Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 4 Desember 2014 : KEKUDUSAN TERSEMBUNYI DARI KEHIDUPAN SEHARI-HARI ORANG-ORANG KUDUS


Bacaan Ekaristi : Yes 26:1-6; Mat 7:21,24-27

Ada banyak orang kudus yang tersembunyi kudus, para pria, para wanita, para ayah dan para ibu dari keluarga-keluarga, orang-orang sakit, para imam yang setiap hari mempraktekkan kasih Yesus; dan hal ini memberi kita harapan. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 4 Desember 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Orang Kristen sejati menempatkan Sabda Allah dalam praktek; tidaklah cukup mengatakan bahwa Anda memiliki iman. Mengulas perumpamaan tentang rumah yang dibangun di atas batu atau di atas pasir, yang diambil dari Injil hari itu (Mat 7:21,24-27), Paus Fransiskus mengatakan kita tidak perlu menjadi "orang-orang Kristen dalam penampilan", orang-orang Kristen yang di-“make-up”, karena ketika hujan datang, make-up luntur. Tidaklah cukup memiliki sebuah keluarga yang sangat Katolik, atau sebuah lembaga, atau menjadi seorang dermawan, jika kita tidak mengikuti kehendak Allah. "Begitu banyak 'orang-orang Kristen' pingsan pada godaan pertama", beliau berkata, karena "tidak ada substansi di sana", mereka telah dibangun di atas pasir. Di sisi lain, ada banyak orang kudus di antara umat Allah - "tidaklah penting orang-orang kudus yang dikanonisasi, tetapi orang-orang kudus" - yang "menempatkan kasih Yesus ke dalam praktek". Mereka membangun rumah-rumah mereka di atas batu, yang adalah Kristus:

"Mari kita memikirkan orang-orang terkecil ... orang-orang sakit yang menawarkan penderitaan mereka bagi Gereja, bagi orang lain. Mari kita memikirkan begitu banyak orang tua yang sendirian, yang berdoa dan melakukan persembahan. Mari kita memikirkan begitu banyak ibu dan ayah dari keluarga-keluarga, yang, dengan begitu banyak usaha, menopang keluarga-keluarga mereka, mendidik anak-anak mereka, melaksanakan pekerjaan sehari-hari mereka, menanggung masalah-masalah mereka, tetapi selalu dengan harapan dalam Yesus, yang tidak berjalan dengan angkuh ke sana sini, tetapi melakukan apa yang mereka bisa".

Mereka adalah "orang-orang kudus kehidupan sehari-hari", kata Paus Fransiskus. "Mari kita memikirkan begitu banyak imam yang tidak terlihat, tetapi yang bekerja di paroki-paroki mereka dengan kasih sedemikian : [melakukan pekerjaan] katekese bagi anak-anak, perawatan orang-orang tua, orang-orang sakit, persiapan pasangan suami istri baru ... dan setiap hari orang-orang yang sama, orang-orang yang sama, orang-orang yang sama. Mereka tidak bosan karena landasan mereka adalah batu. Yesuslah, inilah yang memberikan kekudusan kepada Gereja, hal inilah yang memberikan harapan!"

"Kita harus berpikir tentang begitu banyak kekudusan yang tersembunyi yang ada dalam Gereja", kata Paus Fransiskus, "orang-orang Kristen yang tetap di dalam Yesus. Orang-orang berdosa, eh? Kita semua [orang berdosa]. Namun kadang-kadang salah satu dari orang-orang Kristen melakukan beberapa dosa besar, tetapi bertobat, mencari pengampunan, dan ini sangat luar biasa : kemampuan untuk mencari pengampunan, tidak merancukan dosa dengan keutamaan, untuk mengetahui dengan baik di mana keutamaan itu, dan di mana dosa itu. Ini didirikan di atas batu, dan batu tersebut adalah Kristus. Mereka mengikuti jalan Kristus, mereka mengikuti Dia".

"Orang-orang yang angkuh, orang-orang yang besar kepala, 'orang-orang Kristen dalam penampilan' akan diporak-porandakan, direndahkan", kata Paus Fransiskus, sementara "orang-orang miskin akan merupakan mereka yang menang, orang-orang miskin di hadapan Allah, mereka yang di hadapan Allah menganggap dirinya tidak ada apa-apanya, orang-orang yang rendah hati, dan mereka meneruskan keselamatan, mempraktekkan Sabda Tuhan". Beliau melanjutkan, mengutip Santo Bernardus : "Hari ini diri kita, besok akan menjadi bukan diri kita. Pikirkanlah, apa yang akan terjadi dengan Anda : [Anda akan menjadi] makanan cacing-cacing ... Cacing-cacing akan memakan kita, kita semua. Jika kita tidak memiliki batu ini, kita akan berakhir diinjak-injak".

"
Dalam saat persiapan untuk Natal ini, mari kita memohon kepada Tuhan untuk mendirikan dengan kokoh pada batu yang adalah Dia, harapan kita [yang] adalah Dia. Kita semua orang berdosa, kita lemah, tetapi jika kita menaruh harapan kita di dalam Dia kita bisa berjalan maju. Dan ini adalah sukacita seorang Kristen : mengetahui bahwa di dalam Dia ada harapan, ada pengampunan, ada damai sejahtera, ada sukacita. Dan tidak menempatkan harapan kita dalam hal-hal yang ada hari ini, dan besok tidak akan ada".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.