Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 September 2015 : SEGALANYA ADA DALAM HAL-HAL KECIL

Bacaan Ekaristi : Mi 5:2-5a; Mat 1:1-16,18-23

"Segalanya ada dalam 'hal-hal kecil'". Dalam Misa harian Selasa pagi 8 September 2015 di Casa Santa Marta yang bertepatan dengan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria, Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada cara Allah, yang bertindak dalam cara-cara kecil tetapi membuka cakrawala-cakrawala yang luas bagi kita.

Mengacu pada teks Doa Pendek yang didaraskan sebelumnya, yang memohonkan kepada Tuhan "rahmat persatuan dan perdamaian", Paus Fransiskus memusatkan perhatian pada dua kata kerja yang ditinjau dalam homilinya dalam "hari-hari belakangan" : mendamaikan dan berdamai. Allah, beliau berkata, "mendamaikan: Ia mendamaikan dunia dengan diri-Nya melalui Kristus". Yesus, dibawa kepada kita oleh Maria, membuat perdamaian, "memberikan perdamaian untuk dua bangsa, dan dua bangsa tersebut Ia jadikan satu : bangsa Ibrani dan bangsa-bangsa bukan Ibrani. Satu umat. Ia membuat perdamaian. Perdamaian di dalam hati mereka". Tetapi, Paus Fransiskus bertanya, "bagaimana Allah mendamaikan?". Apa 'cara'-Nya? Apakah Ia mungkin "membuat sebuah sidang agung"? Apakah semua orang tiba kepada sebuah kesepakatan? Apakah mereka menandatangani sebuah dokumen?". Tidak, beliau menjawab. "Allah membuat perdamaian dengan sebuah metode tertentu : Ia mendamaikan dan membuat perdamaian dalam hal-hal kecil dan pada perjalanan".

Dengan demikian permenungan Paus Fransiskus dimulai dari konsep "hal-hal kecil", "hal-hal kecil" yang dibicarakan dalam Bacaan Pertama (Mi 5:1-4): "Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil .....". Dengan kata lain, Paus Fransiskus menjelaskan : engkau "begitu kecil, tetapi engkau akan menjadi besar, karena penguasamu akan lahir dari engkau dan ia akan menjadi perdamaian. Ia sendiri akan menjadi perdamaian", karena dari hal-hal kecil itu "datang perdamaian". Ini adalah cara Allah, yang memilih "hal-hal kecil, hal-hal sederhana, untuk melakukan karya-karya besar". Tuhan, Paus Fransiskus menjelaskan, "adalah Yang Mahabesar" dan kita "adalah orang-orang kecil", tetapi Tuhan "menyarankan kita untuk menjadikan diri kita kecil seperti anak-anak untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga", sedangkan "orang-orang besar, orang-orang berkuasa, orang-orang sombong, orang-orang angkuh tidak bisa masuk". Namun, Allah "mendamaikan dan membuat perdamaian dalam hal-hal kecil".

Paus Fransiskus kemudian berbicara konsep kedua, yang menurutnya Tuhan juga mendamaikan "pada perjalanan : berjalan". Beliau kemudian menjelaskan : "Tuhan tidak ingin membuat perdamaian dan pendamaian dengan sebuah tongkat ajaib : hari ini - bergemuruh! - semuanya selesai! Tidak. Ia melakukan perjalanan bersama umat-Nya". Sebuah contoh dari tindakan Allah ini ditemukan pada Injil itu (Mat 1:1-16,18-23). Perikop mengenai silsilah Yesus mungkin tampak agak berulang-ulang : "Orang ini memperanakkan orang itu, orang itu memperanakkan orang ini, orang ini memperanakkan orang itu ... Sebuah daftar", Paus Fransiskus mencatat. Namun, beliau menjelaskan, "itulah perjalanan Allah : Perjalanan Allah di antara manusia, baik dan jahat, karena dalam daftar ini ada orang-orang kudus dan ada penjahat-penjahat yang penuh dosa".

Dengan demikian, itu adalah sebuah daftar yang bahkan berisi "banyak dosa". Namun, "Allah tidak takut: Ia melakukan perjalanan. Ia berjalan bersama umat-Nya. Dan pada perjalanan ini Ia membuat harapan tumbuh dalam umat-Nya, berharap dalam Mesias". Ini adalah "kedekatan" Allah. Musa mengatakannya kepada dirinya sendiri : "Pikirkan tentang hal ini : Bangsa apakah yang memiliki Allah sedekat Allah kita". Dengan demikian, "perjalanan dalam hal-hal kecil ini, bersama umat-Nya, perjalanan dengan orang baik dan orang jahat ini memberi kita cara hidup kita". Dalam rangka "berjalan sebagai orang-orang Kristen", dalam rangka "berdamai" dan "mendamaikan" seperti yang dilakukan Yesus, kita memiliki jalan : "Dengan Sabda Bahagia dan dengan tatacara resmi yang olehnya kita semua akan dihakimi. Matius, bab 25: 'Lakukan juga: hal-hal kecil'". Ini berarti "dalam hal-hal kecil dan dengan melakukan perjalanan".

Paus Fransiskus kemudian menambahkan unsur ketiga. Orang-orang Israel "bermimpi akan dibebaskan", mereka memiliki "mimpi ini karena dijanjikan kepada mereka". Bahkan "Yosef bermimpi" dan mimpinya "agak seperti sebuah ringkasan dari seluruh sejarah perjalanan Allah bersama umat-Nya". Namun, Paus Fransiskus menambahkan, "tidak hanya Yosef yang memiliki mimpi : Allah bermimpi. Allah, Bapa kita memiliki mimpi-mimpi, dan Ia bermimpi hal-hal indah bagi umat-Nya, bagi kita masing-masing, karena Ia adalah Bapa dan sebagai Bapa Ia memikirkan dan memimpikan yang terbaik bagi anak-anaknya".

Kesimpulannya, "Allah yang Mahabesar dan Mahakuasa ini mengajarkan kita untuk melakukan karya-karya besar membuat perdamaian dan pendamaian dalam hal-hal kecil, dengan berjalan, dan dengan tidak kehilangan harapan, dengan kemampuan" untuk memimpikan "mimpi-mimpi besar", memiliki "cakrawala-cakrawala yang luas".

Karena alasan ini Paus Fransiskus mengundang semua orang - dalam peringatan awal dari sebuah tahap menentukan sejarah keselamatan ini, kelahiran Bunda Maria - untuk mengusahakan "rahmat yang kita mohonkan dalam doa, rahmat persatuan, rahmat pendamaian, dan rahmat perdamaian". Menjadi "selalu di jalan tersebut, dekat dengan orang lain" dan "dengan mimpi-mimpi besar". Dengan cara 'hal-hal kecil', hal-hal kecil tersebut, beliau mengingatkan, yang ditemukan dalam perayaan Ekaristi : "sepotong kecil roti, sedikit anggur ...". Dalam "hal-hal kecil' ini ada segalanya. Mimpi Allah ada, kasih-Nya ada, perdamaian-Nya ada, pendamaian-Nya ada, Yesus ada".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.