Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 22 Oktober 2015 : UPAYA-UPAYA KITA MEMBUKA PINTU HATI BAGI ROH KUDUS

Bacaan Ekaristi : Rm 6:19-23; Lukas 12:49-53

Sebagaimana seorang atlet harus berlatih setiap hari untuk mencapai tujuannya, demikian juga kehidupan seorang Kristiani harus ditandai dengan sebuah upaya terus-menerus, sebuah "tugas harian" membuat ruang bagi Allah, "membuka pintu" bagi karunia anugerah keselamatan. Paus Fransiskus menawarkan permenungan yang ditandai oleh pemikiran Paulus tersebut dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi, 22 Oktober 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan. Tema yang mendasari adalah tentang pertobatan.

Homili Paus Fransiskus diilhami oleh Bacaan Pertama Liturgi hari itu, sebuah perikop dari Surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma (6:19-23), yang di dalamnya Sang Rasul "mengingatkan keselamatan, rahmat keselamatan", dan berbicara tentang "jalan pengudusan. Ia mengatakan kepada orang-orang Kristiani yang baru : 'Kamu berada pada pelayanan kecemaran - pelayanan dosa - dan kamu sekarang pada pelayanan karunia Allah', dapat dikatakan, pada pelayanan rahmat dan pengudusan". Paulus memberikan hakekat kata-katanya, menggunakan "gambaran ini: kamu berada pada pelayanan kecemaran dengan tubuhmu, dengan jiwamu, dengan hatimu dan dengan pikiranmu. Semuanya berada pada pelayanan kecemaran. Sekarang tubuhmu, jiwamu, hatimu dan pikiranmu harus berada pada pelayanan "rahmat dan pengudusan. Sang Rasul memang menulis kepada para lawan bicaranya bahwa sekarang mereka "telah berubah", sekarang sesuatu yang "dasariah" itu telah terjadi pada mereka, "yaitu, keselamatan di dalam Yesus Kristus, karunia Allah".

Ini, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah katekese pertobatan". Paulus, oleh karena itu, "mendesak kita kepada pertobatan". Dan itu adalah pesan yang meluas hingga hari kita sekarang. "Kita mungkin berpikir", Paus Fransiskus mengatakan, "bahwa sebagian besar dari kita dibaptis ketika anak-anak, tidak mengetahui arti kecemaran. Kita kemudian mempelajari artinya dalam katekese", dan maka nasehat Paulus juga untuk kita ketika ia menulis : 'Janganlah gunakan jiwamu, hatimu dan tubuhmu untuk berdosa, pada pelayanan kejahatan, pelayanan kecemaran; tetapi menggunakan mereka pada pelayanan karunia Allah, pelayanan sukacita tersebut" yang menuntun kita kepada "kehidupan kekal di dalam Yesus".

Oleh karena itu Paus Fransiskus merangkum arti pertobatan : "bagi orang Kristiani", beliau menjelaskan, "pertobatan adalah sebuah pekerjaan, sebuah tugas setiap hari". Agar bisa dipahami dengan lebih jelas, Paus Fransiskus mengingat gambaran seorang atlet dari Santo Paulus. Menggunakan contohi "orang yang berlatih untuk memperrsiapkan suatu pertandingan, membuat sebuah upaya besar", Rasul Paulus mengatakan bahwa : "jika ia membuat upaya ini untuk memenangkan sebuah pertandingan", maka kita, "yang harus mencapai kemenangan besar di Surga, bagaimana bisa kita tidak melakukan hal yang sama?". Ia mendesak semua orang pada beberapa kesempatan "untuk bergerak maju dalam upaya ini".

Namun, sebuah kesalahpahaman bisa timbul dan seseorang mungkin bertanya : "Bapa, mungkinkah aku berpikir bahwa pengudusan dicapai berdasarkan upaya-upayaku, sebagai sebuah kemenangan yang dicapai oleh para atlet melalui latihan?".

"Tidak", Paus Fransiskus menjawab, menjelaskan: "Upaya-upaya yang kita buat, upaya-upaya sehari-hari kita untuk melayani Tuhan dengan jiwa kita, dengan hati kita, dengan tubuh kita dan dengan seluruh hidup kita", hanya melayani untuk membuka "pintu bagi Roh Kudus". Maka Roh Kuduslah "yang memasuki diri kita dan menyelamatkan kita"; Roh Kudus "adalah karunia di dalam diri Yesus Kristus". Jika tidak demikian, Paus Fransiskus mengatakan, "kita akan menyerupai para pertapa yang hidup dari sedekah : tidak, kita bukan para pertapa yang hidup dari sedekah. Dengan upaya-upaya kita, kita membuka pintu".

Orang mungkin membuat suatu keberatan yang sah di sini : "Tetapi Ayah, itu sulit .... Sulit untuk membuat upaya ini setiap hari". Hal ini benar, "tidak mudah", Paus Fransiskus mengatakan, "karena kelemahan kita, dosa asal, iblis selalu menarik kita kembali". Justru dalam hal ini, "penulis Kitab Ibrani memperingatkan terhadap godaan bergerak mundur", dan ia menulis: "Kita adalah orang-orang yang tidak menyerah". Oleh karena itu, Paus Fransiskus mendesak setiap orang "untuk tidak jatuh kembali, dan tidak mengalah", mengingat gambaran mencolok yang digunakan Rasul Petrus untuk menggambarkan orang-orang "yang bosan bergerak maju dan pada akhirnya berkata : 'Aku akan tinggal di sini'". Mereka, pada kenyataannya, sebanding dengan "seekor anjing yang kembali ke muntahannya". Perikop Kitab Suci hari itu, bagaimanapun, "mendesak dan mendorong kita untuk selalu bergerak maju, sedikit lebih jauh setiap hari". Bahkan ketika kita terpaksa menghadapi "suatu kesulitan besar".

Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, Paus Fransiskus berbicara tentang sebuah pertemuan yang ia miliki "beberapa bulan yang lalu" dengan seorang wanita, "seorang ibu muda dari sebuah keluarga - sebuah keluarga yang baik - yang menderita kanker, sebuah kanker yang mengerikan". Namun demikian, Paus mengatakan, "ia bergerak dengan kebahagiaan, seolah-olah ia sehat. Dan berbicara tentang sikap ini, ia mengatakan kepada saya : 'Bapa, aku sedang memberikan segala upayaku untuk mengalahkan kanker ini'". Inilah persisnya sikap yang harus dimiliki orang Kristiani. "Kita telah menerima karunia ini dalam diri Yesus", Paus Fransiskus menjelaskan, "dan kita telah luput dari dosa, dari kehidupan, dari kecemaran menuju kehidupan karunia Kristus, di dalam Roh Kudus, kita harus melakukan hal yang sama".

Bagaimana? "Satu langkah setiap hari. Setiap hari satu langkah". Dan "ada banyak" kesempatan. Paus Fransiskus menawarkan beberapa contoh yang sangat sederhana : "Apakah aku ingin bergunjing tentang seseorang? Diamlah", atau "Aku sedikit lelah dan aku tidak ingin berdoa? Pergilah berdoa sebentar". Kita tidak perlu memikirkan gerakan-gerakan besar, tetapi "hal-hal kecil sehari-hari". Karena "hal-hal kecil" adalah apa yang "membantu kita untuk tidak menyerah, untuk tidak jatuh kembali, untuk tidak kembali kepada kecemaran; tetapi untuk bergerak maju menuju karunia ini, janji Yesus yang akan menjadi perjumpaan dengan Dia".

Sebagaimana biasanya, Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan sebuah undangan untuk doa dan komitmen pribadi : "Marilah kita memohon kepada Tuhan rahmat ini : menjadi baik dalam latihan kehidupan ini pada jalan menuju perjumpaan itu, karena kita telah menerima karunia pembenaran, karunia rahmat, karunia Roh Kudus di dalam Kristus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.