Bacaan Ekaristi : Flp 3:3-8a; Luk
15:1-10
Orang
Kristiani sejati tidak
takut mendapatkan tangannya kotor dengan menjamah orang-orang berdosa, bahkan dengan risiko kehilangan
reputasinya, karena sebagaimana
perumpamaan Gembala yang Baik mengajarkan kita, tak
seorang pun terluput, kata Paus
Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi, 6 November 2014 di Casa Santa Marta,
Vatikan. Paus Fransiskus mendasarkan homilinya pada dua perumpamaan
tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat merasa
tersinggung karena Yesus "menyambut
orang-orang berdosa dan makan bersama mereka". "Itu
cukup
merupakan
sebuah skandal pada saat itu, orang-orang
ini", Paus
Fransiskus mengamati. "Bayangkan saja jika ada media masa pada waktu itu!". "Tetapi Yesus datang sungguh karena alasan ini : untuk mencari orang-orang
yang telah menyimpang dari Tuhan".
Kedua perumpamaan ini – beliau berkata -"memungkinkan kita untuk melihat seperti
apa hati Allah. Allah tidak
berhenti, Allah tidak menanjak ke titik
tertentu, Allah berjalan
sepanjang jalan, hingga teramat batas, Ia selalu pergi ke perbatasan,
Ia tidak berhenti di tengah jalan dalam perjalanan Keselamatan, seolah-olah mengatakan 'Saya melakukan semua yang saya bisa, itulah masalah mereka’. Ia selalu pergi, berpindah, turun ke lapangan".
Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli
Taurat, bagaimanapun, berhenti
"setengah jalan. Mereka hanya
peduli tentang menyeimbangkan keuntungan
dan kerugian mereka dan cukup
puas dengan ini. “Ya, itu benar, saya sudah kehilangan tiga dirham, saya
kehilangan sepuluh domba, tetapi saya
mendapatkan lebih banyak ". Ini bahkan
tidak masuk pikiran Allah,
Allah bukanlah penghasil uang, Allah adalah Bapa dan Ia pergi ke
paling ujung untuk menyelamatkan kita, ke
perbatasan. Ini adalah kasih Allah. Gembala-gembala setengah jalan begitu menyedihkan".
"Sangat menyedihkan melihat seorang gembala membuka pintu gereja dan hanya
berdiri di sana menunggu. Sangat menyedihkan bahwa orang Kristiani tidak merasakan dalam pikiran, dalam hatinya, kebutuhan,
kebutuhan pergi untuk memberitahu
orang lain bahwa Tuhan itu baik. Berapa banyak penyimpangan
yang ada dalam hati orang-orang yang berpikir mereka benar, seperti ahli-ahli Taurat ini, orang-orang Farisi ini. Yah, mereka tidak
mau mengotori tangannya dengan orang-orang
berdosa. Mari kita mengingat apa
yang mereka pikirkan, 'Yah, jika ia adalah seorang nabi, ia
akan tahu bahwa ia adalah orang
berdosa'. Penghinaan. Mereka menggunakan orang-orang, maka mereka
membenci mereka".
"Menjadi gembala setengah jalan -
Paus Fransiskus mengatakan - adalah kekalahan".
"Seorang gembala harus memiliki
hati Allah, berjalan
hingga teramat batas" karena ia
tidak ingin ada yang luput : "Gembala sejati, orang
Kristiani sejati memiliki semangat
ini dalam pikiran :
tak seorang pun akan terluput. Dan inilah mengapa mereka tidak takut mendapatkan
tangannya kotor. Ia tidak takut. Ia pergi
ke mana pun ia kehendaki. Ia meresikokan hidupnya... , ia meresikokan reputasinya, ia berisiko kehilangan kenyamanannya,
statusnya, bahkan kehilangan karir gerejawinya juga, tetapi Ia adalah
Sang
Gembala yang Baik. Bahkan orang-orang Kristiani harus seperti ini. Sangatlah mudah mengutuk orang lain, seperti yang mereka [orang-orang Farisi] lakukan
- para pemungut cukai dan orang-orang berdosa - sangat mudah, tetapi tidak bersifat Kristiani. Bukan [sikap] anak-anak Allah. Anak-anak Allah pergi
ke perbatasan, pemberi kehidupan, seperti Yesus memberikan
diri-Nya bagi orang lain. Ingatlah ini
: tidak ada gembala setengah jalan, tidak pernah ada! Tidak
ada orang-orang Kristiani, tidak pernah. Itulah yang Yesus lakukan".
"Gembala yang baik, orang Kristiani yang baik - kata Paus Fransiskus – keluar ikatan, selalu keluar : ia bergerak
keluar dari dirinya sendiri, ia bergerak
menuju Allah dalam doa, dalam ibadah; ia bergerak menuju
orang lain untuk membawakan mereka pesan
keselamatan". Gembala yang baik dan orang Kristiani yang baik memahami apa kelembutan :
"Ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi ini tidak memahami, tidak memahami apa artinya menempatkan
domba-domba di pundaknya, dengan
kelembutan, dan membawanya
kembali ke tempatnya. Orang-orang
ini tidak memahami apa sukacita.
Orang Kristian dan
gembala setengah jalan mungkin
tahu beberapa kesenangan, tenang, kedamaian tertentu, tetapi sukacita, sukacita ada di surga, sukacita
yang berasal dari Allah, sukacita
yang berasal dari hati seorang
bapa yang menyelamatkan! ‘Saya telah mendengar tangisan orang-orang Israel dan
saya turun ke lapangan'! ini begitu indah; jangan takut bahwa mereka mencibir kita karena kita pergi untuk
mengunjungi saudara dan saudari kita yang jauh dari Tuhan. Marilah kita memohon anugerah ini untuk masing-masing dari kita dan untuk Ibu kita, Gereja
Kudus".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.