Bacaan Ekaristi : Why 18:1-2,21-23;
Luk 21:20-28
Kenyataan bisa buruk, tetapi meskipun penderitaan, korupsi dan ketidakpedulian di dunia saat ini sebagai orang-orang Kristiani kita harus menegakkan kepala kita dengan harapan, kata Paus Fransiskus dalam
homilinya selama Misa harian Kamis pagi 27 November 2014di Casa Santa Marta, Vatikan.
Mendasarkan permenungannya pada Bacaan-bacaan hari itu, Paus Fransiskus berbicara tentang nasib dua kota Babel dan Yerusalem. Paus Fransiskus menunjukkan bahwa baik Bacaan Pertama (Why 18:1-2,21-23) maupun Injil (Luk 21:20-28), menarik perhatian kita kepada akhir dunia ini.
Beliau mencatat bahwa mereka berbicara tentang kejatuhan dua kota yang tidak mau menerima Tuhan dan yang melayang jauh dari-Nya. Kedua kota ini jatuh karena alasan yang berbeda, beliau berkata. Babel adalah "lambang kejahatan, lambang dosa" dan "jatuh karena korupsinya", kota itu percaya dirinya adalah "nyonya dunia dan dirinya sendiri". Ketika "dosa bertumpuk - beliau memperingatkan - Anda kehilangan kemampuan untuk bereaksi dan Anda mulai membusuk". Hal ini juga terjadi dengan "orang-orang korup, yang tidak memiliki kekuatan untuk bereaksi” :
"Karena korupsi memberi Anda beberapa kebahagiaan, ia memberi Anda kekuatan dan juga membuat Anda merasa puas dengan diri Anda sendiri. Tetapi ia tidak meninggalkan
ruang bagi Tuhan, bagi pertobatan. Kota tersebut korup ... kata 'korupsi' ini mengatakan banyak kepada kita hari ini : tidak hanya korupsi ekonomi, tetapi korupsi dengan banyak dosa yang berbeda; korupsi semangat kafir itu, semangat duniawi itu. [Bentuk] korupsi yang terburuk adalah semangat keduniawian"!.
"Budaya korup" ini, beliau menambahkan, "membuat Anda merasa seolah-olah
Anda berada di surga, di sini" tetapi "dalam pikiran, budaya korup adalah sebuah budaya yang membusuk". Babel
adalah lambang untuk "setiap masyarakat, setiap kebudayaan, setiap orang yang telah menjauhkan diri mereka dari Allah, dari kasih terhadap
sesama, yang akhirnya mengarah membusuk".
Yerusalem, bagaimanapun, Paus Fransiskus mengatakan, "jatuh karena alasan lain". Yerusalem adalah mempelai Tuhan, tetapi tidak menyadari kunjungan Mempelai Laki-lakinya", “ia membuat Tuhan menangis":
"Babel jatuh oleh karena korupsinya; Yerusalem oleh karena kebingungannya, kegagalannya menyambut Tuhan yang datang untuk menyelamatkan dia. Ia tidak merasa membutuhkan keselamatan. Ia memiliki tulisan-tulisan para nabi, Musa, dan ini sudah cukup. Tetapi tulisan-tulisan termetereikan. Ia tidak meninggalkan ruang untuk keselamatan : pintunya tertutup bagi Tuhan! Tuhan sedang mengetuk pintunya, tetapi tidak ada kemauan untuk menerima Dia, mendengarkan, diselamatkan oleh-Nya. Dan jadi ia jatuh....”.
Paus Fransiskus mencatat bahwa dua contoh ini, "membuat kita merenungkan hidup kita sendiri" : apakah kita suka "korup dan Babel
yang berdikari" atau
Yerusalem "yang bimbang"?
Yerusalem?
Paus Fransiskus melanjutkan untuk menekankan bahwa "pesan Gereja dalam hari-hari ini tidak berakhir dengan kehancuran: dalam kedua teks, ada sebuah janji harapan". Yesus mendesak kita untuk mengangkat kepala kita, bukan "takut dengan orang-orang kafir". Ini, "mempunyai waktu mereka dan kita harus memikulnya dengan kesabaran, karena Tuhan menanggung Sengsara-Nya":
"Ketika kita berpikir tentang akhir zaman, dengan semua dosa-dosa kita, dengan sejarah kita, marilah kita berpikir tentang perjamuan yang akan dengan cuma-cuma ditawarkan kepada kita dan marilah kita mengangkat kepala kita. Jangan memberi jalan kepada depresi: Berharaplah! Kenyataan
buruk : ada banyak, banyak orang, kota dan rakyat, begitu banyak rakyat yang menderita, banyak peperangan, begitu banyak kebencian, begitu banyak iri hati, begitu banyak keduniawian rohaniah dan begitu banyak korupsi. Ya, itu benar! Semua hal ini akan jatuh! Mari kita memohon kepada Tuhan rahmat untuk dipersiapkan bagi perjamuan yang menanti kita, selalu dengan kepala tegak".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.