Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 1 November 2015 DI PEKUBURAN VERANO, ROMA : AIR MATA ADALAH PINTU GERBANG MENUJU KELEMBUTAN

Bacaan Ekaristi : Why 7:2-4,9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

Pada hari Minggu, 1 November 2015 pukul 16.00 waktu Roma, Paus Fransiskus merayakan Misa Kudus di pintu masuk Pekuburan Verano, Roma, yang diikuti dengan doa untuk orang yang telah meninggal dan memberkati makam. Bapa Suci berkonselebrasi dengan Vikaris Jendral Keuskupan Roma, Agostino Kardinal Vallini; Uskup Agung Filippo Iannone, Wakil Manager Keuskupan Roma; dan pastor paroki Santo Laurensius di luar tembok, Pastor Armando Ambrosi.

Berikut adalah homili lengkap Paus Fransiskus dalam Misa tersebut.

* * *

Kita mendengar Yesus dalam Injil yang mengajar murid-murid-Nya dan orang banyak berkumpul di bukit dekat Danau Galilea (bdk. Mat 5:1-12). Firman Tuhan yang bangkit dan hidup menunjukkan juga kepada kita hari ini cara untuk mencapai keberbahagiaan yang sesungguhnya, jalan menuju Surga. Ini adalah suatu cara yang sulit dimengerti, karena Ia berjalan melawan arus, tetapi Tuhan mengatakan kepada kita bahwa Ia yang menjalani cara ini berbahagia; cepat atau lambat Ia menjadi bahagia.

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga". Kita mungkin bertanya kepada diri kita sendiri bagaimana seseorang yang miskin di hadapan Allah, yang hartanya adalah Kerajaan Surga, bisa berbahagia. Tetapi alasannya justru hal ini: memiliki hati yang tidak busuk, bebas dari begitu banyak hal-hal duniawi, orang ini "dinanti" dalam Kerajaan Surga.

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur". Bagaimana orang-orang yang berdukacita bisa bahagia? Dan sekalipun demikian, manusia yang dalam kehidupan tidak mengalami kesedihan, penderitaan, rasa sakit tidak akan pernah tahu kekuatan penghiburan. Bahagia malahan dapat merupakan semua orang yang memiliki kemampuan tergerak, kemampuan untuk merasakan sakit yang ada dalam kehidupan mereka dan dalam kehidupan orang lain. Orang-orang Ini akan berbahagia, karena tangan lembut Allah Bapa akan menghibur dan membelai mereka.

"Berbahagialah orang yang lemah lembut". Dan kita, sebaliknya, seberapa sering kita tidak sabar, gelisah, selalu siap untuk mengeluh! Kita memiliki begitu banyak tuntutan pada orang lain, tetapi ketika mereka menyentuh kita, kita bereaksi dengan menaikkan nada suara kita, seolah-olah kita adalah para empunya dunia, sementara pada kenyataannya kita semua anak-anak Allah. Mari kita memikirkan, lebih tepatnya, ibu-ibu dan bapak-bapak ini yang begitu sabar dengan anak-anak mereka, yang "membuat mereka menggila". Inilah jalan Tuhan : jalan kelemahlembutan dan kesabaran. Yesus mengikuti jalan ini: ketika Ia masih kecil Ia mengalami penganiayaan dan pengasingan; dan kemudian, sebagai orang dewasa, fitnah, perangkap, tuduhan palsu di pengadilan, dan Ia mengalami segala sesuatu dengan kelemahlembutan. Demi cinta kepada kita Ia juga mengalami salib.

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan". Ya, orang-orang yang memiliki rasa keadilan yang kuat, dan tidak hanya terhadap orang lain, tetapi pertama-tama terhadap diri mereka sendiri, mereka akan dipuaskan, karena mereka siap menerima kebenaran terbesar, yang hanya dapat diberikan Allah.

Dan kemudian, "berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan". Berbahagialah mereka yang mampu mengampuni, yang memiliki kemurahan pada orang lain, yang tidak menghakimi segala sesuatu dan semua orang, tetapi berusaha menempatkan diri mereka dalam sepatu orang lain. Pengampunan adalah hal yang kita semua butuhkan, tidak seorang pun dikecualikan. Oleh karena itu, pada awal Misa kita mengenali diri kita yang sesungguhnya, yaitu, orang-orang berdosa. Dan itu bukan sebuah cara mengatakan, sebuah formalitas : itu suatu tindakan kebenaran. "Tuhan, lihatlah aku di sini, kasihanilah aku". Dan jika kita mampu memberikan pengampunan kepada orang lain yang kita mohonkan untuk diri kita sendiri, kita terberkati. Seperti yang kita katakan dalam Doa "Bapa Kami" : "Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami".

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah". Kita melihat wajah orang-orang yang pergi berkeliling menabur darnel (gandum palsu) : apakah mereka bahagia? Mereka yang selalu mencari kesempatan untuk mempertengkarkan, mengambil keuntungan dari orang lain, apakah mereka bahagia? Tidak, mereka tidak bisa bahagia. Sebaliknya mereka yang setiap hari, berusaha dengan kesabaran untuk menabur perdamaian, adalah para arsitek perdamaian, para arsitek pendamaian, orang-orang ini terberkati, karena mereka adalah anak-anak yang sesungguhnya dari Bapa kita yang ada di Surga, yang selalu dan hanya menabur perdamaian, hingga titik di mana Ia mengutus Putra-Nya ke dunia sebagai benih perdamaian bagi umat manusia.

Saudara dan saudariku terkasih, ini adalah jalan kekudusan, dan jalan kebahagiaan yang sesungguhnya. Jalan itulah yang diikuti Yesus, malahan, Ia sendiri adalah Jalan ini : orang yang berjalan dengan-Nya dan melalui-Nya masuk ke dalam kehidupan, ke dalam kehidupan kekal. Marilah kita mohon kepada Tuhan rahmat untuk menjadi orang-orang yang sederhana dan rendah hati, rahmat untuk dapat menangis, rahmat untuk menjadi lemah lembut, rahmat untuk bekerja bagi keadilan dan perdamaian, dan terutama rahmat untuk membiarkan diri kita diampuni oleh Allah untuk menjadi sarana-sarana kemurahan hati-Nya.

Ini adalah apa yang dilakukan semua orang kudus, yang telah mendahului kita di tanah air abadi. Mereka menyertai kita pada peziarahan duniawi kita; mereka mendorong kita untuk maju. Semoga pengantaraan mereka membantu kita untuk berjalan di jalan Yesus, dan memperolehkan kebahagiaan abadi bagi saudara dan saudari kita yang telah meninggal, yang bagi mereka kita mempersembahkan Misa ini.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.