Bacaan Ekaristi : Yes 11:1-10;
Luk 10:21-24
Mereka yang mempelajari misteri Allah dihantar ke lutut mereka karena Allah mengungkapkan lebih bagi hati
yang merendah. Itulah kata-kata Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 2 Desember 2014 di Casa Santa Martha, Vatikan.
Mata orang miskin, kata Paus Fransiskus, adalah yang paling mungkin melihat Kristus dan, melalui Dia, melihat wajah Allah. Orang-orang lainnya yang mengaku memahami misteri ini dengan sumber-sumber kepandaian harus terlebih dahulu menekuk "lutut" mereka, dalam tindakan kerendahan hati, jika tidak "mereka tidak akan mengerti apa-apa".
Paus Fransiskus memusatkan homilinya dari Injil hari itu (Luk 10:21-24). Beliau merenungkan
hubungan Kristus
dengan Bapa, baik memuji maupun bersyukur
kepada-Nya.
"Ia membuat kita mengenal Bapa, memperkenalkan kita kepada hidup batin yang Ia miliki tersebut. Dan kepada siapakah Bapa mengungkapkan hal ini? Kepada siapakah Ia memberikan rahmat ini? ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil'. Hanya mereka yang hatinya seperti orang kecil mampu menerima pewahyuan ini, orang yang rendah hati, orang yang lemah lembut, orang yang merasa perlu berdoa, terbuka kepada Allah, yang merasa miskin, hanya dia yang maju bersama Sabda Bahagia yang pertama : miskin di hadapan Allah”.
Oleh karena itu, kemiskinan merupakan sebuah karunia istimewa yang membuka pintu kepada misteri Allah. Sebuah karunia yang kadang-kadang, Paus Fransiskus
mencatat, yang mungkin kurang pada mereka yang mengabdi kepada sebuah
kehidupan studi.
"Banyak orang mungkin memahami ilmu pengetahuan, teologi dengan baik, begitu banyak orang! Tetapi jika mereka tidak menerapkan teologi ini pada lutut mereka, dengan rendah hati, seperti anak-anak, mereka tidak akan mengerti apa-apa. Ini akan memberitahu mereka banyak hal, tetapi mereka tidak akan mengerti apa-apa. Hanya dengan kemiskinan ini orang mampu menerima pewahyuan yang diberikan Bapa melalui Yesus, melalui Yesus. Yesus, tidak seperti seorang kapten, seorang jenderal militer, seorang penguasa yang kuat, tidak, tidak. Ia seperti sebuah tunas. Sama seperti yang kita dengar dalam Bacaan Pertama (Yes 11:1-10) : ‘pada hari itu, sebuah taruk akan tumbuh dari tunggul Isai’. Ia adalah sebuah tunas yang rendah hati, lembut, dan datang kepada orang yang rendah hati, dan kepada orang yang lemah lembut, untuk membawa keselamatan bagi orang sakit, orang miskin, orang tertindas".
Paus Fransiskus melanjutkan dengan mengatakan bahwa misteri Yesus adalah merendahkan diri-Nya sendiri. Ini adalah sebuah misteri
yang "membawa keselamatan bagi orang miskin, membawa kenyamanan bagi mereka yang dilanda banyak penyakit, dosa dan situasi-situasi sulit", "Di luar konteks ini", Paus Fransiskus mengakhiri, Anda tidak dapat memahami misteri Yesus" :
"Kita memohon kepada Tuhan, dalam Masa Adven ini, untuk membawa kita lebih dekat kepada misteri-Nya dan melakukannya dengan jalan yang Ia inginkan agar kita lakukan : jalan kerendahan hati, jalan kelemahlembutan, jalan kemiskinan, jalan di mana kita merasakan dosa. Sehingga Ia dapat datang untuk menyelamatkan
kita, untuk membebaskan kita. Semoga Tuhan memberi kita rahmat ini".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.