Bacaan Ekaristi : Kis 11:21b-26; 13:1-3; Mat 10:7-13.
Berjalan menuju Allah dan menuju orang lain, dalam pelayanan dan dalam kemiskinan. Permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 11 Juni 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan dapat disimpulkan seperti ini. Homili Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Mat 10:7-13) yang di dalamnya "Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil, kabar baik, Injil keselamatan". Beliau menguraikan "tiga kata kunci untuk menjelaskan pemahaman tentang apa yang diinginkan Yesus dari murid-murid-Nya" dan "dari kita semua yang mengikuti-Nya". Tiga kata tersebut adalah "berjalan", "melayani", dan "kecuma-cumaan".
Pertama-tama, Yesus mengutus mereka "berjalan". Ini adalah sebuah perjalanan, bukan sekedar "berjalan santai sejenak", Paus Fransiskus menjelaskan, tetapi "sebuah lari beranting, dengan sebuah pesan: memberitakan Injil, pergi keluar membawa keselamatan, Injil keselamatan". Dan ini adalah "tugas yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya". Karena alasan ini, orang yang "berdiri diam dan tidak pergi keluar, tidak memberikan kepada orang lain apa yang ia terima dalam Pembaptisan, bukanlah seorang murid Yesus yang sejati". Memang, "ia tidak memiliki semangat misioner", dan tidak "pergi keluar dari dirinya untuk membawa sesuatu yang baik untuk orang lain".
Lalu ada "jalan murid Yesus" lainnya, Paus Fransiskus melanjutkan, yang merupakan "perjalanan batin", perjalanan "murid yang mencari Tuhan setiap hari, dalam doa, dalam meditasi". Dan ini tidak bersifat sekunder, Paus Fransiskus menekankan: "seorang murid juga harus mengambil perjalanan ini karena jika ia tidak selalu mencari Allah, Injil yang ia bawa kepada orang lain akan menjadi sebuah Injil yang lemah, yang dilemahkan, tak berdaya".
Jadi itu adalah sebuah "perjalanan rangkap dua yang diinginkan Yesus dari murid-murid-Nya". Ini meringkas "kata pertama" yang disorot oleh Injil hari ini : "berjalan, berjalan".
Kemudian tiba kata kedua : "melayani", yang terkait erat dengan kata pertama. Bahkan, Paus Fransiskus mengatakan, orang harus "berjalan untuk melayani orang lain". Injil berbunyi: "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan". Di sini kita menemukan kembali "tugas murid : melayani". Paus Fransiskus sangat jelas mengenai hal ini: "seorang murid yang tidak melayani orang lain bukanlah seorang Kristiani".
Titik acuan setiap murid seharusnya apa yang "dikhotbahkan Yesus dalam dua lajur Kristiani ini : Sabda Bahagia dan 'protokol' yang olehnya kita akan dihakimi", yaitu yang ditunjukkan oleh Matius dalam Bab 25. Ini adalah "kerangka kerja" dari "pelayanan injili". Tidak ada jalan untuk menghindar : "Jika seorang murid tidak berjalan untuk melayani, perjalanannya tidak ada gunanya. Jika hidupnya tidak dalam pelayanan, hidupnya tidak ada gunanya, sebagai seorang Kristiani".
Dalam aspek sesungguhnya ini "godaan keegoisan" dapat dilihat dalam banyak orang. Memang ada orang yang mengatakan: "Ya, saya seorang Kristiani, saya berada pada kedamaian, saya mengaku, saya pergi ke Misa, saya mengikuti Perintah-perintah". Tetapi di manakah pelayanan bagi orang lain? Di manakah, Paus Fransiskus bertanya, "pelayanan bagi Yesus dalam diri orang sakit, dalam diri orang yang terpenjara, dalam diri orang lapar, dalam diri orang telanjang?". Dan ini adalah tepatnya apa yang "dikatakan Yesus kepada kita yang harus kita lakukan karena Ia ada di sana". Oleh karena itu, kunci kedua adalah "pelayanan bagi Kristus dalam diri orang lain".
Ada juga makna besar dalam kata ketiga yang disimpulkan dari perikop ini, yaitu "kecuma-cumaan". Berjalan, dalam pelayanan, tanpa bayaran. Memang, perikop tersebut berbunyi: "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma". Sebuah rincian yang begitu mendasar yang dinyatakan Tuhan dengan jelas, hanya dalam kasus "murid-murid tidak mengerti". Ia menjelaskan kepada mereka: "Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai". Dengan kata lain, Paus Fransiskus menjelaskan, "perjalanan layanan bersifat cuma-cuma karena kita menerima keselamatan secara cuma-cuma". Tak seorang pun dari kita "membeli keselamatan, tak seorang pun dari kita telah menerimanya": Itu benar-benar milik kita oleh "rahmat Bapa di dalam Yesus Kristus, dalam pengorbanan Yesus Kristus".
Inilah sebabnya, Paus Fransiskus mengatakan, "menyedihkan ketika kita melihat orang-orang Kristiani yang melupakan kata-kata Yesus ini. 'Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma'". Dan menyedihkan ketika mereka yang lupa adalah jemaat-jemaat Kristiani, paroki-paroki, tarekat-tarekat religius atau keuskupan-keuskupan. Ketika ini terjadi, Paus Fransiskus memperingatkan, itu karena di latar belakang "ada kesalahan" menganggap "keselamatan itu berasal dari kekayaan, dari kekuasaan manusia".
Paus Fransiskus kemudian meringkas permenungannya : "Tiga kata. Berjalan, tetapi berjalan "dalam rangka memberitakan. Melayani : kehidupan seorang Kristiani bukanlah untuk dirinya sendiri; itu adalah untuk orang lain, seperti kehidupan Yesus". Dan yang ketiga, "kecuma-cumaan". Ini, beliau mengatakan, adalah bagaimana kita dapat menempatkan harapan kita kembali di dalam Yesus, yang "sehingga mengirimkan kita sebuah harapan yang tidak pernah mengecewakan". Di sisi lain, "ketika harapan adalah menjadi nyaman dalam perjalanan" atau ketika "harapan adalah bersifat egois dalam mencari hal-hal untuk diri sendiri" dan tidak melayani orang lain, atau "ketika harapan berada dalam kekayaan atau jaminan-jaminan kecil duniawi, semua ini meruntuhkan. Tuhan sendiri menghancurkannya.
Kemudian tibalah ajakan akhir Paus Fransiskus sebelum melanjutkan perayaan Ekaristi: "Mari kita membuat perjalanan kepada Allah ini bersama Yesus di altar, untuk kemudian berjalan menuju orang lain dalam pelayanan dan dalam kemiskinan, hanya dengan kekayaan Roh Kudus yang diberikan Yesus sendiri kepada kita". Roh Kudus yang diberikan Yesus sendiri kepada kita".
Pertama-tama, Yesus mengutus mereka "berjalan". Ini adalah sebuah perjalanan, bukan sekedar "berjalan santai sejenak", Paus Fransiskus menjelaskan, tetapi "sebuah lari beranting, dengan sebuah pesan: memberitakan Injil, pergi keluar membawa keselamatan, Injil keselamatan". Dan ini adalah "tugas yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya". Karena alasan ini, orang yang "berdiri diam dan tidak pergi keluar, tidak memberikan kepada orang lain apa yang ia terima dalam Pembaptisan, bukanlah seorang murid Yesus yang sejati". Memang, "ia tidak memiliki semangat misioner", dan tidak "pergi keluar dari dirinya untuk membawa sesuatu yang baik untuk orang lain".
Lalu ada "jalan murid Yesus" lainnya, Paus Fransiskus melanjutkan, yang merupakan "perjalanan batin", perjalanan "murid yang mencari Tuhan setiap hari, dalam doa, dalam meditasi". Dan ini tidak bersifat sekunder, Paus Fransiskus menekankan: "seorang murid juga harus mengambil perjalanan ini karena jika ia tidak selalu mencari Allah, Injil yang ia bawa kepada orang lain akan menjadi sebuah Injil yang lemah, yang dilemahkan, tak berdaya".
Jadi itu adalah sebuah "perjalanan rangkap dua yang diinginkan Yesus dari murid-murid-Nya". Ini meringkas "kata pertama" yang disorot oleh Injil hari ini : "berjalan, berjalan".
Kemudian tiba kata kedua : "melayani", yang terkait erat dengan kata pertama. Bahkan, Paus Fransiskus mengatakan, orang harus "berjalan untuk melayani orang lain". Injil berbunyi: "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan". Di sini kita menemukan kembali "tugas murid : melayani". Paus Fransiskus sangat jelas mengenai hal ini: "seorang murid yang tidak melayani orang lain bukanlah seorang Kristiani".
Titik acuan setiap murid seharusnya apa yang "dikhotbahkan Yesus dalam dua lajur Kristiani ini : Sabda Bahagia dan 'protokol' yang olehnya kita akan dihakimi", yaitu yang ditunjukkan oleh Matius dalam Bab 25. Ini adalah "kerangka kerja" dari "pelayanan injili". Tidak ada jalan untuk menghindar : "Jika seorang murid tidak berjalan untuk melayani, perjalanannya tidak ada gunanya. Jika hidupnya tidak dalam pelayanan, hidupnya tidak ada gunanya, sebagai seorang Kristiani".
Dalam aspek sesungguhnya ini "godaan keegoisan" dapat dilihat dalam banyak orang. Memang ada orang yang mengatakan: "Ya, saya seorang Kristiani, saya berada pada kedamaian, saya mengaku, saya pergi ke Misa, saya mengikuti Perintah-perintah". Tetapi di manakah pelayanan bagi orang lain? Di manakah, Paus Fransiskus bertanya, "pelayanan bagi Yesus dalam diri orang sakit, dalam diri orang yang terpenjara, dalam diri orang lapar, dalam diri orang telanjang?". Dan ini adalah tepatnya apa yang "dikatakan Yesus kepada kita yang harus kita lakukan karena Ia ada di sana". Oleh karena itu, kunci kedua adalah "pelayanan bagi Kristus dalam diri orang lain".
Ada juga makna besar dalam kata ketiga yang disimpulkan dari perikop ini, yaitu "kecuma-cumaan". Berjalan, dalam pelayanan, tanpa bayaran. Memang, perikop tersebut berbunyi: "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma". Sebuah rincian yang begitu mendasar yang dinyatakan Tuhan dengan jelas, hanya dalam kasus "murid-murid tidak mengerti". Ia menjelaskan kepada mereka: "Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai". Dengan kata lain, Paus Fransiskus menjelaskan, "perjalanan layanan bersifat cuma-cuma karena kita menerima keselamatan secara cuma-cuma". Tak seorang pun dari kita "membeli keselamatan, tak seorang pun dari kita telah menerimanya": Itu benar-benar milik kita oleh "rahmat Bapa di dalam Yesus Kristus, dalam pengorbanan Yesus Kristus".
Inilah sebabnya, Paus Fransiskus mengatakan, "menyedihkan ketika kita melihat orang-orang Kristiani yang melupakan kata-kata Yesus ini. 'Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma'". Dan menyedihkan ketika mereka yang lupa adalah jemaat-jemaat Kristiani, paroki-paroki, tarekat-tarekat religius atau keuskupan-keuskupan. Ketika ini terjadi, Paus Fransiskus memperingatkan, itu karena di latar belakang "ada kesalahan" menganggap "keselamatan itu berasal dari kekayaan, dari kekuasaan manusia".
Paus Fransiskus kemudian meringkas permenungannya : "Tiga kata. Berjalan, tetapi berjalan "dalam rangka memberitakan. Melayani : kehidupan seorang Kristiani bukanlah untuk dirinya sendiri; itu adalah untuk orang lain, seperti kehidupan Yesus". Dan yang ketiga, "kecuma-cumaan". Ini, beliau mengatakan, adalah bagaimana kita dapat menempatkan harapan kita kembali di dalam Yesus, yang "sehingga mengirimkan kita sebuah harapan yang tidak pernah mengecewakan". Di sisi lain, "ketika harapan adalah menjadi nyaman dalam perjalanan" atau ketika "harapan adalah bersifat egois dalam mencari hal-hal untuk diri sendiri" dan tidak melayani orang lain, atau "ketika harapan berada dalam kekayaan atau jaminan-jaminan kecil duniawi, semua ini meruntuhkan. Tuhan sendiri menghancurkannya.
Kemudian tibalah ajakan akhir Paus Fransiskus sebelum melanjutkan perayaan Ekaristi: "Mari kita membuat perjalanan kepada Allah ini bersama Yesus di altar, untuk kemudian berjalan menuju orang lain dalam pelayanan dan dalam kemiskinan, hanya dengan kekayaan Roh Kudus yang diberikan Yesus sendiri kepada kita". Roh Kudus yang diberikan Yesus sendiri kepada kita".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.