Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 1 September 2015 : PENGHIBURAN KRISTEN ADALAH DI DALAM YESUS, BUKAN DALAM OBROLAN

Bacaan Ekaristi : 1Tes 5:1-6,9-11; Mzm 27:1,4,13-14; Luk 4:31-37

Kesaksian lukisan dinding Ayub dan Michelangelo tentang Penghakiman Terakhir di Kapel Sistina adalah dua ikon yang dapat mengembalikan kepastian kita dalam perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Kita masing-masing, Paus Fransiskus menawarkan saran yang diberikan Paulus kepada orang-orang Kristen Tesalonika, "hiburlah seorang akan yang lain", dan dengan kata lain "berbicara tentang kedatangan Tuhan", yang seluruhnya penting, dan tidak membuang-buang waktu mengobrol di sakristi. Selama homilinya dalam Misa harian pagi di Santa Marta, Selasa, 1 September 2015, beliau juga menyarankan serangkaian pertanyaan untuk sebuah pemeriksaan batin tentang bagaimana kita menjalani kehidupan kita ketika kita menantikan Tuhan.

Paus Fransiskus memulai permenungannya dari perikop Bacaan Pertama yang mana "Rasul Paulus menulis kepada jemaat Tesalonika" (5:1-6,9-11), yang ditawarkan dalam liturgi hari itu. Mungkin, Paus Fransiskus mencatat, "surat ini adalah yang pertama yang ia tulis" dan ia mengalamatkannya kepada "sebuah jemaat yang agak bermasalah", jemaat yang disibukkan tentang "bagaimana dan kapan" kedatangan Tuhan. Dengan demikian, dalam perikop yang ditawarkan hari sebelumnya, Paus Fransiskus menunjukkan, Santo Paulus terdorong memberitahu mereka untuk tidak "berduka karena orang lain yang tidak memiliki harapan". Memang, jemaat sedang bertanya : "Apa yang terjadi dengan orang mati, ke mana orang mati pergi?". Dan bahkan: "Kapan Tuhan datang?". Dan beberapa orang menjawab : "Ia segera datang! Dan karena Ia segera datang, janganlah kita bekerja!".

Dengan demikian Paulus, seorang manusia "yang giat", mengamanatkan orang-orang Kristen di Tesalonika dengan kata-kata yang kuat: "orang yang tidak bekerja janganlah makan". Dengan demikian, Paus Fransiskus menyatakan, Rasul Paulus "harus mengajarkan jalan kedamaian" kepada jemaat ini. Dalam bacaan hari sebelumnya juga, ia mengingatkan mereka untuk tidak "berduka karena Tuhan akan datang dan kematianmu adalah bersama Dia". Tetapi lebih lanjut Paulus kemudian mengatakan sesuatu : "dan maka kita akan selalu bersama Tuhan". Penegasan ini, kata Paus Fransiskus, "adalah sebuah penghiburan besar". Memang, itu "adalah apa yang menanti kita, kita semua". Terlebih lagi, beliau menambahkan, "perikop kemarin berakhir dengan penghiburan : 'Oleh karena itu hiburlah seorang akan yang lain dengan kata-kata ini'".

Tetapi "hari ini juga", Paus Fransiskus mengatakan, "perikop yang kita baca berakhir dengan ajaran yang sama : hiburlah seorang akan yang lain". Memang "menghibur yang memberi harapan: Tuhan akan datang, dan Ia akan datang ketika Ia ingin datang, ketika Ia melihat bahwa waktunya telah tiba". Tak seorang pun bisa mengatakan kapan itu akan datang : Paulus bahkan menulis bahwa Tuhan "akan datang seperti seorang pencuri di malam hari, ketika kesusahan melahirkan anak datang pada seorang perempuan : Ia datang!". Dari sudut pandang ini "apa yang harus kita lakukan?". Paulus menawarkan saran ini: "Hiburlah seorang akan yang lain, doronglah seorang akan yang lain". Dengan kata lain, ia mengatakan kepada mereka untuk membicarakannya bersama-sama. "Tetapi saya bertanya kepada kalian", Paus Fransiskus melanjutkan, "apakah kita berbicara tentang fakta bahwa Tuhan akan datang, bahwa kita akan bertemu Dia?". Atau "apakah kita berbicara tentang banyak hal, bahkan teologi, perkara-perkara Gereja, para imam, para biarawati, para monsinyur, semua ini?". Dan beliau menambahkan, "apakah harapan ini adalah penghiburan kita?".

Saran Paulus adalah menghibur seorang akan yang lain, mendorong seorang akan yang lain dalam jemaat. Pada pertanyaan ini Paus Fransiskus mengusulkan sebuah pemeriksaan batin: "dalam jemaat-jemaat kita, dalam paroki-paroki kita, apakah kita berbicara tentang fakta bahwa kita sedang menanti Tuhan yang sedang datang, atau apakah kita berbicara tentang ini, itu atau yang lain, melewatkan sedikit waktu dan tidak menjadi terlalu bosan? Apakah penghiburanku? Apakah itu adalah harapan ini? Apakah aku yakin bahwa Tuhan akan datang untuk mendapati aku dan dibawa bersama-Nya? Apakah aku memiliki kepastian ini?".

Paus Fransiskus kemudian mengulangi kata-kata dari Mazmur Tanggapan bab 27 [26]: "Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup!". Dan segera beliau mengajukan pertanyaan lain : "Apakah kalian percaya bahwa kalian akan melihat Tuhan?". Mempertimbangkan hal ini Paus Fransiskus mengacu pada "akhir yang indah dari Kitab Ayub bab 19", dan menjelaskan bahwa "Ayub sangat menderita", namun "di tengah penderitaannya, luka-lukanya, kesalahpahamannya, penderitaan akan ketidakpahamannya mengapa hal ini terjadi padanya, ia mengatakan : Aku yakin, aku tahu bahwa Penebusku hidup; Aku tahu bahwa Allah hidup dan aku akan melihat Dia, yang dengan mataku, aku akan melihat Dia".

Kesaksian ini menantang kita masing-masing. Jadi Paus Fransiskus mengusulkan sebuah permenungan langsung: "Apakah aku mempercayai hal ini? Atau lebih baik untuk tidak memikirkannya? Apakah kita berpikir tentang sesuatu yang lain, karena kepastian ini bahwa Tuhan akan datang untuk mendapatiku, untuk membawaku bersama-Nya .... Ini kedamaian kita, ini adalah penghiburan kita, ini adalah harapan kita".

"Memang benar, Ia akan datang untuk menghakimi", Paus Fransiskus menambahkan. "Dan ketika kita pergi ke Kapel Sistina, kita melihat pemandangan yang indah dari Pengadilan Terakhir itu : memang benar!". Tetapi "marilah kita juga berpikir bahwa Ia akan datang untuk mendapatiku sehingga aku bisa melihat-Nya dengan mataku sendiri, memeluk-Nya dan selalu bersama-Nya. Ini adalah harapan yang dikatakan Rasul Petrus kepada kita untuk menjelaskan kepada orang lain dengan kehidupan kita, untuk menjadi saksi bagi harapan".

Jadi, ini adalah penghiburan benar: "Aku percaya - ini adalah kepastian sesungguhnya - bahwa aku akan melihat kebaikan Tuhan. Inilah sebabnya, Paus Fransiskus melanjutkan, kembali ke nasihat Paulus, "doronglah seorang akan yang lain dan bangunlah seorang akan yang lain, seperti yang sedang kalian lakukan. Dan ini adalah bagaimana kita maju". Terutama, tepatnya "dalam doa pembukaan Misa", beliau mengingatkan, "kita meminta Tuhan untuk memelihara semaian yang Ia tanam di dalam diri kita, semaian benih kebaikan, semaian benih rahmat".

Paus Fransiskus melanjutkan homilinya dengan memohon kepada "Tuhan rahmat agar benih harapan yang ditanam di dalam hati kita dapat terus tumbuh sampai pertemuan akhir dengan Dia", agar kita dapat menyatakan: "Aku percaya bahwa aku akan melihat Tuhan"; "Aku tahu bahwa Tuhan hidup"; "Aku tahu bahwa Tuhan akan datang untuk mendapatiku". Ini adalah "cakrawala hidup kita". Oleh karena itu, beliau mengakhiri, "marilah kita memohon kepada Tuhan rahmat ini dan menghibur seorang akan yang lain dengan karya-karya yang baik dan kata-kata yang baik, di jalan ini".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.