Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI KATEDRAL ROH KUDUS, ISTAMBUL, TURKI 29 November 2014


Bacaan Ekaristi : 1 Kor 12:1-11; Yoh 7:37-44

Dalam Injil, Yesus menunjukkan diri-Nya menjadi wadah baptis yang digunakan orang-orang yang haus akan keselamatan, sebagai Batu Karang yang daripadanya Bapa menumbuhkan aliran-aliran air hidup bagi semua orang yang percaya kepada-Nya (bdk. Yoh 7:38). Dengan pemakluman secara terbuka nubuat ini di Yerusalem, Yesus menjanjikan karunia Roh Kudus yang darinya para murid akan menerima setelah kemuliaan-Nya, yaitu, setelah kematian dan kebangkitan-Nya (bdk. ayat 39).

Roh Kudus adalah jiwa Gereja. Ia memberi hidup, Ia melahirkan berbagai karisma yang memperkaya umat Allah dan, terutama, Ia menciptakan kesatuan di antara orang-orang percaya: dari banyak Ia menjadikan satu tubuh, Tubuh Kristus. Seluruh hidup dan perutusan Gereja bergantung pada Roh Kudus; Ia memenuhi segala hal.

Pengakuan iman itu sendiri, seperti diingatkan Santo Paulus kepada kita dalam Bacaan Pertama hari ini, hanya mungkin karena didorong oleh Roh Kudus : “Tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus" (1 Kor 12:3b). Ketika kita berdoa, itu karena Roh Kudus mengilhami doa dalam hati kita. Ketika kita memutus lingkaran pemusatan diri kita, dan bergerak di luar diri kita dan pergi keluar untuk menjumpai orang lain, untuk mendengarkan mereka dan membantu mereka, itu adalah Roh Allah yang mendorong kita untuk melakukannya. Ketika kita menemukan dalam pikiran kemampuan mengampuni yang sampai sekarang belum dipahami, mengasihi seseorang yang tidak mengasihi kita pada gilirannya, itulah Roh yang telah mengakar pada diri kita. Ketika kita bergerak melampaui kata-kata egois belaka dan berpaling kepada saudara dan saudari kita dengan kelembutan itu yang menghangatkan hati, kita memang telah dijamah oleh Roh Kudus.

Memang benar bahwa Roh Kudus menumbuhkan karisma-karisma yang berbeda dalam Gereja, yang pada pandangan pertama, mungkin tampak menciptakan gangguan. Di bawah bimbingan-Nya, namun, mereka merupakan suatu kekayaan yang sangat besar, karena Roh Kudus adalah Roh kesatuan, yang bukanlah sesuatu yang sama dengan keseragaman. Roh Kudus sajalah mampu mengobarkan keragaman, keberagaman dan, pada saat yang sama, menyebabkan kesatuan. Ketika kita mencoba menciptakan keragaman, tetapi tertutup dalam cara-cara tertentu dan eksklusif kita melihat berbagai hal, kita menciptakan perpecahan. Ketika kita mencoba menciptakan kesatuan melalui rancangan-rancangan manusiawi kita sendiri, kita berakhir dengan keseragaman dan homogenisasi. Jika kita membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh, namun, kekayaan, keragaman dan keberagaman tidak pernah akan menciptakan konflik, karena Roh memacu kita untuk mengalami keanekaragaman dalam persekutuan Gereja.

Keragaman anggota dan karisma diselaraskan dalam Roh Kristus, yang kepada-Nya Bapa mengutus dan yang kepadanya Ia terus mengutus, untuk mencapai kesatuan di antara orang-orang percaya. Roh Kudus membawa kesatuan bagi Gereja: kesatuan dalam iman, kesatuan dalam kasih, kesatuan dalam kehidupan batin. Gereja dan Gereja-gereja lain serta komunitas-komunitas gerejani dipanggil untuk membiarkan diri mereka dibimbing oleh Roh Kudus, dan tetap selalu terbuka, penurut dan taat.

Perspektif kita adalah perspektif penuh harapan, tetapi perspektif yang juga menuntut. Godaan-godaan selalu ada dalam diri kita untuk melawan Roh Kudus, karena Ia membawa kita keluar dari zona nyaman kita dan meresahkan kita; Ia membuat kita bangun dan mengerakkan Gereja ke depan. Selalu lebih mudah dan lebih nyaman menetapkan cara-cara duduk diam dan tidak berubah kita. Sebenarnya, Gereja menunjukkan kesetiaannya kepada Roh Kudus sebanyak ia tidak mencoba mengendalikan atau menjinakkan-Nya. Kita orang-orang Kristiani menjadi murid-murid misioner sejati, mampu menantang hati nurani, ketika kita membuang pembelaan kita dan membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh. Ia adalah kesegaran, daya khayal dan kebaruan.

Pembelaan kita jelas ketika kita diperkuat dalam pikiran gagasan-gagasan kita dan kekuatan kita sendiri yang di dalamnya menyebabkan kita tergelincir ke dalam Pelagianisme - atau ketika kita ambisius atau angkuh. Mekanisme pembelaan ini mencegah kita dari benar-benar memahami orang lain dan dari membuka diri kita untuk sebuah dialog yang tulus bersama mereka. Namun Gereja, mengalir dari Pentakosta, diberi api Roh Kudus, yang tidak begitu banyak mengisi pikiran dengan gagasan-gagasan, tetapi mengobarkan hati; ia digerakkan oleh embusan Roh yang tidak mengirimkan sebuah kekuatan, melainkan sebuah kemampuan untuk melayani dalam kasih, sebuah bahasa yang mampu dipahami semua orang.

Dalam perjalanan iman dan hidup persaudaraan kita, semakin kita membiarkan diri kita dengan rendah hati dibimbing oleh Roh Tuhan, semakin kita akan mengatasi kesalahpahaman, perpecahan, dan perbedaan pendapat dan menjadi tanda kesatuan dan perdamaian yang dapat dipercaya.

Dengan keyakinan penuh sukacita ini, saya merangkul Anda semua, saudara dan saudari saya yang terkasih: Patriark Siro-Katolik, Presidium Konferensi Waligereja, Vikaris Apostolik Mgr Pelâtre, para Uskup dan para Epatriark, para imam dan diakon, kaum religius, umat awam, dan orang-orang percaya dari komunitas-komunitas lain dan berbagai ritus Gereja Katolik. Saya ingin menyapa dengan kasih sayang persaudaraan Patriark Konstantinopel, Yang Mulia Bartolomeus I, Metropolitan Gereja Siro-Ortodoks dan Vikaris Kepatriarkan Apostolik Armenia, serta para perwakilan jemaat-jemaat Protestan, yang telah bergabung dengan kita dalam doa untuk perayaan ini. Saya meluas kepada mereka terima kasih saya atas sikap persaudaraan ini. Saya juga ingin mengungkapkan kasih sayang saya ke Patriark Armenia, Yang Berbahagia Mesrob II, meyakinkan dia tentang doa-doa saya.

Saudara dan saudari, marilah kita mengarahkan pikiran kita kepada Perawan Maria, Bunda Allah. Bersama dia, yang berdoa bersama para Rasul di Ruang Atas karena mereka menunggu Pentakosta, marilah kita berdoa kepada Tuhan memohon kepada-Nya untuk mengutus Roh Kudus-Nya ke dalam hati kita dan menjadikan kita saksi-saksi Injil-Nya di seluruh dunia. Amin!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.