Bacaan Ekaristi : Dan 3:25,34-43; Mat 18:21-35
Dalam rangka untuk meminta pengampunan dari Allah, kita harus mengikuti ajaran doa "Bapa Kami": kita harus bertobat dengan tulus untuk dosa-dosa kita, mengetahui bahwa Allah selalu mengampuni, dan hanya ketika bersedia mengampuni orang lain. Inilah inti homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi 10 Maret 2015 di kapel kediaman Santa Marta, Vatikan.
Dalam rangka untuk meminta pengampunan dari Allah, kita harus mengikuti ajaran doa "Bapa Kami": kita harus bertobat dengan tulus untuk dosa-dosa kita, mengetahui bahwa Allah selalu mengampuni, dan hanya ketika bersedia mengampuni orang lain. Inilah inti homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi 10 Maret 2015 di kapel kediaman Santa Marta, Vatikan.
Berfokus terutama pada bacaan dari Injil menurut Santo Matius (18:21-35), yang di dalamnya Tuhan menasihati para murid-Nya untuk mengampuni "tujuh puluh kali tujuh" kali, yaitu selalu dan tanpa batas, Bapa Suci membahas hubungan erat antara pengampunan Allah atas dosa-dosa kita dan pengampunan kita atas orang lain.
Mengacu pada bacaan Perjanjian Lama dari nabi Daniel (3:25,34-43), yang menceritakan tentang seruan Azarya kepada Allah untuk pengampunan, yang ia buat atas nama umat, mengakui berdosa dan membutuhkan pengampunan karena telah meninggalkan jalan Tuhan. Azarya tidak meminta kepada Allah hanya karena menyesal, atau karena tidak memperhatikan, kedosaan orang-orang, tetapi mengampuni mereka:
"Memohon pengampunan adalah hal lain: itu tidak sama dengan hanya mengatakan, 'maafkan saya'. Apakah saya membuat sebuah kesalahan? 'Maaf, saya membuat sebuah kesalahan'. Tetapi, 'Saya telah berdosa!'- yang berbeda: yang satu tidak ada hubungannya dengan yang lain. Dosa bukanlah sebuah kesalahan sederhana. Dosa adalah penyembahan berhala: itu adalah menyembah berhala, berhala kebanggaan, kesombongan, uang, 'diri saya', kesejahteraan saya sendiri'. Begitu banyak berhala yang kita miliki: dan untuk ini, Azarya tidak meminta maaf. ia memohon pengampunan".
Pengampunan harus dimohonkan dengan tulus, sepenuh hati - dan pengampunan harus diberikan sepenuh hati kepada mereka, yang telah melukai kita. Paus Fransiskus mengingatkan perbuatan hamba dalam bacaan Injil, yang, telah diampuni utang besarnya oleh tuannya, namun gagal untuk menunjukkan semangat kemurahan hati serupa terhadap sesama. Bapa Suci menjelaskan bahwa dinamika pengampunan adalah dinamika yang diajarkan Yesus kepada kita di dalam doa Bapa Kami:
"Yesus mengajarkan kita untuk berdoa kepada Bapa dengan cara ini: 'Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami'. Jika saya tidak bisa mengampuni, maka saya tidak bisa memohon pengampunan. 'Tetapi, Bapa, saya mengaku dosa, saya pergi ke kamar pengakuan .... '. 'Dan apa yang Anda lakukan sebelum Anda mengaku dosa?'. 'Baik, saya memikirkan hal-hal yang saya lakukan salah'. 'Baiklah'' Lalu saya memohon kepada Tuhan untuk pengampunan dan berjanji untuk tidak melakukan hal-hal itu lagi'. 'Oke ... dan kemudian pergilah kepada imam? Sebelum Anda berbuat, namun, Anda sedang kehilangan sesuatu: apakah Anda telah diampuni mereka yang telah menyakiti Anda?'".
Singkatnya, Paus Fransiskus mengatakan bahwa pengampunan yang akan diberikan Allah kepada Anda membutuhkan pengampunan yang Anda berikan kepada orang lain:
"Ini adalah apa yang Yesus ajarkan kita tentang pengampunan: pertama, memohon pengampunan bukanlah sebuah permohonan sederhana, menyadari dosa, penyembahan berhala yang telah saya lakukan, dari sekian banyak penyembahan berhala; kedua, Allah selalu mengampuni, selalu - tetapi Ia meminta saya untuk mengampuni [orang lain]. Jika saya tidak mengampuni, dalam arti, saya menutup pintu pengampunan Allah.. 'Ampunilah dosa kami seperti kami pun mengampuni yang berdosa kepada kami'".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.