Bacaan Ekaristi : 2 Raj 5:1-15a; Luk 4:24-30
Allah bertindak dalam kerendahan hati dan dalam keheningan; "tontonan" bukan langgam-Nya. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Senin pagi 9 Maret 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Dalam Injil hari itu (Luk 4:24-30), Yesus menegur penduduk Nazaret karena kurangnya iman mereka: pada awalnya, Paus Fransiskus mengatakan, mereka mendengarkan dengan takjub, tetapi kemudian mereka meledak "dengan kemarahan, dengan kebengisan":
Allah bertindak dalam kerendahan hati dan dalam keheningan; "tontonan" bukan langgam-Nya. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Senin pagi 9 Maret 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan.
Dalam Injil hari itu (Luk 4:24-30), Yesus menegur penduduk Nazaret karena kurangnya iman mereka: pada awalnya, Paus Fransiskus mengatakan, mereka mendengarkan dengan takjub, tetapi kemudian mereka meledak "dengan kemarahan, dengan kebengisan":
"Pada saat itu, orang-orang ini, yang telah mendengarkan dengan senang hati apa yang telah dikatakan Yesus, tetapi tidak seperti apa yang telah Ia katakan kepada satu, dua, atau tiga orang dari mereka; dan mungkin beberapa orang yang bergunjing telah berdiri dan berkata, 'Tetapi siapa ini yang datang berbicara kepada kita? Di mana Ia belajar untuk mengatakan hal-hal ini kepada kita? Mari kita lihat derajat-Nya! Ia adalah anak tukang kayu, kita mengenal-Nya'. Kemurkaan meletus, dan bahkan kekerasan. 'Dan mereka menghalau-Nya keluar kota, dan membawa-Nya ke tebing bukit'... mereka ingin melemparkan-Nya!"
Bacaan Pertama (2 Raj 5:1-15a) berbicara tentang Naaman, panglima tentara Aram, yang sakit kusta. Nabi Elisa mengatakan kepadanya untuk mencuci dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan untuk disembuhkan, namun Naaman geram karena ia mengharapkan sebuah gerak isyarat besar. Tetapi kemudian ia mendengarkan saran dari para pelayan, dan melakukan apa yang dikatakan nabi, dan ia dibersihkan dari kusta. Penduduk Nazaret seperti Naaman, kata Paus Fransiskus. "Mereka menginginkan sebuah tontonan", tetapi "langgam Allah yang baik tidak untuk menghasilkan sebuah tontonan. Allah bertindak dalam kerendahan hati, dalam keheningan, dalam hal-hal kecil". Ini dimulai dengan penciptaan, Paus Fransiskus mengatakan, di mana Tuhan tidak menggunakan sebuah "tongkat ajaib", tetapi menciptakan manusia "dengan lumpur". Itu adalah sebuah langgam yang melintasi "seluruh sejarah keselamatan" :
"Ketika Ia berkeinginan untuk membebaskan umat-Nya, Ia membebaskan mereka melalui iman dan keyakinan seorang manusia, Musa. Ketika Ia berkeinginan menyebabkan jatuhnya kota Yerikho yang kuat, Ia melakukannya melalui seorang pelacur. Dan untuk pertobatan orang-orang Samaria Ia memerlukan karya orang berdosa lainnya. Ketika Ia mengajak Daud untuk melawan Goliat, itu tampaknya gila : Daud yang kecil berdiri di depan raksasa itu, yang memiliki sebuah pedang, yang memiliki begitu banyak benda, sementara Daud hanya memiliki sebuah pengumban dan batu-batu. Ketika Ia mengatakan kepada orang-orang Majus bahwa seorang Raja lahir untuk mereka, Sang Raja Agung, apa yang mereka temukan? Seorang anak kecil, sebuah palungan. Hal-hal sederhana, kerendahan hati Allah... ini adalah langgam ilahi, tidak pernah tontonan".
Paus Fransiskus mencatat bahwa "salah satu dari tiga godaan Yesus di padang gurun" adalah untuk menciptakan sebuah tontonan. Setan mengajak-Nya untuk melemparkan diri-Nya ke bawah dari puncak Bait Suci sehingga, melihat mukjizat, orang-orang sudi percaya kepada-Nya. "Tuhan, sebaliknya, terungkap dalam kesederhanaan, kerendahan hati", beliau berkata. "Akan ada baiknya kita melakukan pada Masa Prapaskah ini", kata Paus Fransiskus, "memikirkan bagaimana Tuhan telah membantu kita dalam hidup kita, dan bagaimana Tuhan telah membawa kita maju. Kita akan menemukan bahwa Tuhan selalu melakukan ini dengan hal-hal sederhana".
Beliau mengakhiri homilinya, "Ini adalah bagaimana Tuhan bertindak: Ia melakukan hal-hal sederhana. Ia berbicara secara diam-diam kepada Anda, kepada hati. Mari kita ingat dalam hidup kita banyak kali kita merasakan hal-hal ini: kerendahan hati Allah adalah langgam-Nya; kesederhanaan Allah adalah langgam-Nya. Dan bahkan dalam perayaan liturgi, dalam sakramen-sakramen, apa yang indah yaitu yang mengejawantahkan kerendahan hati Allah, dan bukan tontonan duniawi. Akan ada baiknya bagi kita untuk berjalan melalui hidup kita dan memikirkan banyak kali Tuhan telah mengunjungi kita dengan rahmat-Nya, dan selalu dengan langgam-Nya yang rendah hati ini, langgam yang Ia serukan kepada kita, juga, untuk dimiliki : kerendahan hati".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.