Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 20 Oktober 2015 : ALLAH MENCARI-CARI KITA DAN KASIH-NYA KEPADA KITA TAK TERBATAS

Bacaan Ekaristi : Rm 5:12.15b.17-19.20b-21; Luk 12:35-38

Paus Fransiskus mengatakan kasih Allah kepada kita tak terbatas sedangkan manusia sering tidak memiliki kemurahan hati dan memiliki kecenderungan untuk menimbang situasi. Itulah pokok permenungan Paus Fransiskus selama homilinya pada Misa harian Selasa pagi 20 Oktober 2015 di kediaman Santa Marta, Vatikan.

Dengan mengambil inspirasi dari surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma, Paus Fransiskus mengadakan sebuah permenungan tentang kasih Allah yang tak terbatas kepada kita. Beliau mengatakan bahwa Ia tidak berdiri diam melainkan keluar untuk mencari kita masing-masing. Beliau membandingkan kasih Allah yang berlimpah kepada kita dengan manusia yang sering tidak memiliki kemurahan hati dan terlalu terbiasa menimbang dan mencatu ketika kita memutuskan untuk menyumbangkan sesuatu yang kita miliki. Keselamatan kita, beliau menjelaskan, terletak dalam persahabatan antara kita dan Dia.

"Persis ketika Allah memberi kita persahabatan dalam hal ini dan kita semua keselamatan kita. Ia memberi dan apa yang akan Ia beri kepada kita ketika kita melaksanakan perbuatan baik : Apakah Ia memberi kita suatu ukuran yang baik, berjejal ke atas, diisi sampai penuh, meluap ... tetapi semua ini membuat kita berpikir tentang kelimpahan dan kata "kelimpahan" ini diulang tiga kali dalam bacaan ini. Allah memberikan melimpah sampai ke titik seperti yang ditulis Paulus dalam rangkuman akhirnya : "Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah". Ia berlimpah segalanya. Dan ini adalah kasih Allah kepada kita, tanpa batas. Semua dari diri-Nya".

Paus Fransiskus selanjutnya menjelaskan bahwa hati Allah tidak tertutup tetapi selalu terbuka dan kasih-Nya tak terbatas sama seperti kasih sang bapa dalam Injil yang setiap hari memindai cakrawala untuk melihat apakah anak laki-lakinya telah kembali kepadanya. Dan ketika kita tiba, sama seperti anak itu, Ia memeluk dan mencium kita serta merayakan kepulangan kita.

"Allah bukanlah seorang Allah yang picik, Ia tidak mengenal kepicikan. Ia memberikan segalanya. Allah bukanlah seseorang yang tinggal diam : Ia sedang mengawasi dan menunggu kita untuk bertobat. Allah adalah seorang Allah yang pergi keluar, Ia pergi keluar untuk mencari, kita masing-masing. Tetapi apakah ini benar? Setiap hari Ia mencari, Ia sedang mencari kita. Sebagaimana yang telah Ia perbuat dan katakan, dalam perumpamaan tentang domba yang hilang atau mata uang yang hilang : Ia sedang mencari. Ia selalu sedang melakukan hal ini".

Paus Fransiskus mengingatkan para pendengarnya bahwa ada lebih banyak sukacita di surga bagi seorang pendosa yang bertobat daripada 100 orang yang tetap baik. Pada saat yang sama, tidaklah mudah bagi kita manusia untuk memahami kasih Allah. Syukur atas rahmat sehingga kita memahaminya, kata Paus Fransiskus, mengingat kembali seorang biarawati berusia 84 tahun yang beliau kenal di keuskupannya yang beliau katakan masih pergi keluar untuk mengunjungi orang-orang sakit di rumah sakit dan berbicara kepada mereka dengan senyum tentang kasih Allah. Paus Fransiskus mengatakan biarawati ini telah menerima rahmat untuk memahami misteri kasih Allah yang tak terbatas, sebuah rahmat yang tidak diterima oleh begitu banyak orang.

"Memang benar, kita selalu cenderung menimbang situasi atau banyak hal dengan ukuran yang kita miliki dan ukuran kita kecil. Karena alasan ini, akan ada baiknya kita memohonkan kepada Roh Kudus rahmat ini, berdoa kepada Roh Kudus atas rahmat untuk mendekat, setidaknya sedikit, untuk memahami kasih ini dan memiliki keinginan untuk dipeluk dan dicium dengan kasih yang tak terbatas itu".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.