Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RABU ABU DI BASILIKA SANTA SABINA DI BUKIT AVENTINO, ROMA, 18 Februari 2015 : TUHAN TIDAK PERNAH LELAH BERBELAS KASIH KEPADA KITA

Bacaan Ekaristi : Yl 2:12-18; 2 Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6,16-18

Kita memulai hari ini, sebagai Umat Allah, perjalanan Masa Prapaskah kita, suatu masa yang di dalamnya kita berusaha mempersatukan diri kita lebih dekat kepada Tuhan Yesus Kristus, berbagi misteri Sengsara-Nya dan kebangkitan-Nya.

Liturgi Hari Rabu Abu menawarkan kepada kita pertama-tama perikop dari nabi Yoel, yang diutus oleh Allah untuk memanggil orang-orang kepada penebusan dosa dan pertobatan, oleh karena sebuah malapetaka (serangan belalang) yang menghancurkan Yudea. Hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan kita dari sebuah bencana; oleh karena itu, perlulah meminta-minta kepada-Nya dengan doa-doa dan puasa, mengakukan dosa kita.

Nabi Yoel menekankan pertobatan batin : "Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu" (2:12). Berbalik kepada Tuhan "dengan segenap hatimu" berarti melakukan perjalanan dari sebuah pertobatan yang tidak dangkal dan sementara, tetapi sebuah rencana perjalanan rohani yang menyangkut tempat paling intim dari pribadi kita. Hati, pada kenyataannya, adalah tempat kedudukan perasaan-perasaan kita, pusat yang di dalamnya pilihan-pilihan kita dan sikap-sikap kita dewasa.

"Berbalik kepada-Ku dengan segenap hatimu" itu tidak melibatkan hanya perorangan, tetapi diperluas hingga seluruh jemaat; merupakan sebuah pertemuan yang ditujukan kepada semua orang : "kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya" (ayat 16).

Nabi Yoel secara khusus berhenti sejenak pada doa para imam, mencatat bahwa itu disertai dengan air mata. Pada permulaan Masa Prapaskah ini, akan ada baiknya kita memohon karunia air mata, sehingga membuat doa kita dan perjalanan pertobatan kita sungguh lebih asli dan bebas dari kemunafikan.

Hal ini, sesungguhnya, adalah pesan Injil hari ini. Dalam perikop Injil Matius, Yesus membaca ulang tiga karya belas kasihan yang diketahui lebih dulu dalam Hukum Musa: sedekah, doa dan puasa. Dalam perjalanan waktu, anjuran-anjuran ini dirusak oleh karat formalisme lahiriah, atau benar-benar berubah menjadi sebuah tanda keunggulan sosial. Yesus menempatkan sebagai bukti sebuah godaan umum dalam tiga karya ini, yang dapat diringkas, pada kenyataannya, sebagai kemunafikan (Ia menamainya sebuah kebaikan sebanyak tiga kali): "Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka ..... Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik ..... Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri .... pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang ...... Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik" (Mat 6:1.2.5.16).

Ketika kita melakukan sesuatu yang baik, hampir secara naluriah keinginan lahir di dalam diri kita untuk dihargai dan dikagumi karena tindakan yang baik itu, untuk mendapatkan beberapa kepuasan. Yesus mengajak kita untuk melakukan karya-karya yang baik ini tanpa peragaan apapun, dan percaya hanya pada ganjaran Bapa "yang melihat yang tersembunyi" (Mat 6:4.6.18).

Saudara dan saudari terkasih, Tuhan tidak pernah lelah berbelas kasih pada kita dan Ia ingin menawarkan kita sekali lagi pengampunan-Nya, mengundang kita untuk berbalik kepada-Nya dengan hati yang baru, yang dimurnikan dari kejahatan, untuk mengambil bagian dalam sukacita-Nya. Bagaimana kita menerima undangan ini? Santo Paulus menyarankan hal ini kepada kita dalam Bacaan Kedua hari ini : "Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (2 Kor 5:20). Upaya pertobatan ini tidak hanya sebuah karya manusia. Rekonsiliasi antara kita dan Allah dimungkinkan berkat belas kasih Bapa yang, demi kasih-Nya bagi kita, tidak segan-segan mengorbankan Putra-Nya yang tunggal. Bahkan, Kristus, yang benar dan tanpa dosa, menjadi dosa karena kita (ayat 21) ketika di kayu salib Ia dibebani dengan dosa-dosa kita, dan dengan cara ini menyelamatkan dan membenarkan kita di hadapan Allah. "Dalam Dia" kita bisa dibenarkan, di dalam Dia kita bisa berubah, jika kita menerima kasih karunia Allah dan jangan membiarkan "waktu perkenanan" berlalu dalam kesia-siaan (6:2).

Dengan kesadaran ini, kita mengawali rencana perjalanan Masa Prapaskah kita dengan percaya diri dan penuh sukacita. Semoga Maria Tak Bernoda mendukung peperangan rohani kita melawan dosa, menyertai kita pada saat yang menguntungkan ini, sehingga kita dapat datang untuk menyanyikan bersama-sama kegembiraan yang meluap-luap kemenangan dalam Paskah Kebangkitan.

Tak lama lagi kita akan melaksanakan gerak isyarat penerimaan abu di kepala. Selebran mengucapkan kata-kata ini : "Ingatlah bahwa engkau adalah debu dan engkau akan kembali menjadi debu" (bdk Kej 3:19), atau ia mengulangi seruan Yesus : "bertobatlah dan percayalah pada Injil" (bdk Mrk 1:15 ). Kedua rumusan merupakan sebuah panggilan kepada kebenaran keberadaan manusia: kita adalah makhluk yang terbatas, orang-orang berdosa yang selalu membutuhkan penebusan dosa dan pertobatan. Alangkah pentingnya mendengarkan dan menerima sebuah panggilan tersebut dalam masa kita ini! Oleh karena itu, undangan untuk pertobatan sebuah pacuan untuk berbalik, seperti yang dilakukan oleh anak laki-laki dalam perumpamaan, kepada tangan Allah, Bapa yang lembut dan penuh belas kasihan, percaya kepada-Nya dan mempercayakan dirinya kepada-Nya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.