam-suam kuku, orang-orang yang nyaman, bagi
orang-orang penampilan, bagi mereka yang berpikir bahwa mereka kaya tetapi miskin,
yang tidak memiliki apapun, yang telah mati". Sabda Allah, "mampu mengubah segalanya", tetapi "kita
tidak selalu memiliki keberanian untuk
percaya pada Sabda
Allah, untuk menerima bahwa Sabda itu menyembuhkan batin kita". Dalam minggu-minggu terakhir Tahun Liturgi, Gereja
ingin kita semua "berpikir sangat, sangat serius tentang pertobatan kita, sehingga kita bisa bergerak maju di
jalan kehidupan Kristiani kita". Tahun Liturgi memberitahu kita untuk "mengingat Sabda Allah, menarik
ingatan kita, menjadi pemeliharanya, waspada, dan
juga mematuhi Sabda Allah, sehingga
kita bisa memulai sebuah
kehidupan baru, bertobat".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.