Bacaan Ekaristi : Flp 2:5-11; Luk
14:15-24
Dalam
homilinya pada Misa harian Selasa pagi 4 November
2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengingatkan untuk tidak terlalu bergantung pada diri sendiri. Beliau mengatakan bahwa sikap ini dapat menyebabkan egoisme yang berpusat
pada diri sendiri yang
takut akan Allah dan menolak untuk mendengarkan atau menerima kemurahan hati-Nya".
Paus Fransiskus mendasarkan homilinya pada perumpamaan dalam
Injil hari itu (Luk
14:15-24) yang menceritakan tentang orang yang mengadakan suatu perjamuan besar dan ia
mengundang banyak orang. Paus Fransiskus mengatakan bahwa perumpamaan ini membuat kita
berpikir, karena "kita
semua suka diundang untuk makan malam". Tetapi ada sesuatu tentang makan malam ini sehingga tiga tamu
tidak suka, dan tamu-tamu ini adalah contoh kebanyakan dari kita.
Orang
yang pertama mengatakan bahwa ia harus
pergi dan memeriksa ladangnya, ia perlu melihatnya dengan
tujuan merasa
"kuat, sombong, angkuh dan ia lebih menyukai hal ini daripada duduk di meja di antara orang lain". Tamu lain baru saja membeli
lima ekor lembu dan dengan
demikian diambil dengan urusannya dan tidak ingin menyia-nyiakan waktu dengan orang lain. Tamu yang terakhir beralasan tentang dirinya dan mengatakan bahwa ia baru menikah dan tidak
ingin membawa istrinya ke makan malam. Ia ingin menyimpan kasih sayang istrinya bagi dirinya sendiri: cinta diri".
Paus Fransiskus mencatat: "Pada akhirnya lebih memilih kepentingan mereka sendiri daripada turut makan malam bersama-sama: Mereka tidak tahu apa artinya untuk merayakan". Bentuk kepentingan diri ini adalah apa yang digambarkan Yesus sebagai "pembayaran kembali".
"Jika undangan telah menjadi
contoh : 'Ayo,
saya memiliki dua atau tiga teman bisnis dari negara asing, kita bisa melakukan sesuatu bersama-sama',
tidak seorang pun ada yang minta diri. Tetapi apa yang mengejutkan mereka adalah imbalan. Tak seseorang pun berada di antara yang lain, ada ... inilah bentuk egoisme berada
di pusat segala sesuatu... Begitu sulit untuk mendengarkan
suara Yesus, suara Allah, ketika Anda percaya bahwa seluruh dunia berputar mengelilingi Anda :
tidak ada cakrawala, karena Anda menjadi cakrawala
Anda sendiri. Dan ada lebih di balik semua ini, sesuatu yang jauh lebih dalam: ketakutan akan
kecuma-cumaan. Kita takut akan
kecuma-cumaan Allah. Ia begitu
besar sehingga kita takut akan Dia".
Ini, beliau berkata, "adalah karena cukup sering
pengalaman hidup kita telah membuat kita menderita", seperti
para murid dari Emaus yang berpaling dari Yerusalem
atau Tomas yang
ingin menyentuh supaya percaya. Paus Fransiskus kemudian menggunakan sebuah pepatah populer: Ketika "tawaran begitu besar bahkan orang kudus pun berprasangka", karena "kecuma-cumaan terlalu banyak ". Dan ketika Allah memberi kita sebuah pesta seperti ini",
beliau berkata, kita memikirkannya "lebih baik tidak terlibat".
"Kita merasa lebih aman dalam dosa-dosa kita, dalam keterbatasan-keterbatasan kita, tetapi merasa di rumah; meninggalkan rumah kita untuk menjawab undangan Allah, pergi ke rumah Allah, bersama orang lain? Tidak, saya takut. Dan kita semua orang-orang Kristiani memiliki ketakutan ini tersembunyi jauh di dalam... tetapi
tidak terlalu tersembunyi. Orang-orang Katolik, tetapi tidak terlalu Katolik. Percaya dalam Tuhan, tetapi tidak terlalu banyak. 'Tetapi tidak
terlalu' ini, menandai hidup kita, meremehkan kita".
Paus Fransiskus melanjutkan "Satu hal yang membuat
saya berpikir adalah bahwa ketika hamba melaporkan hal ini kepada tuannya, sang tuan murka karena ia telah dihina. Ia mengutus hambanya untuk memanggil orangorang miskin, orang-orang cacat, ia mengutusnya ke alun-alun dan jalan-jalan kota. Tuhan meminta hamba
tersebut untuk
memaksa orang-orang datang ke makan malam. "Jadi sering Tuhan harus melakukan dengan kita ha yang sama : dengan cobaan-cobaan, begitu banyak cobaan":
"Paksalah mereka, karena di sini adalah perayaan. Kecuma-cumaan. Paksalah hati itu, jiwa itu untuk percaya dalam kecuma-cumaan Allah, karunia Allah itu cuma-cuma, keselamatan itu tidak dapat dibeli: is adalah karunia yang besar, kasih Allah ... adalah karunia terbesar! Ini adalah kecuma-cumaan. Tetapi kita sedikit takut dan ini adalah mengapa kita berpikir bahwa kita dapat memperoleh kekudusan dengan hal-hal milik kita sendiri dan kita menjadi seorang pengikut Pelagius eh! Kekudusan!, keselamatan adalah kecuma-cumaan".
Paus Fransiskus mengakhiri : Yesus "membayar perjamuan, dengan penghinaan-Nya sampai
mati, mati di kayu salib. Dan ini
adalah kecuma-cumaan yang besar. Ketika kita memandang salib, kita harus menganggapnya sebagai undangan untuk perjamuan. Ya, Tuhan,
saya orang
berdosa, saya mempunya banyak hal, tetapi saya memandang
Engkau dan
pergi ke perjamuan Bapa. Saya percaya. Saya
tidak akan kecewa, karena Engkau telah membayar segala sesuatunya. Hari ini, Gereja meminta
kita untuk tidak takut terhadap
kecuma-cumaan Allah". "Sebaliknya, kita harus membuka hati kita, melakukan bagian kita sebanyak yang kita bisa, karena Ia akan mempersiapkan
perjamuan".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.