Bacaan Ekaristi : Yes 61:1-2a,10-11; 1Tes 5:16-24; Yoh 1:6-8.19-28
Paus Fransiskus pada hari Minggu 14 Desember 2014 mengunjungi Paroki
Santo Yosef Aurelio, di pinggiran kota Monte Spaccato, Roma. Bapa Suci
datang lebih awal untuk kunjungan tersebut, dan segera bertemu dengan
beberapa anak-anak dari paroki tersebut. Selama pertemuan itu, beliau
berbicara tentang pengalamannya sendiri dengan Yesus sebagai seorang
anak. Beliau juga berbicara tentang Komuni Pertamanya 70 tahun yang
lalu.
Setelah bertemu dengan anak-anak, Paus Fransiskus memiliki kesempatan untuk bertemu dengan umat paroki tersebut, serta terutama mereka yang sakit, dan dengan keluarga-keluarga yang memiliki anak-anak yang dibaptis dalam satu tahun terakhir.
Paus Fransiskus kemudian mendengarkan Pengakuan Dosa beberapa umat. Paus Fransiskus menyimpulkan kunjungannya ke paroki tersebut dengan perayaan Misa Kudus Hari Minggu Adven III.
Berikut adalah homili Paus Fransiskus dalam Misa tersebut :
***********
Setelah bertemu dengan anak-anak, Paus Fransiskus memiliki kesempatan untuk bertemu dengan umat paroki tersebut, serta terutama mereka yang sakit, dan dengan keluarga-keluarga yang memiliki anak-anak yang dibaptis dalam satu tahun terakhir.
Paus Fransiskus kemudian mendengarkan Pengakuan Dosa beberapa umat. Paus Fransiskus menyimpulkan kunjungannya ke paroki tersebut dengan perayaan Misa Kudus Hari Minggu Adven III.
Berikut adalah homili Paus Fransiskus dalam Misa tersebut :
***********
Pada hari Minggu ini Gereja mengantisipasi sedikit sukacita Natal, dan
oleh karena ia disebut "hari Minggu sukacita". Pada masa ini, masa
persiapan untuk Natal, kita memakai jubah gelap untuk Misa, tetapi hari
ini ada jubah dadu ini, sehingga sukacita Natal mekar. Dan sukacita
Natal adalah sukacita khusus; namun, itu bukan sukacita yang hanya untuk
hari Natal, itu adalah untuk seluruh kehidupan seorang Kristiani.
Merupakan sukacita yang tenang, tentram, sukacita yang selalu menyertai
seorang Kristiani. Juga di saat-saat sulit, di saat-saat kesulitan
sukacita ini menjadi kedamaian. Ketika seorang Kristiani adalah seorang
Kristiani sejati ia tidak pernah kehilangan kedamaian, bahkan dalam
penderitaan. Kedamaian itu adalah sebuah karunia dari Tuhan. Sukacita
Kristiani adalah karunia Tuhan. "Ah, Bapa, kami telah memiliki makan
siang yang luar biasa, kami semua bahagia". Ini bagus, makan siang yang
luar biasa baik-baik saja, tetapi ini bukan sukacita Kristiani yang kita
bicarakan hari ini, sukacita Kristiani adalah sesuatu yang lain. Ia
juga membawa kita untuk merayakan, memang benar, tetapi ia adalah
sesuatu yang lain. Oleh karena itu, Gereja ingin memiliki sukacita
Kristen ini dipahami.
Santo Paulus Rasul mengatakan kepada
jemaat Tesalonika: "Saudara-saudara, bahagialah selalu". Dan, bagaimana
saya bisa bahagia? Ia mengatakan: "Berdoalah, tanpa henti-henti, dan
bersyukur dalam segala hal". Kita menemukan sukacita Kristiani dalam
doa, ia datang dari doa dan juga dari memberikan syukur kepada Allah.
"Terima kasih, Tuhan, untuk begitu banyak hal yang indah!" Namun, ada
orang-orang yang tidak tahu bagaimana harus bersyukur kepada Allah!"
Mereka selalu mencari sesuatu untuk dikeluhkan. Saya mengenal seorang
Suster - jauh dari sini - Suster ini baik, ia bekerja ... tetapi
hidupnya adalah sebuah ratapan, sebuah ratapan dari banyak hal yang
terjadi .... Dalam biara ia dipanggil "Suster Penggerutu". Kita
memahami. Namun, seorang Kristiani tidak bisa hidup seperti itu, selalu
mencari sesuatu untuk diratapi. "Ia memiliki sesuatu yang saya tidak
punyai, ia ... apakah Anda melihat apa yang terjadi? ..." Ini tidak
bersifat Kristiani! Dan kita merasa tidak enak bertemu orang-orang
Kristian dengan wajah sedih, dengan wajah kesedihan yang gelisah, yang
tidak damai. Seorang pria atau wanita kudus tidak pernah memiliki wajah
yang berduka, tidak pernah! Orang-orang kudus selalu memiliki wajah
penuh sukacita atau, setidaknya dalam penderitaan, wajah penuh damai.
Penderitaan terbesar, kemartiran Yesus : Ia memiliki wajah yang penuh
damai itu dan prihatin tentang orang lain : ibu-Nya, Yohanes, sang
penjahat, Ia prihatin tentang orang lain.
Untuk memiliki
sukacita Kristiani ini pertama-tama kita harus berdoa, kemudian
bersyukur. Dan, bagaimana saya harus bersyukur? Ingatlah hidup Anda, dan
memikirkan banyak hal yang baik yang telah diberikan hidup kepada Anda:
begitu banyak. "Tetapi, Bapa, memang benar, tetapi saya telah menerima
begitu banyak hal buruk!" - Ya, memang benar, hal itu terjadi pada semua
orang. Tetapi pikirkanlah hal-hal yang baik" - "Saya mempunya sebuah
keluarga Kristiani, orang tua Kristiani, bersyukur kepada Alah saya
memiliki pekerjaan, keluarga saya tidak menderita kelaparan, kita semua
sehat ..." Saya tidak tahu, begitu banyak hal, dan kita harus bersyukur
kepada Allah untuk hal ini. Dan hal ini membiasakan kita untuk
bersukacita. Untuk berdoa, untuk bersyukur ...
Dan kemudian
Bacaan Pertama menunjukkan kepada kita dimensi lain yang akan membantu
kita untuk memiliki sukacita: membawa kepada orang lain kabar gembira.
Kita adalah orang-orang Kristiani. "Orang-orang Kristiani" berasal dari
"Kristus", dan "Kristus" berarti "yang diurapi". Dan kita "diurapi": Roh
Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku. Kita
diurapi: Orang-orang Kristiani berarti "orang-orang yang diurapi". Dan
mengapa kita diurapi? Untuk melakukan apa? "Ia telah mengutus aku untuk
menyampaikan kabar baik" kepada siapa? "Untuk yang menderita", "untuk
mengikat sorang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan kelepasan orang-orang yang terkurung;
untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan (bdk. Yes 61:1-2). Ini adalah
panggilan Kristus dan juga panggilan orang-orang Kristiani. Pergi kepada
orang lain, kepada mereka yang membutuhkan, baik dalam jasmani maupun
rohani ... Begitu banyak orang menderita kesedihan mendalam karena
masalah-masalah keluarga ... Membawa perdamaian di sana, membawa
pengurapan Yesus, minyak Yesus yang melakukan begitu banyak kebaikan dan
menghibur jiwa-jiwa.
Oleh karena itu, untuk memiliki sukacita
ini dalam persiapan untuk Natal, pertama-tama, berdoalah : "Tuhan,
semoga saya menjalani Natal ini dengan sukacita sejati". Bukan dengan
sukacita konsumerisme yang membawa kita ke 24 Desember yang penuh
kesedihan mendalam karena "ah, saya sedang kekurangan ini, saya sedang
kekurangan itu ...". Bukan, ini bukanlah sukacita Allah. Berdoalah.
Kedua : bersyukurlah kepada Tuhan untuk hal-hal baik yang telah Ia berikan kepada kita.
Ketiga, berpikirlah bagaimana saya bisa pergi kepada orang lain, kepada
orang-orang yang mengalami kesulitan, masalah - kita memikirkan
orang-orang sakit, memikirkan begitu banyak masalah - untuk membawa
beberapa urapan, kedamaian, sukacita. Ini adalah sukacita Kristiani.
Apakah Anda setuju?
Hanya ada 15 hari, agaknya kurang: 13 hari.
Mari kita berdoa selama hari-hari ini. Tetapi jangan lupa : kita berdoa
memohon sukacita Natal. Kita bersyukur kepada Allah atas banyak hal
yang telah Ia berikan kepada kita, pertama-tama iman. Ini adalah rahmat
yang agung. Ketiga, kita berpikir ke mana kita bisa pergi untuk membawa
beberapa bantuan, kedamaian kepada mereka yang menderita. Doa, ucapan
syukur dan bantuan kepada orang lain, dan kita akan datang ke Kelahiran
Dia Yang Terurapi, Kelahiran Kristus, diurapi dengan rahmat, dengan doa,
dengan ucapan syukur dan membantu orang lain.
Semoga Bunda Maria menemani Anda di jalan menuju Natal ini. Kendatipun demikian bersukacitalah, bersukacitalah!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.